Orang Dewasa Wajib Divaksin untuk Kesehatan Bersama
loading...
A
A
A
Dia mengungkapkan, membuat vaksin itu sangat sulit dibandingkan dengan menciptakan obat baru. Alasannya, karena vaksin ini diperuntukkan mencegah virus masuk ke dalam tubuh orang sehat. Prinsip yang selalu dikedepankan oleh para ilmuwan dalam membuat vaksin adalah keamanan itu nomor satu.
Uji coba awal sebuah calon vaksin biasa dilakukan pada hewan. Setelah itu baru uji klinis terhadap manusia dengan jumlah secara bertahap, mulai dari puluhan, ratusan, dan ribuan. Produksi vaksin merupakan proses bioteknologi yang sangat complicated, mulai dari virus atau bakteri ditumbuhkan dan dipanen, hingga diformulasikan. Dalam keadaan normal, untuk membuat vaksin baru membutuhkan waktu 10-15 tahun.
Dirga menegaskan, vaksin yang bisa diberikan kepada manusia harus dipastikan keamanan, kualitas, mutu, dan efektivitasnya. Manfaat vaksin itu bisa dilihat dari data masa sebelum dan sesudah ada vaksin. Misalnya, vaksin dapat menurunkan penyebaran penyakit hepatitis A hingga 99%. Rata-rata vaksin dapat menurunkan penyebaran penyakit antara 90-95%. (Baca juga: Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget)
“Yang paling fenomenal itu penyakit Smallpox atau cacar. Akibat vaksinasi sudah musnah sejak tahun 1979. Sekarang kita sedang berusaha memusnahkan penyakit campak dan polio. Ini bisa dicapai jika cakupan imunisasinya luas. WHO menyebut setiap tahun ada 2-3 juta nyawa yang terselamatkan dengan imunisasi,” tuturnya.
Masalahnya, pemahaman yang tumbuh dalam masyarakat vaksin itu hanya untuk balita dan anak-anak. Padahal, orang dewasa juga harus divaksin. Ada beberapa alasannya, antara lain, belum pernah divaksin saat anak-anak, perlu diulang karena proteksinya sudah habis, dan perjalanan. Sekarang orang ketika mau ke Arab Saudi harus divaksin meningitis dan ke Afrika harus divaksin Yellow Fever.
Pria lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menjelaskan jadwal vaksinasi pada orang dewasa biasanya ditentukan oleh dokter spesialis penyakit dalam. Setidaknya orang dewasa harus mendapatkan 15 jenis vaksin seperti influenza, kanker serviks, pneumonia, dan cacar. Semua itu diberikan sebagai bagian dari kelanjutan vaksinasi ketika anak-anak. (Baca juga: Ombudsman Surati Kapolri, Minta Pendekatan Persuasif dalam Unjuk Rasa)
Imunisasi untuk Semua Orang
Sementara itu, dokter Purnamawati Sujud dari Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) mengatakan, masyarakat Indonesia harus memahami imunisasi itu hak semua orang, mulai dari sejak lahir, anak-anak sekolah, remaja, dewasa, hingga lansia. Imunisasi itu bukan kewajiban, melainkan hak.
Dalam benak masyarakat di kawasan perdesaan, imunisasi itu hanya untuk bayi hingga usia sembilan bulan. Sekarang pemahamannya mulai meningkat karena menganggap imunisasi dilakukan hingga anak usia 24 bulan. Di kawasan perkotaan, masyarakat masih melakukan imunisasi terhadap anak hingga usia lima tahun.
“Masyarakat kadang lupa bahwa anak-anak membutuhkan orang tua yang sehat. Untuk menjadi sehat, maka mencegah itu upaya terbaik dari sisi cost preventif. Artinya, efisien dan hasilnya baik. Mengapa dewasa penting memperoleh imunisasi? Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan imun, padahal masih harus produktif,” terangnya. (Baca juga: Antisipasi Demo, Jalan Sekitar Istana Kembali Dialihkan)
Uji coba awal sebuah calon vaksin biasa dilakukan pada hewan. Setelah itu baru uji klinis terhadap manusia dengan jumlah secara bertahap, mulai dari puluhan, ratusan, dan ribuan. Produksi vaksin merupakan proses bioteknologi yang sangat complicated, mulai dari virus atau bakteri ditumbuhkan dan dipanen, hingga diformulasikan. Dalam keadaan normal, untuk membuat vaksin baru membutuhkan waktu 10-15 tahun.
Dirga menegaskan, vaksin yang bisa diberikan kepada manusia harus dipastikan keamanan, kualitas, mutu, dan efektivitasnya. Manfaat vaksin itu bisa dilihat dari data masa sebelum dan sesudah ada vaksin. Misalnya, vaksin dapat menurunkan penyebaran penyakit hepatitis A hingga 99%. Rata-rata vaksin dapat menurunkan penyebaran penyakit antara 90-95%. (Baca juga: Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget)
“Yang paling fenomenal itu penyakit Smallpox atau cacar. Akibat vaksinasi sudah musnah sejak tahun 1979. Sekarang kita sedang berusaha memusnahkan penyakit campak dan polio. Ini bisa dicapai jika cakupan imunisasinya luas. WHO menyebut setiap tahun ada 2-3 juta nyawa yang terselamatkan dengan imunisasi,” tuturnya.
Masalahnya, pemahaman yang tumbuh dalam masyarakat vaksin itu hanya untuk balita dan anak-anak. Padahal, orang dewasa juga harus divaksin. Ada beberapa alasannya, antara lain, belum pernah divaksin saat anak-anak, perlu diulang karena proteksinya sudah habis, dan perjalanan. Sekarang orang ketika mau ke Arab Saudi harus divaksin meningitis dan ke Afrika harus divaksin Yellow Fever.
Pria lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menjelaskan jadwal vaksinasi pada orang dewasa biasanya ditentukan oleh dokter spesialis penyakit dalam. Setidaknya orang dewasa harus mendapatkan 15 jenis vaksin seperti influenza, kanker serviks, pneumonia, dan cacar. Semua itu diberikan sebagai bagian dari kelanjutan vaksinasi ketika anak-anak. (Baca juga: Ombudsman Surati Kapolri, Minta Pendekatan Persuasif dalam Unjuk Rasa)
Imunisasi untuk Semua Orang
Sementara itu, dokter Purnamawati Sujud dari Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) mengatakan, masyarakat Indonesia harus memahami imunisasi itu hak semua orang, mulai dari sejak lahir, anak-anak sekolah, remaja, dewasa, hingga lansia. Imunisasi itu bukan kewajiban, melainkan hak.
Dalam benak masyarakat di kawasan perdesaan, imunisasi itu hanya untuk bayi hingga usia sembilan bulan. Sekarang pemahamannya mulai meningkat karena menganggap imunisasi dilakukan hingga anak usia 24 bulan. Di kawasan perkotaan, masyarakat masih melakukan imunisasi terhadap anak hingga usia lima tahun.
“Masyarakat kadang lupa bahwa anak-anak membutuhkan orang tua yang sehat. Untuk menjadi sehat, maka mencegah itu upaya terbaik dari sisi cost preventif. Artinya, efisien dan hasilnya baik. Mengapa dewasa penting memperoleh imunisasi? Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan imun, padahal masih harus produktif,” terangnya. (Baca juga: Antisipasi Demo, Jalan Sekitar Istana Kembali Dialihkan)