Menyepuh Pulai Kei, Mutiara di Tenggara Maluku

Selasa, 27 Oktober 2020 - 19:11 WIB
loading...
Menyepuh Pulai Kei, Mutiara di Tenggara Maluku
Kepulauan Kei di Maluku Tenggara juga memiliki pesona yang tak kalah dengan Pulau Dewata Bali. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Hamparan pasir putih yang luas dengan suasana alam yang indah menjadi daya tarik Pulau Kei. Pulau di Tenggara Maluku ini menyimpan sejuta kekayaan alam yang sangat menawan.

Biota laut dengan khas lobster mutiara, juga terumbu karang hingga ikan laut membuat pulau ini layak disebut mutiara dari timur Indonesia. Sayangnya, lokasi yang berada di wilayah perbatasan Indonesia menjadikan pulau ini jarang terjamah. Pulau Kei terkucilkan dari dunia luar.

Konsultan Pariwisata Maluku Tenggara, Rahtika Diana menyebutkan Pulau Kei tak kalah dari wisata lain di Indonesia. Inovasi one village one innovations dirancangnya demi mengembangkan Pulau Kei.

“Jadi pembangunan nantinya tak lagi berakses dari kota ke desa, tapi desa ke kota,” katanya di Mula Kota Tua Jakarta, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat, Selasa (27/10/2020).

(Baca: Keindahan Kepulauan Kei, The Most Hidden Paradise)

Sekalipun baru dirancang, Diana yakin program ini akan besar. Dia ingin menjadikan desa-desa di Pulau Kei sebagai desa mandiri yang tak lagi bergantung pusat. Untuk sampai ke tujuan ini, pelatihan untuk masyarakat akan digenjot sehingga tercipta sumber daya manusia berkualitas yang akan membuat pulau ini maju, termasuk merangsang pembangunan serta peningkatan pendapatan asli.

Menurutnya pembangunan di Pulau Kei tengah dirancang pemerintah pusat mulai jalur trans kei di Pulau Kei Besar hingga internet. Namun karena pandemik, dua pembangunan itu terhenti. “Bisa dibilang capaian kini sudah 80 persen,” katanya.

Dengan demikian, Diana yakin ketakutan pelancong akan kehilangan internet bisa terselesaikan. Desa desa di pulau akan menjelma menjadi desa digital dan wisata. “Karena itu disaat pemerintah pusat membangun fasilitas, kita bangun SDM nya,” tambahnya.

(Baca: Industri Pariwisata Bali Siap Jalani New Normal Pariwisata)

Sementara Bupati Maluku Tenggara, M Thaher Hanubun berkomitmen membangun Pulau Kei Besar. Ia yakin melalui segenap pembangunan yang merata kesejahteraan masyarakat akan tercapai.

Kei Besar telah ditetapkan sebagai sebagai wilayah perbatasan NKRI berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 6 tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-pulau Kecil Terluar, dan PeraturanPresiden RI Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-2024.Kabupaten Maluku Tenggara termasuk dalam Kawasan Strategis Prioritas dengan dibangunnya jalan Trans Kei Besar sebagai proyek prioritas Strategis RPJMN tahun 2020-2024.

Karenanya menjelang Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2020 besok, Thaher menyebutkan Pembangunan wilayah perbatasan negara di Maluku Tenggara membutuhkan kolaborasi dan sinergitas lintas sektoral.

Dukungan sama juga diungkapkan Gubernur Maluku, Irjen Pol (Purn) Murad Ismail yang secara khusus datang ke Maluku Tenggara. Orang nomor satu di propinsi Maluku ini siap mendukung setiap kegiatan yang dilakukan Pemkab Maluku Tenggara dalam memberdayakan ekonomi masyarakat wilayah perbatasan.

(Baca: Hong Arta Didakwa Menyuap Anggota DPR dan Kepala BPJN IX Maluku)

Selain itu, pemerintah daerah telah mengembangkan pariwisata wilayah Perbatasan. Seperti yang dikembangkan di Pulau Kelapa, Desa Elat, Kecamatan Kei Besar.

Thaher juga mengatakan berusaha menggali potensi sumberdaya alam perikanan, dan perkebunan yang belum tergarap optimal. “Kawasan perbatasan punya opportunity tinggiuntuk dikembangkan. Awalnya kawasan tersebut jarang disentuhpembangunan, tetapi kini bisa dirubah menjadi kawasan yang memiliki prospek menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah,” kata Thaher.

Guru Besar UI/Mantan Dirjen Pengolahan & Pemasaran Kementerian Kelautan & Perikanan, Prof Dr Martani Huseini mengatakan kei memiliki jaringan luas. “Saya lebih menyarankan untuk menggali perikanan disana,” katanya.

Ia lantas mencontohkan seperti bibit lobster yang bernilai mahal hingga ratusan ribu belum tergali disana. Warga disana hanya melakukan penangkapan lalu menjualnya dengan harga murah. “Padahal kalo di kembangbiakan akan menjadi nilai ekonomis dan pad bagi warganya,” tutupnya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1120 seconds (0.1#10.140)