Bukan Usung Capres, Ini yang Menjadi Konsentrasi Gerakan KAMI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tudingan miring bahwa Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) hanya kumpulan orang-orang yang ngebet jadi presiden ditanggapi ringan Ketua Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Ahmad Yani. Baginya, orang boleh memberikan respons pro maupun kontra dalam iklim demokrasi.
Akan tetapi, Yani menggarisbawahi KAMI dideklarasikan bukan dalam konteks pemilihan presiden. KAMI adalah gerakan moral yang tidak boleh abai terhadap perkembangan kebijakan dan politik pemerintahan.
(Baca: Disindir, KAMI: Terimakasih Atas Respons Ibu Megawati)
Menurut mantan anggota Komisi III DPR itu, konsentrasi KAMI saat ini bagaimana menyelamatkan rakyat dari kelaparan. "Masak anggaran Covid-19 hampir seribu triliun, tapi rakyat masih bayar tes swab Rp1,5 Juta sampai Rp2 Juta, kan mahal," ujar Yani kepada SINDOnews, Kamis (27/8/2020)..
Ditambah lagi, lanjut dia, rakyat kini menanggung beban lebih berat karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak kunjung turun. "Ekonomi semakin nyungsep nih, dari target 5,2% sekarang berapa? Itu concern kita, BPJS naik, banyak hal, kesejahteraan rakyat," kata dia.
(Baca: Disebut Hendak Nyapres di 2024, Gatot Nurmantyo Bilang Begini)
Dalam konteks pilpres, Yani mendesak DPR dan pemerintah untuk menghapus ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold. "Pandangan KAMI secara moral, KAMI mendesak betul agar DPR dan pemerintah menghapuskan presidential threshold, kenapa? Karena kalau enggak kita terbelah lagi, calonnya masa dua saja," ujar Yani.
Yani berharap partai politik tidak mencalonkan orang lain atau kader partai lain, melainkan mengajukan kader-kader sendiri. Jika banyak calon presiden, kata dia, rakyat punya banyak pilihan. "Itu kalau dalam konteks Pilpres, sedangkan KAMI tidak dalam konteks Pilpres. KAMI berbicara konteks saat ini," ujarnya.
Akan tetapi, Yani menggarisbawahi KAMI dideklarasikan bukan dalam konteks pemilihan presiden. KAMI adalah gerakan moral yang tidak boleh abai terhadap perkembangan kebijakan dan politik pemerintahan.
(Baca: Disindir, KAMI: Terimakasih Atas Respons Ibu Megawati)
Menurut mantan anggota Komisi III DPR itu, konsentrasi KAMI saat ini bagaimana menyelamatkan rakyat dari kelaparan. "Masak anggaran Covid-19 hampir seribu triliun, tapi rakyat masih bayar tes swab Rp1,5 Juta sampai Rp2 Juta, kan mahal," ujar Yani kepada SINDOnews, Kamis (27/8/2020)..
Ditambah lagi, lanjut dia, rakyat kini menanggung beban lebih berat karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak kunjung turun. "Ekonomi semakin nyungsep nih, dari target 5,2% sekarang berapa? Itu concern kita, BPJS naik, banyak hal, kesejahteraan rakyat," kata dia.
(Baca: Disebut Hendak Nyapres di 2024, Gatot Nurmantyo Bilang Begini)
Dalam konteks pilpres, Yani mendesak DPR dan pemerintah untuk menghapus ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold. "Pandangan KAMI secara moral, KAMI mendesak betul agar DPR dan pemerintah menghapuskan presidential threshold, kenapa? Karena kalau enggak kita terbelah lagi, calonnya masa dua saja," ujar Yani.
Yani berharap partai politik tidak mencalonkan orang lain atau kader partai lain, melainkan mengajukan kader-kader sendiri. Jika banyak calon presiden, kata dia, rakyat punya banyak pilihan. "Itu kalau dalam konteks Pilpres, sedangkan KAMI tidak dalam konteks Pilpres. KAMI berbicara konteks saat ini," ujarnya.
(muh)