Waspada Komunis Itu Positif dan Harus!

Kamis, 01 Oktober 2020 - 06:05 WIB
loading...
Waspada Komunis Itu...
Shamsi Ali Al-Kajangi. Foto: Ist
A A A
Shamsi Ali Al-Kajangi
Diaspora Indonesia di USA

PADA tanggal 30 September, dikenang sebagai salah satu hari kelam dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Di hari itulah banyak jenderal, tokoh bangsa dan agama yang dibunuh oleh kelompok orang berideologi Komunisme. Mereka tergabung dalam sebuah partai yang disebut PKI atau Partai Komunis Indonesia.

Saya tidak perlu lagi membahas siapa PKI, ideologi dan agendanya. Karena saya yakin semua anak bangsa yang memiliki kepedulian tahu, paham dan sadar akan apa yang pernah terjadi dengan PKI di negeri ini.

Yang ingin saya sampaikan hanya sebuah kewaspadaan (al-hadzar). Sikap yang harusnya terbangun oleh setiap putra-putrì bangsa. Bahwa ada masa di mana peristiwa kelam itu boleh saja terulang kembali. Sebab sejarah kerap terulang, walau dalam warna dan bentuk yang berbeda.

Masihkah dan perlukah diwaspadai?
Ada sebagian yang mengatakan bahwa isu PKI atau komunisme harusnya tidak lagi perlu dibahas atau diributkan. Beberapa alasan yang disampaikan, antara lain, bahwa ideologi Komunisme telah selesai (berakhir).

Dengan ambruknya Uni Soviet seolah paham komunisme juga telah runtuh. Bahkan dengan perubahan konstalasi dunia, di mana Rusia dan Amerika dengan aliansi Uni Eropa mengakhiri perang dingin, juga berarti ideologi Komunis telah berakhir.

China yang dikenal sebagai negara Komunis juga ternyata mengalami “shifting” atau pergeseran dari komunisme kepada paham yang nampaknya lebih dominan secara kapitalisme dan liberalisme. China semakin terbuka secara ekonomi.

Perkiraan di atas nampaknya terlalu menyederhanakan permasalahan. Karena sesungguhnya isu Komunis dalam konteks Indonesia tidak harusnya selalu dikaitkan dengan Rusia atau China. Tapi memiliki tendensi pemikiran dan karakternya sendiri.

Selain itu, ideologi itu adalah faham atau pemikiran yang mempengaruhi karakter. Dan Karenanya ideologi tidak selalu bubar dengan bubarnya sebuah institusi, termasuk organisasi atau negara.

Ideologi atau faham biasanya akan nampak melalui gejala-gejala (symptoms) yang kemudian berkembang dalam bentuk karakter dan aksi. Gejala ini terkadang sangat halus, sering menipu, bahkan tidak jarang dibungkus oleh teori-teori atau konsep-konsep yang menawan.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1334 seconds (0.1#10.140)