Ancaman Keamanan Global dari Penempatan Pasukan Korut dalam Perang Rusia-Ukraina

Jum'at, 06 Desember 2024 - 16:43 WIB
loading...
A A A
Pada bulan Agustus, Ukraina menyerang Kursk di daratan Rusia, menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi Rusia. Ini menjadi latar belakang dugaan bahwa Rusia, dalam kondisi putus asa, meminta dukungan pasukan dari Korea Utara.

Hingga kini, Korea Utara telah mendukung invasi Rusia dengan memasok berbagai senjata, termasuk amunisi, kepada Rusia. Namun, dengan mengirimkan pasukan dan berpartisipasi langsung, tingkat efek riaknya juga akan berubah. Hal ini juga dapat memiliki dampak langsung pada keamanan di Asia Timur Laut.

Christopher Clarke, seorang profesor sejarah di Universitas Cambridge, saat menganalisis pecahnya Perang Dunia I menunjukkan bahwa pada saat itu, ada suasana ketidakpercayaan yang meluas di Eropa. Dan para pelaku tahun 1914 adalah para pengembara yang, dengan mata terbuka lebar, tidak dapat melihat, terjebak dalam mimpi dan tidak menyadari sifat sebenarnya dari kengerian yang akan mereka lepaskan ke dunia.

Hal tersebut termuat dalam bukunya yang berjudul Sleepwalkers. Menurut dia, negara-negara Eropa, yang membanggakan diri sebagai negara yang beradab, gagal waspada dan tidak berpikir bahwa serangkaian konflik yang terjadi di seluruh dunia, akhirnya meningkat menjadi perang dunia.

Oleh karena itu, kita dapat memperoleh analisis dan pelajaran yang masuk akal bahwa konflik lokal yang dimulai di Ukraina dapat meningkat menjadi perang dunia kapan saja. Setelah pecahnya Perang Ukraina, terdapat konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah. Kekhawatiran terus berlanjut bahwa konflik militer dapat terjadi secara bersamaan di Taiwan.

Sejumlah fenomena tersebut menunjukkan beberapa langkah menuju perang dunia. Terkait ini, pada 3 November, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menekankan bahwa penempatan pasukan Korea Utara dapat menjadi "eskalasi yang sangat berbahaya." Dia meminta agar mengambil semua tindakan untuk menghindari internasionalisasi konflik.

Kerja sama antara Korea Utara dan Rusia dapat membentuk dan memperkuat struktur konfrontasi antara Korea Utara, China, Rusia versus Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang. Fenomena tersebut menjadi strategi Korea Utara yang menguntungkan rezim Kim Jong-un.

Konfrontasi antar kubu tersebut meningkatkan nilai Korea Utara bagi China dan Rusia, dan mendorong mereka untuk mendukung rezim dan sistem tersebut untuk terus berlanjut. Khususnya, dukungan Rusia untuk Korea Utara dapat menyebabkan hubungan yang lebih erat antara Korea Utara dan Rusia.

Selain itu, dukungan tersebut juga melemahkan sanksi serta menghambat denuklirisasi Korea Utara. Kemajuan pengembangan senjata nuklir Korea Utara pada akhirnya mengkhawatirkan. Karena hal itu dapat membuat rezim Kim Jong-un dan sistem Korea Utara mengambil pilihan yang salah, seperti provokasi militer.

Oleh karena itu, kita harus menekan perhitungan salah Korea Utara, memperkuat kerja sama multilateral dan solidaritas dengan sekutu, serta mengurangi efek penempatan militer Korea Utara dalam perang. Komunitas internasional harus segera bekerja untuk menghentikan kerja sama Korea Utara-Rusia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0961 seconds (0.1#10.140)