Pendapat Pengamat Intelijen soal Penusukan Syekh Ali Jaber

Senin, 14 September 2020 - 12:26 WIB
loading...
Pendapat Pengamat Intelijen soal Penusukan Syekh Ali Jaber
Peristiwa penusuakan Syekh Ali Jaber saat pengajian di Masjid Fallahudin, Jalan Thamrin Nomor 45 Suka Jawa, Bandarlampung, telah ditahan, Minggu (13/9/2020). Foto tangkapan layar Youtube
A A A
JAKARTA - Pengamat intelijen dan keamanan, Stanislaus Riyanta meminta semua pihak menunggu hasil penyelidikan dan penyidikan lengkap dari Polri dan para ahli terkait motif pelaku penusukan penceramah Syekh Ali Jaber di Lampung, Minggu 13 September 2020.

"Apalagi ada informasi yang beredar bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa, pelibatan ahli sangat perlu untuk memastikan informasi ini," kata Stanislaus kepada SINDOnews, Senin (14/9/2020).

Stanislaus melanjutkan, dugaan awal, mengingat pelaku yang tinggal di dekat lokasi, dan informasi yang beredar dengan sumber dari keluarga yang menyebutkan bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa, maka kemungkinannya kecil aksi ini ditengari suatu cipta kondisi, apalagi dihubungkan dengan Pilkada serentak 2020.
( )

Menurut dia, kasus penusukan Syekh Ali Jaber menunjukkan bahwa pemuka agama menjadi salah satu profesi berisiko tinggi, apa pun motif dan latar belakang dari pelaku, fakta yang terjadi ada penyerangan terhadap pemuka agama.

Hal ini, kata dia, menjadi keprihatinan karena pemuka agama yang melakukan pekerjaan mulia tidak terlindungi dan mendapat serangan.( )

Untuk itu, Stanislau meminta agar motif dari pelaku harus digali, termasuk membuktikan informasi yang beredar bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa. "Jika benar mengalami gangguan jiwa maka perlu melibatkan para ahli psikologi untuk mengungkap alasan mengapa korban diserang oleh pelaku," ujar Stanislaus melanjutkan.

Di sisi lain, ia melihat, saat ini belum ada bukti bahwa adanya kaitan antara pelaku dengan jaringan teroris. Kemungkinan ini harus diselidiki agar dapat diungkap apakah pelaku bertindak sendiri atau ada pihak lain dibelakang pelaku.

Stanislaus juga mengingatkan kasus ini akan menjadi perhatian publik, mengingat korban adalah pemuka agama yang cukup terpandang. Untuk itu perlu diungkap dan disampaikan kepada publik hasil dari penyidikan agar tidak terjadi simpangsiur informasi di masyarakat.

"Yang harus diwaspadai lagi adalah peristiwa ini bisa dikapitalisasi oleh pihak tertentu menjadi isu SARA atau isu politik. Hal ini harus dicegah dengan cara mengungkap secara transparan tentang motif pelaku," ucap pria yang juga pengamat terorisme ini.
(dam)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.5054 seconds (0.1#10.140)