Orang Dewasa Wajib Divaksin untuk Kesehatan Bersama

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 07:08 WIB
loading...
Orang Dewasa Wajib Divaksin...
Vaksinasi untuk orang-orang dewasa itu sangat penting untuk melindungi keluarga. Foto: dok/Reuters
A A A
JAKARTA - Vaksinasi untuk orang-orang dewasa itu sangat penting untuk melindungi keluarga. Kekebalan kelompok (herd immunity) harus dicapai melalui vaksinasi, bukan dibiarkan secara alamiah.

Saat ini vaksin dipercaya menjadi satu-satunya untuk mengembalikan kondisi dunia kembali normal seperti sebelum terhantam pandemi Covid-19. Penerapan protokol kesehatan yang dijalankan secara ketat pun masih belum bisa mengungkit kepercayaan masyarakat untuk kembali beraktivitas seperti semula. Kondisi ini pun berdampak pada pelambatan ekonomi, pembatasan hubungan sosial, hingga tidak maksimalnya layanan publik.



Di masa pandemi Covid-19, World Health Organization (WHO) menyarankan semua orang melakukan vaksinasi influenza. Vaksin ini dapat menurunkan angka kematian dan menghindari terkena Covid-19 berat. Vaksin influenza termasuk yang harus disuntik secara rutin setiap tahun. Jika vaksin Covid-19 ditemukan, orang yang harus diprioritas pertama kali adalah tenaga kesehatan, orang dengan penyakit penyerta, dan yang aktif beraktivitas.

Orang Dewasa Wajib Divaksin untuk Kesehatan Bersama


Saat ini pemerintah tengah berusaha memastikan vaksin Covid-19 segera bisa diperoleh. Ada dua skenario yang dijalankan pemerintah yakni membeli vaksin setengah jadi seperti yang dilakukan Biofarma dan Sinovach, pun juga skenario membeli vaksin jadi dari Sinophram. Proses vaksinasi ditargetkan bisa dilakukan mulai Januari 2021. (Baca: Inilah Tabiat Buruk Suami yang Harus Dijauhi)

“Vaksin Covid-19 memang harus segera diperoleh dan diberikan kepada seluruh masyarakat meskipun dengan realita yang ada pemberian vaksin akan diberikan secara bertahap,” ucap dokter spesialis penyakit dalam dr Dirga Sakti Rambe dalam diskusi daring dengan tema “Mengapa Vaksin Penting? Perlukan untuk Orang Dewasa” kemarin.

Dia menjelaskan, vaksinasi itu bukan harus menunggu sakit terlebih dahulu. Jika itu terjadi pada penyakit Covid-19, tentu membahayakan karena bisa mengakibatkan kematian. Vaksinasi yang baik itu tanpa harus menunggu sakit.

Saat ini pembahasan mengenai vaksin melebar ke mana-mana, bahkan ada informasi yang salah beredar di media sosial (medsos). Kandungan vaksin yang utama adalah antigen. Vaksin bisa berasal dari virus atau bakteri yang nanti dimasukkan ke dalam tubuh manusia dan membentuk antibodi.

“Vaksin itu tidak selalu berasal dari virus atau bakteri yang dilemahkan. Ada komponen lain seperti Ajuvan untuk memperkuat imunogenisitas vaksin dan stabilizer untuk menjaga efektivitas vaksin selama penyimpanan. Semua kandungan dalam vaksin itu aman. Jangan membayangkan yang aneh-aneh,” ucapnya. (Baca juga: Pendidikan Guru Penggerak Diikuti 2.800 Guru)

Dia mengungkapkan, membuat vaksin itu sangat sulit dibandingkan dengan menciptakan obat baru. Alasannya, karena vaksin ini diperuntukkan mencegah virus masuk ke dalam tubuh orang sehat. Prinsip yang selalu dikedepankan oleh para ilmuwan dalam membuat vaksin adalah keamanan itu nomor satu.

Uji coba awal sebuah calon vaksin biasa dilakukan pada hewan. Setelah itu baru uji klinis terhadap manusia dengan jumlah secara bertahap, mulai dari puluhan, ratusan, dan ribuan. Produksi vaksin merupakan proses bioteknologi yang sangat complicated, mulai dari virus atau bakteri ditumbuhkan dan dipanen, hingga diformulasikan. Dalam keadaan normal, untuk membuat vaksin baru membutuhkan waktu 10-15 tahun.

Dirga menegaskan, vaksin yang bisa diberikan kepada manusia harus dipastikan keamanan, kualitas, mutu, dan efektivitasnya. Manfaat vaksin itu bisa dilihat dari data masa sebelum dan sesudah ada vaksin. Misalnya, vaksin dapat menurunkan penyebaran penyakit hepatitis A hingga 99%. Rata-rata vaksin dapat menurunkan penyebaran penyakit antara 90-95%. (Baca juga: Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget)

“Yang paling fenomenal itu penyakit Smallpox atau cacar. Akibat vaksinasi sudah musnah sejak tahun 1979. Sekarang kita sedang berusaha memusnahkan penyakit campak dan polio. Ini bisa dicapai jika cakupan imunisasinya luas. WHO menyebut setiap tahun ada 2-3 juta nyawa yang terselamatkan dengan imunisasi,” tuturnya.

Masalahnya, pemahaman yang tumbuh dalam masyarakat vaksin itu hanya untuk balita dan anak-anak. Padahal, orang dewasa juga harus divaksin. Ada beberapa alasannya, antara lain, belum pernah divaksin saat anak-anak, perlu diulang karena proteksinya sudah habis, dan perjalanan. Sekarang orang ketika mau ke Arab Saudi harus divaksin meningitis dan ke Afrika harus divaksin Yellow Fever.

Pria lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menjelaskan jadwal vaksinasi pada orang dewasa biasanya ditentukan oleh dokter spesialis penyakit dalam. Setidaknya orang dewasa harus mendapatkan 15 jenis vaksin seperti influenza, kanker serviks, pneumonia, dan cacar. Semua itu diberikan sebagai bagian dari kelanjutan vaksinasi ketika anak-anak. (Baca juga: Ombudsman Surati Kapolri, Minta Pendekatan Persuasif dalam Unjuk Rasa)

Imunisasi untuk Semua Orang

Sementara itu, dokter Purnamawati Sujud dari Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) mengatakan, masyarakat Indonesia harus memahami imunisasi itu hak semua orang, mulai dari sejak lahir, anak-anak sekolah, remaja, dewasa, hingga lansia. Imunisasi itu bukan kewajiban, melainkan hak.

Dalam benak masyarakat di kawasan perdesaan, imunisasi itu hanya untuk bayi hingga usia sembilan bulan. Sekarang pemahamannya mulai meningkat karena menganggap imunisasi dilakukan hingga anak usia 24 bulan. Di kawasan perkotaan, masyarakat masih melakukan imunisasi terhadap anak hingga usia lima tahun.

“Masyarakat kadang lupa bahwa anak-anak membutuhkan orang tua yang sehat. Untuk menjadi sehat, maka mencegah itu upaya terbaik dari sisi cost preventif. Artinya, efisien dan hasilnya baik. Mengapa dewasa penting memperoleh imunisasi? Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan imun, padahal masih harus produktif,” terangnya. (Baca juga: Antisipasi Demo, Jalan Sekitar Istana Kembali Dialihkan)

Dia menjelaskan, beberapa penyakit justru pembawanya (carrier) itu orang dewasa. Mereka sangat potensial menularkan penyakit kepada bayi dan anak. Manfaat imunisasi bukan hanya dirasakan yang bersangkutan, tetapi anak, keluarga, lingkungan, bahkan dunia. Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) pada 2018, cakupan imunisasi pada remaja dan dewasa masih rendah.

Purnamawati mengungkapkan hal itu bisa dilihat dari angka anemia yang tinggi pada remaja dan ibu hamil dengan usia 15-24 tahun. Pada ibu hamil ini bisa mengganggu janin. Maka itu, setiap orang harus melakukan imunisasi. Hal itu penting agar tumbuh kembang anak optimal. Lalu, ketika dewasa menjadi produktif dan saat manula bahagia.

Yang menjadi masalah bagi sebagian orang tidak semua imunisasi gratis. Dia memaparkan ada program imunisasi yang disubsidi oleh pemerintah. Biasanya sudah diproduksi di dalam negeri seperti yang dibuat oleh Bio Farma. Namun, untuk yang masih impor itu tidak disubsidi. Dia menyarankan orang-orang dewasa yang belum pernah divaksin sebaiknya segera melakukan. Tidak ada kata terlambat.

Dia mendorong pemerintah memberdayakan seluruh puskesmas untuk imunisasi pada orang dewasa. Selama ini orang dewasa yang ingin melakukan imunisasi memilih ke klinik atau rumah sakit swasta. Masalahnya, tidak semua memiliki keuangan yang cukup. Apalagi, jika harus mengejar 15 jenis vaksin yang diwajibkan pemerintah. (Baca juga: Staf Positif Covid, Kamala Harris Tunda Kampanye)

Dirga menambahkan, pada prinsipnya semua vaksin bisa dikejar. “Jika ada seperti ini, segera datang ke dokter umum dan penyakit dalam. Kita akan lakukan assessment mana yang kurang dan bagaimana mengatur timing. Dalam vaksinasi kalau lupa atau tidak dapat menunjukkan dokumen, pasti dianggap belum pernah. Misalnya, enggak sengaja double, jangan khawatir enggak ada itu overdosis,” pungkasnya.

Satgas Pastikan Alokasi Vaksinasi Akan Berkeadilan

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan saat ini roadmap atau peta jalan vaksinasi covid-19 sedang dipersiapkan pemerintah. Menurutnya hal ini disiapkan oleh Kementerian Kesehatan beserta kementerian/lembaga lainnya.

“Diharapkan peta jalan ini akan segera selesai dan menjadi langkah konkret. Dan bisa disampaikan kepada pemerintah dalam rangka menjalankan program vaksinasi ini. Vaksinasi ini dilakukan berdasarkan tingkat risiko yang dilakukan masyarakat di Indonesia,” katanya saat konferensi pers, kemarin.

Ditanyakan alokasi vaksinasi setiap daerah, Wiku mengatakan masih dalam tahap pembahasan. Dia memastikan bahwa alokasi mempertimbangkan kriteria dan prioritas wilayah sebagaimana yang diatur di dalam Perpres No.99/2020. (Lihat videonya: Satukan Tekad untuk Memenangkan Perang Melawan Covid-19)

“Seluruh rincian informasi terkait alokasi prioritas vaksinasi dalam tahap finalisasi pada tahap ini. Pada intinya perlu kami sampaikan bahwa seluruh alokasi prioritas ini akan mempertimbangkan kriteria dan prioritas penerima serta wilayah yang tentunya mengacu pada Perpres 99/2020,” paparnya.

Lebih lanjut Wiku menegaskan bahwa alokasi vaksinasi akan mengutamakan asas keadilan. Dia meminta agar masyarakat bersabar dan terus memantau informasi.

“Pemerintah tetap akan berusaha melakukan alokasi dan mengutamakan asas keadilan. Masyarakat mohon bersabar dan terus memantau informasi resmi dari Satgas terkait tahapan vaksinasi ini dengan cermat dan selalu mematuhi protokol kesehatan serta upaya yang dapat dilakukan saat ini,” pungkasnya. (F.W. Bahtiar/Dita Angga)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1652 seconds (0.1#10.140)