Sandiaga Nilai Start Up dan UMKM Bisa Jadi Penyelamat Ekonomi Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengusaha Sandiaga Uno meminta Start Up dan UMKM tidak menyerah dalam menghadapi pandemi virus corona (Covid-19). Dia menilai, sejumlah peluang usaha masih bisa dijalankan di tengah segala keterbatasan saat ini.
Menurut dia, guna bertahan di tengah pandemi ini, maka inovasi adalah salah satu kunci dalam bertahan bagi semua bidang usaha. "Kuncinya innovation fast. Pada masa pandemi ini bagaimana kita berinovasi secara cepat dan mampu untuk menjawab tantangan yang kita hadapi," katanya. (Baca juga: Update Corona: 151.498 Positif, 105.198 Sembuh dan Meninggal 6.594 Orang)
Dia menegaskan, inovasi harus hadir pada setiap langkah bagi seorang pengusaha. Dia memahami publik dibebani masalah pangan, biaya listrik, hingga biaya kuota internet dan pulsa. Namun, dia percaya masih ada solusi atas masalah ini.
Dia mengingatkan Indonesia masih menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara untuk produk pertanian dan barang konsumsi. Bahkan, nilai transaksi penjualan online atau e-commerce di Indonesia mencapai USD21 miliar (Rp309 triliun) sehingga menjadi yang terbesar di ASEAN. (Baca juga: Fokus Atasi Corona, Istana Tegaskan Tak Ada Wacana Reshuffle Kabinet)
Menurut dia, guna mengembangkan usaha tentunya harus menentukan tingkat risiko kesehatan dari setiap jenis pekerjaan. Tentukan juga tingkat risiko kesegaran dengan mengidentifikasi pekerjaan mana yang bersifat contac intensive atau intensitas kontak atau persentuhannya tinggi. “Selanjutnya tentukan juga jenis pekerjaan apa yang berpengaruh besar pada perekonomian,” ujarnya.
Sandi menyebut seluruh produk dalam e-commerce justru didominasi komoditas dari Tiongkok. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang harus dihadapi bersama, baik pemerintah maupun kalangan pengusaha. (Baca juga: Kader PDIP Komitmen Dukung Pemerintah Hadapi Corona)
Dia menjelaskan saat ini Start Up, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkontribusi besar terhadap ekonomi Indonesia. Untuk itu, UMKM harus dibenahi untuk memperbaiki ekonomi Indonesia. "Siapa yang harus menghadirkan solusi tersebut? ya kita semua harus siap dan menghadirkan berbagai inovasi,” tandasnya.
Sandi memprediksi bisnis penyediaan ventilator, obat-obatan penanganan Covid-19, vaksin, hingga jamu bakal terus berkembang ke depan. Selain itu, usaha terkait telekonferensi dan bisnis digital dianggap tetap menjanjikan. Usaha sektor hukum dan industri berbasis energi ramah lingkungan, baik energi baru dan energi terbarukan, juga dipercaya tetap dapat hidup. "Ini semua merupakan bagian dari tiga tren utama yang hadir dan terakserealisasi oleh Covid-19," paparnya.
Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Gerindra Kamrussamad mengatakan, selama pandemi ini, ada peningkatan e-commerce. Selain yang naik dari start up di bidang penjualan, tetapi justru ada peningkatan hingga 300% dari start up di bidang kesehatan. “Kalau yang jatuh tentunya ada travel karena ada peningkatan refund sehingga sangat merugikan,” katanya.
Menurut dia, pembayaran digital juga semakin meningkat, begitu juga dengan telemedik dan ada juga dengan pengiriman produk e-commerce. “Ada juga penjualan sayur dan buah yang meningkat, sehingga ini menjadi oportunitiy untuk dikembangkan,” paparnya.
Selain itu, ada sebuah start up pembuat kacamata augmented reality (AR) asal China mencatatkan pertumbuhan yang signifikan selama pandemi Covid-19. Sebab, produk buatannya diminati oleh banyak pihak. Start up Rokid mengembangkan kacamata AR untuk mendeteksi gejala Covid-19 pada akhir 2019, sebelum virus tersebut menyebar luas.
Kacamata bernama T1 tersebut bisa mengukur temperatur orang di sekitar penggunanya dan menampilkan hasil pengukurannya pada layar kacamatanya.
Namun, yang paling penting adalah, Unair sudah memiliki vaksin untuk Covid-19, maka untuk apa Indonesia impor vaksin dari luar. Sehingga cost yang akan dikeluarkan juga akan lebih mahal. “Harusnya kita kembangkan apa yang kita punya, jangan ambil vaksin dari luar,” katanya.
Dari data yang didapatnya, Unair telah melakukan berbagai penelitian terkait dengan pandemi Covid-19 sebagai langkah awal. Selain itu, Unair juga sudah mengambil peran penting dalam penanganan pandemi lewat Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) sebagai unit pelayanan rujukan pasien terkonfirmasi Covid-19, serta Rumah Sakit Penyakit Tropik Infeksi (Tropical Disease Research Center) sebagai pusat penelitian berbagai penyakit. Hal ini tentunya bisa menjadi suatu hal yang bisa mengubah perekonomian Indonesia.
Menurut dia, guna bertahan di tengah pandemi ini, maka inovasi adalah salah satu kunci dalam bertahan bagi semua bidang usaha. "Kuncinya innovation fast. Pada masa pandemi ini bagaimana kita berinovasi secara cepat dan mampu untuk menjawab tantangan yang kita hadapi," katanya. (Baca juga: Update Corona: 151.498 Positif, 105.198 Sembuh dan Meninggal 6.594 Orang)
Dia menegaskan, inovasi harus hadir pada setiap langkah bagi seorang pengusaha. Dia memahami publik dibebani masalah pangan, biaya listrik, hingga biaya kuota internet dan pulsa. Namun, dia percaya masih ada solusi atas masalah ini.
Dia mengingatkan Indonesia masih menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara untuk produk pertanian dan barang konsumsi. Bahkan, nilai transaksi penjualan online atau e-commerce di Indonesia mencapai USD21 miliar (Rp309 triliun) sehingga menjadi yang terbesar di ASEAN. (Baca juga: Fokus Atasi Corona, Istana Tegaskan Tak Ada Wacana Reshuffle Kabinet)
Menurut dia, guna mengembangkan usaha tentunya harus menentukan tingkat risiko kesehatan dari setiap jenis pekerjaan. Tentukan juga tingkat risiko kesegaran dengan mengidentifikasi pekerjaan mana yang bersifat contac intensive atau intensitas kontak atau persentuhannya tinggi. “Selanjutnya tentukan juga jenis pekerjaan apa yang berpengaruh besar pada perekonomian,” ujarnya.
Sandi menyebut seluruh produk dalam e-commerce justru didominasi komoditas dari Tiongkok. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang harus dihadapi bersama, baik pemerintah maupun kalangan pengusaha. (Baca juga: Kader PDIP Komitmen Dukung Pemerintah Hadapi Corona)
Dia menjelaskan saat ini Start Up, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkontribusi besar terhadap ekonomi Indonesia. Untuk itu, UMKM harus dibenahi untuk memperbaiki ekonomi Indonesia. "Siapa yang harus menghadirkan solusi tersebut? ya kita semua harus siap dan menghadirkan berbagai inovasi,” tandasnya.
Sandi memprediksi bisnis penyediaan ventilator, obat-obatan penanganan Covid-19, vaksin, hingga jamu bakal terus berkembang ke depan. Selain itu, usaha terkait telekonferensi dan bisnis digital dianggap tetap menjanjikan. Usaha sektor hukum dan industri berbasis energi ramah lingkungan, baik energi baru dan energi terbarukan, juga dipercaya tetap dapat hidup. "Ini semua merupakan bagian dari tiga tren utama yang hadir dan terakserealisasi oleh Covid-19," paparnya.
Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Gerindra Kamrussamad mengatakan, selama pandemi ini, ada peningkatan e-commerce. Selain yang naik dari start up di bidang penjualan, tetapi justru ada peningkatan hingga 300% dari start up di bidang kesehatan. “Kalau yang jatuh tentunya ada travel karena ada peningkatan refund sehingga sangat merugikan,” katanya.
Menurut dia, pembayaran digital juga semakin meningkat, begitu juga dengan telemedik dan ada juga dengan pengiriman produk e-commerce. “Ada juga penjualan sayur dan buah yang meningkat, sehingga ini menjadi oportunitiy untuk dikembangkan,” paparnya.
Selain itu, ada sebuah start up pembuat kacamata augmented reality (AR) asal China mencatatkan pertumbuhan yang signifikan selama pandemi Covid-19. Sebab, produk buatannya diminati oleh banyak pihak. Start up Rokid mengembangkan kacamata AR untuk mendeteksi gejala Covid-19 pada akhir 2019, sebelum virus tersebut menyebar luas.
Kacamata bernama T1 tersebut bisa mengukur temperatur orang di sekitar penggunanya dan menampilkan hasil pengukurannya pada layar kacamatanya.
Namun, yang paling penting adalah, Unair sudah memiliki vaksin untuk Covid-19, maka untuk apa Indonesia impor vaksin dari luar. Sehingga cost yang akan dikeluarkan juga akan lebih mahal. “Harusnya kita kembangkan apa yang kita punya, jangan ambil vaksin dari luar,” katanya.
Dari data yang didapatnya, Unair telah melakukan berbagai penelitian terkait dengan pandemi Covid-19 sebagai langkah awal. Selain itu, Unair juga sudah mengambil peran penting dalam penanganan pandemi lewat Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) sebagai unit pelayanan rujukan pasien terkonfirmasi Covid-19, serta Rumah Sakit Penyakit Tropik Infeksi (Tropical Disease Research Center) sebagai pusat penelitian berbagai penyakit. Hal ini tentunya bisa menjadi suatu hal yang bisa mengubah perekonomian Indonesia.
(nbs)