Pernyataan Surya Paloh Sinyal Kesungguhan Nasdem Jadi Oposisi

Kamis, 31 Oktober 2019 - 09:43 WIB
Pernyataan Surya Paloh Sinyal Kesungguhan Nasdem Jadi Oposisi
Pernyataan Surya Paloh Sinyal Kesungguhan Nasdem Jadi Oposisi
A A A
JAKARTA - Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin menganggap, pernyataan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh terkait kemungkinan partainya akan berperan sebagai oposisi merupakan siasat partai itu untuk merealisasikan kehendak-kehendak politiknya.

Terlebih, kata Said, siasat tersebut disimbolisasikan dengan pertemuan Surya Paloh dengan petinggi PKS yang selama ini memiliki sikap jelas sebagai oposisi atau tetap berada di luar pemeritahan. (Baca juga: Surya Paloh Bersama Pengurus Nasdem Datangi Markas PKS)

Said mengatakan, di dalam praktik politik, salah satu siasat yang lazim digunakan parpol adalah melakukan gertakan politik. Lewat teknik ini partai berharap dapat menaikkan posisi tawarnya sehingga kepentingan-kepentingan politiknya dapat diakomodasi. (Baca juga: Bertemu, Petinggi Nasdem dan PKS Buat Tiga Kesepakatan)

"Jadi, kalau mau dimajukan sebagai probabilitas, bisa saja pernyataan Surya Paloh itu dianggap sebagai gertakan politik kepada Presiden karena mungkin juga ada target politik yang sedang disasar Nasdem. Misalnya, jabatan di pemerintahan," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Kamis (31/10/2019).

Sekalipun jabatan menteri sudah penuh, kata dia, masih ada sejumlah jabatan lain di lingkungan pemerintah yang bisa diincar. Sebut saja jabatan Dewan Pertimbangan Presiden, Staf Khusus Presiden, pimpinan lembaga non-kementerian, bahkan jabatan wakil menteri yang mungkin saja kelak akan ditambah oleh Presiden Jokowi. (Baca juga: Petinggi Nasdem-PKS Bertemu, Peta Politik Nasional Bisa Berubah)

Pertanyaannya, kata Said, apakah untuk mengincar jabatan-jabatan itu Nasdem sampai perlu menggertak Presiden Jokowi dengan membuka opsi menjadi oposisi? Said merasa tidak terlalu yakin dengan hal tersebut.

"Oleh sebab itu perlu juga dibuka kemungkinan yang lain. Bisa saja pernyataan Surya Paloh tersebut merupakan sebuah rencana politik yang pada waktunya sungguh-sungguh akan dilakukan Nasdem," ujarnya. (Baca juga: Paloh Temui Petinggi PKS, Pengamat: Nasdem Kecewa ke Jokowi)

Said menilai, setidaknya ada tiga gejala politik yang bisa dibaca sebagai indikasi bahwa Nasdem memiliki kesungguhan politik menjadi partai oposisi. Pertama, dilihat dari intensitas pernyatannya. Kedua, ditilik dari waktu pernyataannya. Ketiga, ditinjau dari tempat pernyataan itu disampaikan.

"Kalau kita ikuti pernyataan Surya Paloh selama ini, bukan baru sekali dia menyuarakan opsi oposisi secara terbuka. Selain disampaikan secara berulang-ulang, diksi yang digunakan Surya Paloh dari waktu ke waktu juga semakin tegas," katanya. (Baca juga: Manuver Nasdem Bisa Menyulitkan Presiden Jokowi)

Coba perhatikan kalimat Surya Paloh seusai bertemu dengan petinggi PKS kemarin. Disitu Surya Paloh sudah berani mengatakan secara lugas tentang kemungkinan Partai Nasdem untuk berhadapan dengan pemerintah.

Menurut dia, kata berhadapan itu tiada lain maknanya kecuali terkait dengan urusan tentang-menentang atau melawan. Jadi, Nasdem ini sepertinya sudah memikirkan masak-masak dan tampak sungguh-sungguh dengan rencananya menjadi partai penentang pemerintah.

Kemudian kalau kita lihat dari sisi waktunya, pernyataan SP terakhir di Kantor PKS pada tingkat tertentu sebetulnya telah mematahkan dugaan bahwa Nasdem sedang berusaha menekan Presiden.

Bagi Said, jika pernyataan itu disampaikan sebelum Presiden Jokowi membentuk kabinet, masih masuk akal untuk menduga pernyataan soal oposisi itu digunakan Nasdem sebagai cara untuk menekan presiden agar kadernya dapat menduduki lebih banyak kursi di kabinet.

"Tetapi setelah Kabinet Indonesia Maju terbentuk dan Nasdem sendiri telah mendapatkan jatah tiga jabatan menteri, maka agak sulit memahami jika pernyataan itu tetap dikualifikasi sebagai sebuah gertakan politik," ujar dia.

Selain itu, jika pernyataan Surya Paloh bermaksud menekan presiden untuk jabatan yang lain, pernyataan itu terbilang over dosis. Sebab, Nasdem pasti tahu betul risiko yang harus ditanggung jika mereka bermain-main dengan opsi oposisi demi jabatan yang tidak terlalu strategis.

"Jadi, ketika opsi untuk beroposisi itu konsisten disuarakan setelah Nasdem mendapatkan jatah menteri, maka hal ini menunjukan ada gelagat yang serius dari Nasdem untuk berada diluar pemerintahan," ucapnya.

Said menilai, belum pernah ada sejarahnya parpol yang sudah diberikan jatah menteri dalam jumlah yang signifikan mengeluarkan pernyataan semacam itu diawal pembentukan kabinet. Ini baru pertama kali terjadi. jika ancaman itu disampaikan diakhir periode pemerintahan atau menjelang pemilu, ada banyak sekali contohnya.

Selain itu, dugaan bahwa Nasdem memiliki kesungguhan politik untuk beroposisi semakin menguat ketika Surya Paloh mengulangi pernyataannya di kantor parpol yang telah bertekad bulat menjadi oposisi, yaitu PKS.

Dengan menyampaikan kembali pernyataannya di kantor partai oposisi, Surya Paloh seperti ingin memberi pesan kepada Presiden Jokowi bahwa partainya tidak ragu untuk mengambil pilihan politik yang sama dengan PKS.

Ringkasnya, kalau presiden merasa tidak senang dengan pernyataan Nasdem. ”Surya Paloh seolah ingin berkata silakan pecat menteri dari Nasdem kapan pun Bapak mau, karena kami siap setiap saat menjadi partai penentang pemerintah. Jadi, menurut saya pernyataan SP itu tidak bisa lagi dianggap main-main atau dianggap sepele oleh Presiden,” katanya.

Agar opsi itu jangan sampai menyulitkan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf, ada baiknya Presiden Jokowi segera mengagendakan pertemuan dengan Surya Paloh guna mengetahui secara pasti apa yang sesungguhnya diharapkan Nasdem dari pemerintah.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7999 seconds (0.1#10.140)