Reisa Broto Asmoro: Vaksin Itu Dicari yang Paling Aman dan Efektif bagi Tubuh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah pandemi COVID-19 banyak beredar informasi bohong, salah satunya, tentang vaksin yang masih diuji coba di beberapa negara. Pemerintah harus memberikan edukasi agar masyarakat percaya keamanan vaksin yang akan digunakan.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, Reisa Broto Asmoro mengatakan sempat beredar kabar vaksin dapat mengakibatkan autis. Informasi itu pernah terjadi pada vaksin Measles Mumps Rubela (MMR). Itu disebabkan oleh penelitian yang dilakukan pada 1998. Namun, belakangan hasil penelitian dan jurnal yang diterbitkan di The Lancet telah ditarik. (Baca juga: Klaster Baru Covid-19 Berpeluang Terjadi di Tengah Demonstran)
“Yang bersangkutan telah ditindak secara profesional. Izin praktik enggak bisa lakukan dan jurnalnya sudah ditarik karena terbukti menyebarkan informasi yang salah. Dari lancet sudah menarik dan mengucapkan minta maaf. Merevisi penelitian melalui jurnal itu salah,” ujarnya dalam diskusi daring dengan tema “Vaksin: Menjawab Mitos dan Menolak Hoaks”, Kamis (8/10/2020).
Reisa menjelaskan ada beragam cara untuk mendapatkan vaksin. Pertama, vaksin itu berasal dari kuman hidup yang dilemahkan. Ini biasanya vaksin untuk penyakit campak dan rubel. Kedua, vaksin yang berasal dari kuman yang mati. Vaksin ini digunakan untuk polio.
Kemudian, ada yang berasal dari kuman atau virus itu sendiri. Contohnya, vaksin human papillomavirus (HPV) dan untuk COVID-19 juga menggunakan teknik ini. “Dicari yang paling aman dan efektif untuk tubuh. Kuman sendiri sudah tidak menyebabkan penyakit karena sudah aman,” tegasnya.
Lulusan Universitas Pelita Harapan itu mengungkapkan vaksin bukan hanya untuk anak tetapi juga orang dewasa. Justru orang dewasa sangat memerlukan vaksin untuk melindungi tubuhnya karena mobilitas dan kegiatannya banyak. (Baca juga: Cegah Informasi Bohong, Intensifkan Edukasi Covid-19)
“Banyak vaksin yang tidak memberikan proteksi seumur hidup. Hepatitis B itu yang seumur hidup. Vaksin bagi orang dewasa yang diwajibkan dan disarankan pemerintah ada lima,” pungkasnya.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, Reisa Broto Asmoro mengatakan sempat beredar kabar vaksin dapat mengakibatkan autis. Informasi itu pernah terjadi pada vaksin Measles Mumps Rubela (MMR). Itu disebabkan oleh penelitian yang dilakukan pada 1998. Namun, belakangan hasil penelitian dan jurnal yang diterbitkan di The Lancet telah ditarik. (Baca juga: Klaster Baru Covid-19 Berpeluang Terjadi di Tengah Demonstran)
“Yang bersangkutan telah ditindak secara profesional. Izin praktik enggak bisa lakukan dan jurnalnya sudah ditarik karena terbukti menyebarkan informasi yang salah. Dari lancet sudah menarik dan mengucapkan minta maaf. Merevisi penelitian melalui jurnal itu salah,” ujarnya dalam diskusi daring dengan tema “Vaksin: Menjawab Mitos dan Menolak Hoaks”, Kamis (8/10/2020).
Reisa menjelaskan ada beragam cara untuk mendapatkan vaksin. Pertama, vaksin itu berasal dari kuman hidup yang dilemahkan. Ini biasanya vaksin untuk penyakit campak dan rubel. Kedua, vaksin yang berasal dari kuman yang mati. Vaksin ini digunakan untuk polio.
Kemudian, ada yang berasal dari kuman atau virus itu sendiri. Contohnya, vaksin human papillomavirus (HPV) dan untuk COVID-19 juga menggunakan teknik ini. “Dicari yang paling aman dan efektif untuk tubuh. Kuman sendiri sudah tidak menyebabkan penyakit karena sudah aman,” tegasnya.
Lulusan Universitas Pelita Harapan itu mengungkapkan vaksin bukan hanya untuk anak tetapi juga orang dewasa. Justru orang dewasa sangat memerlukan vaksin untuk melindungi tubuhnya karena mobilitas dan kegiatannya banyak. (Baca juga: Cegah Informasi Bohong, Intensifkan Edukasi Covid-19)
“Banyak vaksin yang tidak memberikan proteksi seumur hidup. Hepatitis B itu yang seumur hidup. Vaksin bagi orang dewasa yang diwajibkan dan disarankan pemerintah ada lima,” pungkasnya.
(kri)