IDI Ungkap Jumlah Tes Covid-19 Indonesia Kalah dari Malaysia dan Filipina
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan meminta semua dokter untuk melatih diri menghadapi berbagai skenario dalam penanganan pandemi Covid-19. Sebab di Indonesia belum ada tanda-tanda pandemi akan berakhir atau menurun.
“Saya ambil data sampai akhir September karena yang Oktober baru sepertiga. Berdasarkan data BNPB, yang tidak terdampak sisa sedikit. Maret sampai September belum nampak puncak. Ini masih terus menanjak,” ujar Ketua PB IDI Daeng M Faqih dalam acara daring dengan tema “Peluncuran Laporan dan Diskusi Publik Tata Kelola Penanggulangan COVID-19 dalam Perspektif HAM”, Senin (12/10/2020).
(Baca: Dapat Lampu Hijau, Alat Tes Covid-19 Instan Segera Diluncurkan)
Berdasarkan data terakhir, jumlah orang yang positif Covid-19 mencapai 333.449, sembuh 255.027, dan meninggal dunia 11.844 orang. Jumlah kasus hariannya selalu di atas 4.000 dalam dua pekan terakhir. bahkan sempat menyentuh 4.800 orang lebih dalam sehari.
Berdasarkan data di atas, kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia mencapai 76 persen. Daeng M Faqih menilai sudah termasuk baik dan berharap angka kesembuhan terus meningkat.
“Angka kematian sekarang 3,4-3,5 persen. Itu sudah jauh lebih baik dari angka sebelumnya 8 persen. Kemudian pada agustus turun 4 sekian persen. Alhamdulillah angka kematian terus turun,” terangnya.
(Baca: Soal Tarif Tes Swab Rp900.000, PB IDI: Semestinya Rp1,2 Juta)
Beberapa daerah yang kasus positif Covid-19 masih tinggi, antara lain, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Daeng M Faqih memaparkan pasien Covid-19 yang paling banyak meninggal itu usia 46 tahun ke atas.
Mereka yang meninggal memiliki penyakit penyerta (komorbid), seperti darah tinggi, kencing manis, dan obesitas. Pasien Covid-19 yang paling banyak sembuh itu berusia 31-45 tahun.
PB IDI menyoroti jumlah tes Covid-19, terutama menggunakan polymerase chain reaction (PCR) masih rendah. Indonesia masih kalah dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Filipina.
“Testing ini perlu kita dorong karena semakin besar otomatis kasus cepat ditemukan dan ditangani. Yang sakit dilokalisir dan tidak menularkan,” ujar dia.
“Saya ambil data sampai akhir September karena yang Oktober baru sepertiga. Berdasarkan data BNPB, yang tidak terdampak sisa sedikit. Maret sampai September belum nampak puncak. Ini masih terus menanjak,” ujar Ketua PB IDI Daeng M Faqih dalam acara daring dengan tema “Peluncuran Laporan dan Diskusi Publik Tata Kelola Penanggulangan COVID-19 dalam Perspektif HAM”, Senin (12/10/2020).
(Baca: Dapat Lampu Hijau, Alat Tes Covid-19 Instan Segera Diluncurkan)
Berdasarkan data terakhir, jumlah orang yang positif Covid-19 mencapai 333.449, sembuh 255.027, dan meninggal dunia 11.844 orang. Jumlah kasus hariannya selalu di atas 4.000 dalam dua pekan terakhir. bahkan sempat menyentuh 4.800 orang lebih dalam sehari.
Berdasarkan data di atas, kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia mencapai 76 persen. Daeng M Faqih menilai sudah termasuk baik dan berharap angka kesembuhan terus meningkat.
“Angka kematian sekarang 3,4-3,5 persen. Itu sudah jauh lebih baik dari angka sebelumnya 8 persen. Kemudian pada agustus turun 4 sekian persen. Alhamdulillah angka kematian terus turun,” terangnya.
(Baca: Soal Tarif Tes Swab Rp900.000, PB IDI: Semestinya Rp1,2 Juta)
Beberapa daerah yang kasus positif Covid-19 masih tinggi, antara lain, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Daeng M Faqih memaparkan pasien Covid-19 yang paling banyak meninggal itu usia 46 tahun ke atas.
Mereka yang meninggal memiliki penyakit penyerta (komorbid), seperti darah tinggi, kencing manis, dan obesitas. Pasien Covid-19 yang paling banyak sembuh itu berusia 31-45 tahun.
PB IDI menyoroti jumlah tes Covid-19, terutama menggunakan polymerase chain reaction (PCR) masih rendah. Indonesia masih kalah dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Filipina.
“Testing ini perlu kita dorong karena semakin besar otomatis kasus cepat ditemukan dan ditangani. Yang sakit dilokalisir dan tidak menularkan,” ujar dia.
(muh)