Meneguhkan Solidaritas, Menebar Kebaikan, Mencerahkan Semesta
loading...
A
A
A
Sunanto
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah
PEMUDA Muhammadiyah sudah menginjak usia ke-88 (2 Mei 1932-2 Mei 2020). Dilahirkan pada Kongres ke-21 Muhammadiyah di Makassar. Dibentuk sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Ketika itu diawali adanya Siswo Proyo Priyo (SPP), gerakan yang digawangi KH Ahmad Dahlan untuk membina remaja dan pemuda Islam.
Konteks kelahiran Muhammadiyah (1912) dan Pemuda Muhammadiyah adalah melakukan gerakan Islam amar ma'ruf nahi munkar . Pada zaman kolonial Belanda saat itu, kondisi bangsa Indonesia terjajah, tertinggal, kemiskinan merajalela, wabah penyakit tersebar di banyak tempat, dan masalah bangsa lainnya.
Momentum milad ke-88 pun kini bersamaan dengan kondisi bangsa dan dunia yang berduka, berjuang keras melawan pandemi global virus korona (Covid-19). Hingga 1 Mei 2020, tidak kurang 10.118 orang terjangkit Covid-19 dan 792 nyawa berguguran. Hanya dalam empat bulan terakhir sudah ada 3,2 juta lebih umat manusia terinfeksi dan hampir 300.000 orang telah meninggal dunia.
Pemuda Muhammadiyah melakukan refleksi dan menjawab persoalan tersebut dengan mengambil tema milad ke-88: "Meneguhkan Solidaritas, Menebar Kebaikan, Mencerahkan Semesta". Tema ini menjadi penanda sekaligus peta jalan bagaimana Pemuda Muhammadiyah bergerak dan menjadi bagian dari solusi kehidupan umat manusia di muka bumi ini.
Sebagai organisasi yang memiliki semangat tajdid (pembaharuan), sudah menjadi kewajiban Pemuda Muhammadiyah untuk menjadi bagian dari solusi menghadapi wabah yang telah melumpuhkan roda sosial ekonomi dan aspek kehidupan lainnya. Kader Pemuda Muhammadiyah bergerak menjadi motor solidaritas dan menebar kebaikan kepada umat manusia. Ujungnya adalah bagaimana gerakan Pemuda Muhammadiyah dapat mencerahkan semesta yang saat ini sedang tercabik-cabik.
Meneguhkan Solidaritas
Sebagai organisasi yang gerakannya berdasarkan Alquran dan sunah, ilmu dan amal sebagai identitas, jihad fi sabilillah sebagai sikap hidup dan roh dakwah, memberikan hikmah sekaligus mandat kepada seluruh kader untuk rela berkorban jiwa raga, meneguhkan solidaritas dengan sesama.
Sebagai ketua umum, penulis tentu berharap agar solidaritas terbangun kuat. Takdir ini harus dijalani dengan penuh keikhlasan, selalu siap sedia, dan bergembira. Mempraktikkan sikap solidaritas itu tidaklah mudah. Dalam surah Al-Balad ayat 11-16 diilustrasikan dengan jalan yang mendaki dan sukar. "Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar? Dan, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir."
Bentuk solidaritas kepada sesama itu meliputi kemampuan berderma, memaafkan, tolong-menolong, dan menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Dalam surah Ali Imron ayat 134 dinyatakan: "Yaitu orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."
Dalam surah Al-Maidah ayat 2 dinyatakan: "Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaannya."
Solidaritas juga tak terbatas pada materi, tetapi juga dukungan moral dengan cara saling menguatkan dengan nasihat. Rasulullah Saw menegaskan bahwa: "Orang mukmin terhadap mukmin yang lain laksana bangunan yang komponen-komponennya saling mengokohkan." (HR Bukhari)
Selama ini Pemuda Muhammadiyah telah menjadi bagian dari solusi umat Islam dan bangsa Indonesia. Di momentum milad yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Pemuda Muhammadiyah harus merefleksikan akar kelahirannya dan kemudian memanifestasikannya dalam bentuk gerakan nyata. Pada semua jenjang kepemimpinan, seluruh kader sudah sepatutnya menggerakkan seluruh elemen sipil lain dalam menangani wabah. Kompak memikirkan solusi dan memaksimal aksi.
Menebar Kebaikan
Sebagaimana ajaran teologi Al Ma'un, Pemuda Muhammadiyah harus memihak kepada kaum miskin, telantar, dan terpinggirkan. Musibah yang telah memorak-porandakan sendi-sendi kehidupan umat manusia ini harus direspons dengan semangat jihad yang kuat. Bagaimana seluruh kader di berbagai pelosok Nusantara dapat bergandengan tangan dengan elemen sipil lain membantu masyarakat lemah yang terdampak Covid-19.
Dalam tiga bulan terakhir, telah melakukan banyak hal. Mulai penyemprotan disinfektan, pembagian masker dan APD, membantu fasilitas penginapan bagi petugas kesehatan, bergabung dengan tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center dari pusat hingga daerah, bantuan sembako, dan pendirian dapur umum di berbagai titik. Tentu gerakan ini belum cukup dan harus ditingkatkan dengan cara strategi dan format gerakan baru. Kami akan terus menjadi motor bersatu padunya seluruh umat manusia dalam melawan wabah ini.
Para otoritas kesehatan dan pemerintah telah memberikan acuan bagaimana cara mengatasi wabah ini. Masalah minimnya kesadaran masyarakat Indonesia harus direspons segera agar wabah tidak semakin luas dan merugikan masyarakat lainnya. Pemuda harus menjadi agen pembaharu yang dapat memberikan alternatif solusi menaklukkan wabah ini.
Seperti diajarkan Buya Syafi'i Maarif bahwa Islam adalah agama yang pro orang miskin. Namun demikian, antikemiskinan, karena kemiskinan itu bersifat sementara. Kalimat Buya ini tepat jika dikontekskan saat ini. Ada banyak masyarakat yang kemudian miskin karena terdampak wabah. Pemuda Muhammadiyah harus lantang bersuara dan memperjuangkan mereka.
Mencerahkan Semesta
Dalam situasi pemerintahan yang tampak tumpang tindih dan belepotan menangani Covid-19, Pemuda Muhammadiyah harus menjadi yang terdepan menjawab masalah kebangsaan dan keumatan. Pemuda Muhammadiyah terpanggil untuk terus menerus melakukan pembaharuan.
Boleh jadi dengan adanya pandemi Covid-19 ini sekaligus jadi tanggung jawab bagi pemuda untuk memberikan narasi solusi yang konkret. Mengingatkan pemerintah yang lamban, menyadarkan masyarakat abai, dan memberi keteladanan dalam mengatasi wabah.
Pemuda Muhammadiyah telah diberi mandat untuk menerapkan Islam yang membawa rahmat untuk seluruh umat manusia. Menawarkan solusi, itulah identitas khas Muhammadiyah. Mandat kelahiran Pemuda Muhammadiyah sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah dapat ditunaikan dengan kesungguhan hati.
Selamat Milad ke-88 Pemuda Muhammadiyah. Perjuangan dan eksistensinya senantiasa dapat meneguhkan solidaritas dan menebar kebaikan kepada umat manusia. Khidmat Pemuda Muhammadiyah senantiasa istiqomah mencerahkan semesta.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah
PEMUDA Muhammadiyah sudah menginjak usia ke-88 (2 Mei 1932-2 Mei 2020). Dilahirkan pada Kongres ke-21 Muhammadiyah di Makassar. Dibentuk sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Ketika itu diawali adanya Siswo Proyo Priyo (SPP), gerakan yang digawangi KH Ahmad Dahlan untuk membina remaja dan pemuda Islam.
Konteks kelahiran Muhammadiyah (1912) dan Pemuda Muhammadiyah adalah melakukan gerakan Islam amar ma'ruf nahi munkar . Pada zaman kolonial Belanda saat itu, kondisi bangsa Indonesia terjajah, tertinggal, kemiskinan merajalela, wabah penyakit tersebar di banyak tempat, dan masalah bangsa lainnya.
Momentum milad ke-88 pun kini bersamaan dengan kondisi bangsa dan dunia yang berduka, berjuang keras melawan pandemi global virus korona (Covid-19). Hingga 1 Mei 2020, tidak kurang 10.118 orang terjangkit Covid-19 dan 792 nyawa berguguran. Hanya dalam empat bulan terakhir sudah ada 3,2 juta lebih umat manusia terinfeksi dan hampir 300.000 orang telah meninggal dunia.
Pemuda Muhammadiyah melakukan refleksi dan menjawab persoalan tersebut dengan mengambil tema milad ke-88: "Meneguhkan Solidaritas, Menebar Kebaikan, Mencerahkan Semesta". Tema ini menjadi penanda sekaligus peta jalan bagaimana Pemuda Muhammadiyah bergerak dan menjadi bagian dari solusi kehidupan umat manusia di muka bumi ini.
Sebagai organisasi yang memiliki semangat tajdid (pembaharuan), sudah menjadi kewajiban Pemuda Muhammadiyah untuk menjadi bagian dari solusi menghadapi wabah yang telah melumpuhkan roda sosial ekonomi dan aspek kehidupan lainnya. Kader Pemuda Muhammadiyah bergerak menjadi motor solidaritas dan menebar kebaikan kepada umat manusia. Ujungnya adalah bagaimana gerakan Pemuda Muhammadiyah dapat mencerahkan semesta yang saat ini sedang tercabik-cabik.
Meneguhkan Solidaritas
Sebagai organisasi yang gerakannya berdasarkan Alquran dan sunah, ilmu dan amal sebagai identitas, jihad fi sabilillah sebagai sikap hidup dan roh dakwah, memberikan hikmah sekaligus mandat kepada seluruh kader untuk rela berkorban jiwa raga, meneguhkan solidaritas dengan sesama.
Sebagai ketua umum, penulis tentu berharap agar solidaritas terbangun kuat. Takdir ini harus dijalani dengan penuh keikhlasan, selalu siap sedia, dan bergembira. Mempraktikkan sikap solidaritas itu tidaklah mudah. Dalam surah Al-Balad ayat 11-16 diilustrasikan dengan jalan yang mendaki dan sukar. "Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar? Dan, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir."
Bentuk solidaritas kepada sesama itu meliputi kemampuan berderma, memaafkan, tolong-menolong, dan menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Dalam surah Ali Imron ayat 134 dinyatakan: "Yaitu orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."
Dalam surah Al-Maidah ayat 2 dinyatakan: "Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaannya."
Solidaritas juga tak terbatas pada materi, tetapi juga dukungan moral dengan cara saling menguatkan dengan nasihat. Rasulullah Saw menegaskan bahwa: "Orang mukmin terhadap mukmin yang lain laksana bangunan yang komponen-komponennya saling mengokohkan." (HR Bukhari)
Selama ini Pemuda Muhammadiyah telah menjadi bagian dari solusi umat Islam dan bangsa Indonesia. Di momentum milad yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Pemuda Muhammadiyah harus merefleksikan akar kelahirannya dan kemudian memanifestasikannya dalam bentuk gerakan nyata. Pada semua jenjang kepemimpinan, seluruh kader sudah sepatutnya menggerakkan seluruh elemen sipil lain dalam menangani wabah. Kompak memikirkan solusi dan memaksimal aksi.
Menebar Kebaikan
Sebagaimana ajaran teologi Al Ma'un, Pemuda Muhammadiyah harus memihak kepada kaum miskin, telantar, dan terpinggirkan. Musibah yang telah memorak-porandakan sendi-sendi kehidupan umat manusia ini harus direspons dengan semangat jihad yang kuat. Bagaimana seluruh kader di berbagai pelosok Nusantara dapat bergandengan tangan dengan elemen sipil lain membantu masyarakat lemah yang terdampak Covid-19.
Dalam tiga bulan terakhir, telah melakukan banyak hal. Mulai penyemprotan disinfektan, pembagian masker dan APD, membantu fasilitas penginapan bagi petugas kesehatan, bergabung dengan tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center dari pusat hingga daerah, bantuan sembako, dan pendirian dapur umum di berbagai titik. Tentu gerakan ini belum cukup dan harus ditingkatkan dengan cara strategi dan format gerakan baru. Kami akan terus menjadi motor bersatu padunya seluruh umat manusia dalam melawan wabah ini.
Para otoritas kesehatan dan pemerintah telah memberikan acuan bagaimana cara mengatasi wabah ini. Masalah minimnya kesadaran masyarakat Indonesia harus direspons segera agar wabah tidak semakin luas dan merugikan masyarakat lainnya. Pemuda harus menjadi agen pembaharu yang dapat memberikan alternatif solusi menaklukkan wabah ini.
Seperti diajarkan Buya Syafi'i Maarif bahwa Islam adalah agama yang pro orang miskin. Namun demikian, antikemiskinan, karena kemiskinan itu bersifat sementara. Kalimat Buya ini tepat jika dikontekskan saat ini. Ada banyak masyarakat yang kemudian miskin karena terdampak wabah. Pemuda Muhammadiyah harus lantang bersuara dan memperjuangkan mereka.
Mencerahkan Semesta
Dalam situasi pemerintahan yang tampak tumpang tindih dan belepotan menangani Covid-19, Pemuda Muhammadiyah harus menjadi yang terdepan menjawab masalah kebangsaan dan keumatan. Pemuda Muhammadiyah terpanggil untuk terus menerus melakukan pembaharuan.
Boleh jadi dengan adanya pandemi Covid-19 ini sekaligus jadi tanggung jawab bagi pemuda untuk memberikan narasi solusi yang konkret. Mengingatkan pemerintah yang lamban, menyadarkan masyarakat abai, dan memberi keteladanan dalam mengatasi wabah.
Pemuda Muhammadiyah telah diberi mandat untuk menerapkan Islam yang membawa rahmat untuk seluruh umat manusia. Menawarkan solusi, itulah identitas khas Muhammadiyah. Mandat kelahiran Pemuda Muhammadiyah sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah dapat ditunaikan dengan kesungguhan hati.
Selamat Milad ke-88 Pemuda Muhammadiyah. Perjuangan dan eksistensinya senantiasa dapat meneguhkan solidaritas dan menebar kebaikan kepada umat manusia. Khidmat Pemuda Muhammadiyah senantiasa istiqomah mencerahkan semesta.
(kri)