Turki Tegas Tolak Bangkitkan Khilafah Islam, AKP: Propaganda Itu Sabotase Politik
loading...
A
A
A
Serupa dengan Indonesia, diskursus hubungan Islam-negara di Turki memiliki sejarah yang kompleks. Namun, bila disederhanakan setidaknya ada dua aliran politik Islam di Turki modern, yaitu Islamisme lama Necmettin Erbakan dan politik Islam akomodatif ala Erdogan. (Baca juga : Nafsu Pria Bitung Sudah Memuncak, Niat Perkosa Wanita Malah Gagal )
Sejak 1960-an, diskursus mengenai relasi Islam-negara ramai diperbincangkan di Turki. Para pemikir muslim Turki mengkritik sekularisme Ataturk dan mempertanyakan identitas nasional mereka. Diskursus itu memunculkan gagasan Türk Islam sentezi (sintesis Keturkian dan Islam).
Di politik, Erbakan memaknai gagasan itu dengan Mili Görüş (Pandangan Kebangsaan) yang mendorong komunitas Islam yang secara komprehensif mengatur umat. Visi politik Erbakan dipengaruhi oleh pemikiran Sayyid Qutb.
Dalam manifestonya pada 1975, Erbakan menekankan pendidikan agama, industrialisasi, dan keadilan ekonomi yang melindungi hak orang-orang tertindas.
Ahli politik Vedi R Hadiz menyebut visi politik Islam dan ekonomi Erbakan tertutup. "Erbakan jauh lebih tidak condong pada kapitalisme global dan memiliki visi ekonomi yang lebih diarahkan pada perlindungan produsen dan pedagang komunitas kecil yang tertindas," ujarnya.
Karena itu, Erbakan mendirikan D-8 yang menghimpun negara-negara muslim berkembang termasuk Indonesia untuk menciptakan visi komunitas muslimnya. Agenda politik Islam Erbakan ramai diperbincangkan elite, tetapi relatif tidak membumi di masyarakat.
Sementara politik Islam Erdogan menghendaki keterbukaan politik dan ekonomi. Dari sisi pluralisme, di kampanye-kampanye politiknya Erdogan menyuarakan persamaan hak dan menjunjung demokrasi.
Di sisi ekonomi, kebijakan Erdogan merangkul para kaum borjuasi muslim Anatolia dan mengoneksikannya dengan kapitalisme global. Namun, di sisi lain dia mampu menyamakan kepentingan mereka dengan kebutuhan kelas menengah dan kalangan akar rumput Turki melalui aksi-aksi filantropi.
Menurut pengamat politik Turki Ihsan DaÄŸi keberhasilan mengemas politik Islam yang terbuka dan membentuk aliansi kepentingan antar kelas itu yang menaikkan popularitas AKP. "Inilah yang menyebabkan kebangkitan popularitas Erdogan," ujar dia.
Karena itu, propoganda khilafah yang menghendaki politik Islam yang tertutup tidak sesuai dengan agenda politik AKP. Dengan visi dan akselerasi politiknya, Erdogan sejak 17 tahun lalu hingga saat ini berhasil mempertahankan kedudukannya di pentas politik Turki.
Sejak 1960-an, diskursus mengenai relasi Islam-negara ramai diperbincangkan di Turki. Para pemikir muslim Turki mengkritik sekularisme Ataturk dan mempertanyakan identitas nasional mereka. Diskursus itu memunculkan gagasan Türk Islam sentezi (sintesis Keturkian dan Islam).
Di politik, Erbakan memaknai gagasan itu dengan Mili Görüş (Pandangan Kebangsaan) yang mendorong komunitas Islam yang secara komprehensif mengatur umat. Visi politik Erbakan dipengaruhi oleh pemikiran Sayyid Qutb.
Dalam manifestonya pada 1975, Erbakan menekankan pendidikan agama, industrialisasi, dan keadilan ekonomi yang melindungi hak orang-orang tertindas.
Ahli politik Vedi R Hadiz menyebut visi politik Islam dan ekonomi Erbakan tertutup. "Erbakan jauh lebih tidak condong pada kapitalisme global dan memiliki visi ekonomi yang lebih diarahkan pada perlindungan produsen dan pedagang komunitas kecil yang tertindas," ujarnya.
Karena itu, Erbakan mendirikan D-8 yang menghimpun negara-negara muslim berkembang termasuk Indonesia untuk menciptakan visi komunitas muslimnya. Agenda politik Islam Erbakan ramai diperbincangkan elite, tetapi relatif tidak membumi di masyarakat.
Sementara politik Islam Erdogan menghendaki keterbukaan politik dan ekonomi. Dari sisi pluralisme, di kampanye-kampanye politiknya Erdogan menyuarakan persamaan hak dan menjunjung demokrasi.
Di sisi ekonomi, kebijakan Erdogan merangkul para kaum borjuasi muslim Anatolia dan mengoneksikannya dengan kapitalisme global. Namun, di sisi lain dia mampu menyamakan kepentingan mereka dengan kebutuhan kelas menengah dan kalangan akar rumput Turki melalui aksi-aksi filantropi.
Menurut pengamat politik Turki Ihsan DaÄŸi keberhasilan mengemas politik Islam yang terbuka dan membentuk aliansi kepentingan antar kelas itu yang menaikkan popularitas AKP. "Inilah yang menyebabkan kebangkitan popularitas Erdogan," ujar dia.
Karena itu, propoganda khilafah yang menghendaki politik Islam yang tertutup tidak sesuai dengan agenda politik AKP. Dengan visi dan akselerasi politiknya, Erdogan sejak 17 tahun lalu hingga saat ini berhasil mempertahankan kedudukannya di pentas politik Turki.