Pimpinan Daerah dan Tokoh Agama Diminta Ikut Tangkal Radikalisme
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mengedepankan kesejahtearaan dengan melakukan pembangunan non-fisik seperti membangun karakter kebangsaan akan terus dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama dengan seluruh elemen bangsa.
Hal itu dilakukan agar masyarakat memiliki daya tangkal terhadap penyabran paham radikal terorisme . Tidak hanya dengan pemerintah daerah, tetapi tokoh agama, tokoh masyarakat juga turut berperan dalam melindungi masyarakat dari penyebaran paham tersebut
Hal tersebut dikatakan Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat acara Silaturahmi Kebangsaan dalam rangka Penanggulangan Terorisme bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang berlangsung di The Sunan Hotel, Surakarta, Jumat 2 Oktober 2020 siang.
"Sebagai lembaga negara yang diberikan tugas dalam penanggulangan terorisme di Tanah Air, BNPT terus berkomitmen untuk menegakkan dan mengamalkan konstitusi negara. Tiga upaya pencegahan membangun kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi dan deradikalisasi. Ini semua tentu perlu peran semua elemen bangsa. Tidak hanya pemerintah daerah, tetapi juga tokoh agama dan tokoh masyarakat," kata Boy Rafli.( )
Menurut Kepala BNPT, salah satu potensi terorisme dari radikalisme intoleran. Bahkan saat ini juga masih banyak masyarakat bangsa ini yang mempertentangkan antara Pancasila dan agama. “Mari kita berjuang agar generasi muda ini tidak menjadi korban kebingungan. Para tokoh alim ulama tentu ikut andil dalam menyampaikan pemahaman ini,” kata mantan Wakil Kepala Lemdiklat Polri ini.
Boy Rafli menegaskan, upaya merajut dan menciptakan perdamaian tentunya adalah kebutuhan bersama dan merupakan sebuah kondisi yang diharapkan bagi seluruh masyarakat di Tanah Air.
“Kerja sama di antara tokoh pemerintahan bersama tokoh masyarakat, tokoh agama tentunya perlu kita rajut terus dan narasi-narasi persatuan di antara itu juga harus dikuatkan terus,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini( )
Alumni Akpol tahun 1988 ini pun bersyukur bisa menggelar silaturahmi kebangsaan di kota Solo yang dapat melibatkan dengan hadirnya unsur Forkopimda dari Provinsi Jawa Tengah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan juga demikian Forkompinda pada tingkat Kabupaten dan Kota yaitu dari Kabupaten Karanganyar dan juga dari Kota Solo sendiri.
“Karena silaturahmi kebangsaan ini perlu terus diupayakan agar bisa terjadi persamaan pemahaman kondisi kekinian. Tentunya kesempatan bersama bagi kita untuk membangun sebuah komitmen-komitmen baru. Artinya komitmen yang sudah ada itu bukan berarti tidak baik, tapi ada dan tentu perlu diperbarui agar kita punya semangat baru,” ucap mantan Kapolda Papua ini.
Hal tersebut dikatakannya sebagai upaya untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan yang terus mendapatkan berbagai tantangan dan gangguan. Oleh karena itu menurutnya, dalam menyikapi kondisi yang ada, silaturahmi ini bisa membahas kondisi-kondisi kekinian.
Dia mengatakan, silaturahmi ini sekaligus untuk mendapatkan masukan solusi-solusi terbaik mengenai apa yang harus dilakukan bersama-sama agar nilai-nilai luhur kebangsaan ini tetap eksis dari masa ke masa.
“Memang ini adalah kerja bersama, terjadi kolaborasi dan bersinergi. Tentunya semangat inilah yang harus kita pelihara Kita berharap tentunya nilai-nilai kebangsaan inilah yang akan memupus sikap ataupun perilaku radikalisme intoleran,” tutur mantan Kapolda Banten ini.
Karena dengan adanya semangat sinergi bersama Forkopinda dan juga tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam berkolaborasi, maka kekuatan yang dimiliki bangsa dalam menangkal pengaruh paham radikal terorisme dan intoleran ini akan semakin besar,
“Kekuatan kita untuk melawan segala bentuk hal-hal yang dapat menimbulkan masalah-masalah gangguan terutama masalah radikalisme dan intoleran yang mengarah perbuatan terorisme ini tentunya bisa kita eliminir secara bersama-sama,” tuturnya.
Kepala BNPT pun berharap silaturahmi kebangsaan ini secara berkala tentunya perlu untuk terus ldilakukan dengan berpindah dari satu kota ke kota lain. Melalui silaturahmi tentu bisa menjadi salah satu upaya merawat nilai nilai kebangsaan, semangat mewujudkan Indonesia yang adil sejahtera.
“Karena tentu kita harapkan pada akhirnya apa yang telah disepakati oleh bangsa ini dari awal bernegara oleh para leluhur kita akan tetap lestari sepanjang masa,” ujarnya.
Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam sambutannya melalui video conference meminta para tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk turut berperan dalam membentengi masyarakat, khususnya generasi muda agar tidak mudah terinfiltarasi paham radikal terorisme tersebut.
“Para tokoh agama dan tokoh masyarakat kami harap bisa memberikan pendidikan yang dapat mengembalikan mereka pada kemanusiaan yang memiliki cinta dan rasa kasih sayang. Pendidikan yang berbasis Pancasila dan NKRI ini dibutuhkan untuk memperkuat bangsa ini,” ujar Ganjar Pranowo.
Ganjar juga meminta kepada para masyarakat pengguna media sosial utamanya para generasi muda agar dapat mengisi media sosial dengan konten ataupun narasi positif. Hal ini agar masyarakat juga bisa mendapatkan inspirasi untuk berbuat baik.
"Penuhi media sosial ini dengan hal-hal yang positif, seperti tolong menolong, menghormati perbedaan saling bertoleransi dan lainnya. Model seperi begini-begini ini harus memenuhi semua media, termasuk media sosial,” tuturnya.
Bupati Karangnayar, Juliyatmono mengatakan, selama ini pihaknya telah melakukan upaya konkret sebagai upaya untuk menanamkan wawasan kebangsaan dalam menangkal masuknya paham-paham radikal terorisme. Selama ini pesertanya banyak diikuti para generasi muda.
“Kami sering melakukan kemah-kemah kebangsaan yaitu makin muda pesertanya, termasuk yang ada di sekolah sekolah kita jadikan pelopor gerakan anak muda yang inspiratif untuk mencegah cara berpikir yang kurang sehat, kurang produktif bagi masa depan mereka," tuturnya.
Adapun tokoh agama yang hadir dalam acara itu, yakni KH Subari (Ketua FKUB, Ketua MUI, Ketua Muhammadiyah), KH Abdul Rozaq Shofawi (Pengasuh Ponpes Al Muayyad Mangkuyudan), Ust. Yahya Abdurrahman (Ketua Ponpes Al Mukmin Ngruki), Tri Prasetya, SH (tokoh agama Katholik), Dr Joko Wahyu (Tokoh Agama Katholik), Tanto Kristiyono (tokoh agama Kristen),
Sementara itu untuk tokoh masyarakat dihadiri oleh Dr Ngataawi Al Zastrow (budayawan), Dr Amir Mahmud (Direktur Amir Mahmud Center), Sumartono Hadinoto (Perkumpulan Masyarakat Surakarta), Tedjo Wulan (Mahapatih Keraton Surakarta), GKR Wandansari (Ketua Dewan Adat Keraton Mataram Surakarta), Ade Ujianingsih (aktifis muda), Hilya Maliha Ibrahim (Bumi Laweyan Surakarta), Bambang Nugroho (Ketua KNPI kota Surakarta).
Kemudian para pejabat BNPT yang turut hadir dalam acara tersebut, yaitu Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, Direktur Pencegahan Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid, Direktur Deradikalisasi Prof Dr Irfan Idris, Kasubdit Kontra Propaganda Kolonel Pas Sujatmiko dan Kasubdit Bina Luar Lapas Kolonel Sus Solihudin Nasution
Hal itu dilakukan agar masyarakat memiliki daya tangkal terhadap penyabran paham radikal terorisme . Tidak hanya dengan pemerintah daerah, tetapi tokoh agama, tokoh masyarakat juga turut berperan dalam melindungi masyarakat dari penyebaran paham tersebut
Hal tersebut dikatakan Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat acara Silaturahmi Kebangsaan dalam rangka Penanggulangan Terorisme bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang berlangsung di The Sunan Hotel, Surakarta, Jumat 2 Oktober 2020 siang.
"Sebagai lembaga negara yang diberikan tugas dalam penanggulangan terorisme di Tanah Air, BNPT terus berkomitmen untuk menegakkan dan mengamalkan konstitusi negara. Tiga upaya pencegahan membangun kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi dan deradikalisasi. Ini semua tentu perlu peran semua elemen bangsa. Tidak hanya pemerintah daerah, tetapi juga tokoh agama dan tokoh masyarakat," kata Boy Rafli.( )
Menurut Kepala BNPT, salah satu potensi terorisme dari radikalisme intoleran. Bahkan saat ini juga masih banyak masyarakat bangsa ini yang mempertentangkan antara Pancasila dan agama. “Mari kita berjuang agar generasi muda ini tidak menjadi korban kebingungan. Para tokoh alim ulama tentu ikut andil dalam menyampaikan pemahaman ini,” kata mantan Wakil Kepala Lemdiklat Polri ini.
Boy Rafli menegaskan, upaya merajut dan menciptakan perdamaian tentunya adalah kebutuhan bersama dan merupakan sebuah kondisi yang diharapkan bagi seluruh masyarakat di Tanah Air.
“Kerja sama di antara tokoh pemerintahan bersama tokoh masyarakat, tokoh agama tentunya perlu kita rajut terus dan narasi-narasi persatuan di antara itu juga harus dikuatkan terus,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini( )
Alumni Akpol tahun 1988 ini pun bersyukur bisa menggelar silaturahmi kebangsaan di kota Solo yang dapat melibatkan dengan hadirnya unsur Forkopimda dari Provinsi Jawa Tengah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan juga demikian Forkompinda pada tingkat Kabupaten dan Kota yaitu dari Kabupaten Karanganyar dan juga dari Kota Solo sendiri.
“Karena silaturahmi kebangsaan ini perlu terus diupayakan agar bisa terjadi persamaan pemahaman kondisi kekinian. Tentunya kesempatan bersama bagi kita untuk membangun sebuah komitmen-komitmen baru. Artinya komitmen yang sudah ada itu bukan berarti tidak baik, tapi ada dan tentu perlu diperbarui agar kita punya semangat baru,” ucap mantan Kapolda Papua ini.
Hal tersebut dikatakannya sebagai upaya untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan yang terus mendapatkan berbagai tantangan dan gangguan. Oleh karena itu menurutnya, dalam menyikapi kondisi yang ada, silaturahmi ini bisa membahas kondisi-kondisi kekinian.
Dia mengatakan, silaturahmi ini sekaligus untuk mendapatkan masukan solusi-solusi terbaik mengenai apa yang harus dilakukan bersama-sama agar nilai-nilai luhur kebangsaan ini tetap eksis dari masa ke masa.
“Memang ini adalah kerja bersama, terjadi kolaborasi dan bersinergi. Tentunya semangat inilah yang harus kita pelihara Kita berharap tentunya nilai-nilai kebangsaan inilah yang akan memupus sikap ataupun perilaku radikalisme intoleran,” tutur mantan Kapolda Banten ini.
Karena dengan adanya semangat sinergi bersama Forkopinda dan juga tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam berkolaborasi, maka kekuatan yang dimiliki bangsa dalam menangkal pengaruh paham radikal terorisme dan intoleran ini akan semakin besar,
“Kekuatan kita untuk melawan segala bentuk hal-hal yang dapat menimbulkan masalah-masalah gangguan terutama masalah radikalisme dan intoleran yang mengarah perbuatan terorisme ini tentunya bisa kita eliminir secara bersama-sama,” tuturnya.
Kepala BNPT pun berharap silaturahmi kebangsaan ini secara berkala tentunya perlu untuk terus ldilakukan dengan berpindah dari satu kota ke kota lain. Melalui silaturahmi tentu bisa menjadi salah satu upaya merawat nilai nilai kebangsaan, semangat mewujudkan Indonesia yang adil sejahtera.
“Karena tentu kita harapkan pada akhirnya apa yang telah disepakati oleh bangsa ini dari awal bernegara oleh para leluhur kita akan tetap lestari sepanjang masa,” ujarnya.
Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam sambutannya melalui video conference meminta para tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk turut berperan dalam membentengi masyarakat, khususnya generasi muda agar tidak mudah terinfiltarasi paham radikal terorisme tersebut.
“Para tokoh agama dan tokoh masyarakat kami harap bisa memberikan pendidikan yang dapat mengembalikan mereka pada kemanusiaan yang memiliki cinta dan rasa kasih sayang. Pendidikan yang berbasis Pancasila dan NKRI ini dibutuhkan untuk memperkuat bangsa ini,” ujar Ganjar Pranowo.
Ganjar juga meminta kepada para masyarakat pengguna media sosial utamanya para generasi muda agar dapat mengisi media sosial dengan konten ataupun narasi positif. Hal ini agar masyarakat juga bisa mendapatkan inspirasi untuk berbuat baik.
"Penuhi media sosial ini dengan hal-hal yang positif, seperti tolong menolong, menghormati perbedaan saling bertoleransi dan lainnya. Model seperi begini-begini ini harus memenuhi semua media, termasuk media sosial,” tuturnya.
Bupati Karangnayar, Juliyatmono mengatakan, selama ini pihaknya telah melakukan upaya konkret sebagai upaya untuk menanamkan wawasan kebangsaan dalam menangkal masuknya paham-paham radikal terorisme. Selama ini pesertanya banyak diikuti para generasi muda.
“Kami sering melakukan kemah-kemah kebangsaan yaitu makin muda pesertanya, termasuk yang ada di sekolah sekolah kita jadikan pelopor gerakan anak muda yang inspiratif untuk mencegah cara berpikir yang kurang sehat, kurang produktif bagi masa depan mereka," tuturnya.
Adapun tokoh agama yang hadir dalam acara itu, yakni KH Subari (Ketua FKUB, Ketua MUI, Ketua Muhammadiyah), KH Abdul Rozaq Shofawi (Pengasuh Ponpes Al Muayyad Mangkuyudan), Ust. Yahya Abdurrahman (Ketua Ponpes Al Mukmin Ngruki), Tri Prasetya, SH (tokoh agama Katholik), Dr Joko Wahyu (Tokoh Agama Katholik), Tanto Kristiyono (tokoh agama Kristen),
Sementara itu untuk tokoh masyarakat dihadiri oleh Dr Ngataawi Al Zastrow (budayawan), Dr Amir Mahmud (Direktur Amir Mahmud Center), Sumartono Hadinoto (Perkumpulan Masyarakat Surakarta), Tedjo Wulan (Mahapatih Keraton Surakarta), GKR Wandansari (Ketua Dewan Adat Keraton Mataram Surakarta), Ade Ujianingsih (aktifis muda), Hilya Maliha Ibrahim (Bumi Laweyan Surakarta), Bambang Nugroho (Ketua KNPI kota Surakarta).
Kemudian para pejabat BNPT yang turut hadir dalam acara tersebut, yaitu Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, Direktur Pencegahan Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid, Direktur Deradikalisasi Prof Dr Irfan Idris, Kasubdit Kontra Propaganda Kolonel Pas Sujatmiko dan Kasubdit Bina Luar Lapas Kolonel Sus Solihudin Nasution
(dam)