BPS Rilis Survei Perubahan Perilaku di Masa Pandemi, Ini Kata Doni Monardo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaksanakan survei mengenai perilaku kepatuhan masyarakat terhadap disiplin protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19 . Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Doni Monardo menegaskan bahwa data dari hasil survei ini penting dan sangat strategis untuk menentukan kebijakan pemerintah ke depan dalam penanganan COVID-19.
“Dalam berbagai kesempatan Bapak Presiden menekankan pentingnya data. Dan setiap kebijakan yang dilakukan harus berdasarkan data, harus berdasarkan kajian dan juga harus berdasarkan survei,” ungkap Doni dalam Rilis Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19, di Media Center Satgas Penanganan COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (28/9/2020). (Baca juga: Masker Ber-SNI Tak Urgen, Malah Persulit Kampanye Protokol Covid-19)
“Dan kebetulan selama 3 minggu terakhir Badan Pusat Statistik telah melakukan sejumlah survei terkait dengan perubahan perilaku. Kenapa ini sangat penting? Karena menurut saya ini sangat strategis, karena COVID-19 ini media transmisinya adalah manusia berbeda seperti halnya flu burung dan flu babi yang mengantarkan virusnya adalah hewan,” papar Doni.
Sehingga, kata Doni melalui survei ini Satgas bisa mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap ancaman COVID-19. “Nah, oleh karenanya kita perlu mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap ancaman virus COVID-19 ini. Dan kira-kira apa saja yang menjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan ketentuan terhadap suatu protokol kesehatan,” jelasnya.
Selain itu, Doni mengatakan bahwa menangani pandemi COVID-19 tidak bisa mengandalkan tenaga medis saja. “Kita harus menyadari bahwa menangani pandemi tidak bisa serta-merta hanya mengandalkan aspek kesehatan atau aspek medis. Dan apa yang kita kerjakan saat ini bukanlah semata-mata operasi medis atau operasi kesehatan. Tetapi lebih cenderung kepada operasi kemanusiaan.”
“Apa maksudnya maksudnya? Adalah menempatkan masyarakat sebagai garda terdepan sebagai ujung tombak dalam pencegahan. Karena kalau tidak ada upaya maksimal dalam proses pencegahan maka rumah sakit akan banyak terisi oleh pasien COVID-19,” sambung Doni.
Doni pun menegaskan bahwa tenaga kesehatan adalah benteng terakhir dalam penanganan COVID-19. “Dan kita harus menjadikan dokter, tenaga kesehatan benteng terakhir bangsa kita. Apa yang kita lakukan sekarang, apa yang diminta oleh pemerintah oleh WHO dan juga pakar-pakar epidemiologis, pakar kesehatan masyarakat kita harus patuh kepada pada protokol kesehatan.” (Baca juga: Bertambah 1.808, Suspek COVID-19 Saat Ini Sebanyak 131.361 Orang)
“Yang diminta itu tidak sebanding dengan pengorbanan para dokter para pejuang kemanusiaan termasuk juga para perawat yang menghabiskan waktunya bersama pasien COVID-19. Yang sudah pasti mereka memiliki risiko yang sangat besar,” imbuh Doni.
“Dalam berbagai kesempatan Bapak Presiden menekankan pentingnya data. Dan setiap kebijakan yang dilakukan harus berdasarkan data, harus berdasarkan kajian dan juga harus berdasarkan survei,” ungkap Doni dalam Rilis Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19, di Media Center Satgas Penanganan COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (28/9/2020). (Baca juga: Masker Ber-SNI Tak Urgen, Malah Persulit Kampanye Protokol Covid-19)
“Dan kebetulan selama 3 minggu terakhir Badan Pusat Statistik telah melakukan sejumlah survei terkait dengan perubahan perilaku. Kenapa ini sangat penting? Karena menurut saya ini sangat strategis, karena COVID-19 ini media transmisinya adalah manusia berbeda seperti halnya flu burung dan flu babi yang mengantarkan virusnya adalah hewan,” papar Doni.
Sehingga, kata Doni melalui survei ini Satgas bisa mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap ancaman COVID-19. “Nah, oleh karenanya kita perlu mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap ancaman virus COVID-19 ini. Dan kira-kira apa saja yang menjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan ketentuan terhadap suatu protokol kesehatan,” jelasnya.
Selain itu, Doni mengatakan bahwa menangani pandemi COVID-19 tidak bisa mengandalkan tenaga medis saja. “Kita harus menyadari bahwa menangani pandemi tidak bisa serta-merta hanya mengandalkan aspek kesehatan atau aspek medis. Dan apa yang kita kerjakan saat ini bukanlah semata-mata operasi medis atau operasi kesehatan. Tetapi lebih cenderung kepada operasi kemanusiaan.”
“Apa maksudnya maksudnya? Adalah menempatkan masyarakat sebagai garda terdepan sebagai ujung tombak dalam pencegahan. Karena kalau tidak ada upaya maksimal dalam proses pencegahan maka rumah sakit akan banyak terisi oleh pasien COVID-19,” sambung Doni.
Doni pun menegaskan bahwa tenaga kesehatan adalah benteng terakhir dalam penanganan COVID-19. “Dan kita harus menjadikan dokter, tenaga kesehatan benteng terakhir bangsa kita. Apa yang kita lakukan sekarang, apa yang diminta oleh pemerintah oleh WHO dan juga pakar-pakar epidemiologis, pakar kesehatan masyarakat kita harus patuh kepada pada protokol kesehatan.” (Baca juga: Bertambah 1.808, Suspek COVID-19 Saat Ini Sebanyak 131.361 Orang)
“Yang diminta itu tidak sebanding dengan pengorbanan para dokter para pejuang kemanusiaan termasuk juga para perawat yang menghabiskan waktunya bersama pasien COVID-19. Yang sudah pasti mereka memiliki risiko yang sangat besar,” imbuh Doni.
(kri)