Meneguhkan Solidaritas, Menebar Kebaikan, Mencerahkan Semesta

Rabu, 06 Mei 2020 - 06:34 WIB
loading...
Meneguhkan Solidaritas,...
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto. Foto/KORAN SINDO
A A A
Sunanto
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah

PEMUDA Muhammadiyah sudah menginjak usia ke-88 (2 Mei 1932-2 Mei 2020). Dilahirkan pada Kongres ke-21 Muhammadiyah di Makassar. Dibentuk sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Ketika itu diawali adanya Siswo Proyo Priyo (SPP), gerakan yang digawangi KH Ahmad Dahlan untuk membina remaja dan pemuda Islam.

Konteks kelahiran Muhammadiyah (1912) dan Pemuda Muhammadiyah adalah melakukan gerakan Islam amar ma'ruf nahi munkar . Pada zaman kolonial Belanda saat itu, kondisi bangsa Indonesia terjajah, tertinggal, kemiskinan merajalela, wabah penyakit tersebar di banyak tempat, dan masalah bangsa lainnya.

Momentum milad ke-88 pun kini bersamaan dengan kondisi bangsa dan dunia yang berduka, berjuang keras melawan pandemi global virus korona (Covid-19). Hingga 1 Mei 2020, tidak kurang 10.118 orang terjangkit Covid-19 dan 792 nyawa berguguran. Hanya dalam empat bulan terakhir sudah ada 3,2 juta lebih umat manusia terinfeksi dan hampir 300.000 orang telah meninggal dunia.

Pemuda Muhammadiyah melakukan refleksi dan menjawab persoalan tersebut dengan mengambil tema milad ke-88: "Meneguhkan Solidaritas, Menebar Kebaikan, Mencerahkan Semesta". Tema ini menjadi penanda sekaligus peta jalan bagaimana Pemuda Muhammadiyah bergerak dan menjadi bagian dari solusi kehidupan umat manusia di muka bumi ini.

Sebagai organisasi yang memiliki semangat tajdid (pembaharuan), sudah menjadi kewajiban Pemuda Muhammadiyah untuk menjadi bagian dari solusi menghadapi wabah yang telah melumpuhkan roda sosial ekonomi dan aspek kehidupan lainnya. Kader Pemuda Muhammadiyah bergerak menjadi motor solidaritas dan menebar kebaikan kepada umat manusia. Ujungnya adalah bagaimana gerakan Pemuda Muhammadiyah dapat mencerahkan semesta yang saat ini sedang tercabik-cabik.

Meneguhkan Solidaritas
Sebagai organisasi yang gerakannya berdasarkan Alquran dan sunah, ilmu dan amal sebagai identitas, jihad fi sabilillah sebagai sikap hidup dan roh dakwah, memberikan hikmah sekaligus mandat kepada seluruh kader untuk rela berkorban jiwa raga, meneguhkan solidaritas dengan sesama.

Sebagai ketua umum, penulis tentu berharap agar solidaritas terbangun kuat. Takdir ini harus dijalani dengan penuh keikhlasan, selalu siap sedia, dan bergembira. Mempraktikkan sikap solidaritas itu tidaklah mudah. Dalam surah Al-Balad ayat 11-16 diilustrasikan dengan jalan yang mendaki dan sukar. "Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar? Dan, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir."

Bentuk solidaritas kepada sesama itu meliputi kemampuan berderma, memaafkan, tolong-menolong, dan menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Dalam surah Ali Imron ayat 134 dinyatakan: "Yaitu orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."

Dalam surah Al-Maidah ayat 2 dinyatakan: "Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaannya."
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1331 seconds (0.1#10.140)