Spirit Bermain, Tragedi dan Kematian Jenaka
loading...
A
A
A
Nietzche dan segudang cendekia Barat tak habis-habisnya mengeksplorasi tentang tak sekadar makna will to power, yakni kekuasaan untuk mengendalikan dirinya sebagai manusia bereksistensi. Namun, sebuah konstruk sosial tentang kekuasaan yang sengaja saling berelasi membangun dan dibangun melalui wacana, dan disebarkan oleh dan untuk masyarakat modern dari sekelompok manusia yang memiliki aset kekuasaan lebih unggul dalam politik dan ekonomi.
Kelindan antara produsen junk food, gaya hidup global yang cenderung homogen dan mesin hasrat konsumen bertemu pun diselebrasikan bersama-sama. Cendekia Rene Girard, yang mengamini penuntasan hasrat manusia di abad siber ini sebagai sebuah keinginan subversif mendasar tiap manusia, yang disebutnya konsep keinginan Mimesis -bahwa kita tidak hanya meniru perilaku orang lain tetapi juga keinginan itu sendiri menjadi pokok pangkal.
Bukan keinginan kita semata atas kemauan sang liyan, kita secara tak sadar menginginkan apa yang kita anggap juga diinginkan orang lain. Semacam hukum saling ketertarikan antarsubyek, yang akan menarik juga pihak selanjutnya.
Orang ketiga akan hadir dan segera menyusul membangun industri pornografi anak, menciptakan mitos kekayaan tentang uang Kripto, impresi kolosal keuntungan dasyat pada judi online dan sebuah fenomena ganjil kondisi distopik bumi di masa depan dll, yang viral via internet secara masif. Energi psikis manusia menduplikasi dan membayangkan hasrat sebagai fenomena internal antarsubyek yang terwujud mengglobal dan memaksa.
Di sisi lain, ujaran Kurator Pameran, Anna Sungkar patut direnungkan bahwa kekuasaan dalam konteks lain, secara laten digunakan sebagai sebuah strategi visual dari seniman Syakieb untuk memprovokasi apresian pameran berinteraksi secara intim dengan karya instalasi itu.
Anna menyebut bahwa kisah tragis bisa mewujud secara pelan membuai bahkan elok dan dekat dengan keseharian hidup. “Terjadi pembalikan image dalam karya ini, tempat tidur yang seharusnya menjadi tempat istirahat kemudian diubahnya menjadi kuburan. Syakieb menyadari bahwa karya ini seharusnya tidak menyeramkan namun sebaliknya menjadi lebih friendly dengan memberikan kesempatan pengunjung untuk duduk di sisi tempat tidur dan berfoto”.
Pop Art dan Kejenakaan Kematian
Sejak awal, dimensi pop art merengkuh pengertian banalitas tak terbatas, melebih-lebihkan kekosongan rohani orang-orang modern selain menciptakan kritik dalam dirinya sendiri tentang pemberhalaan objek-objek budaya populer yang sejatinya remeh temeh. Di lain hal, gejala ini menimbulkan justru mereproduksi ledakan makna atas konsep abstraksi kemakmuran, kejayaan pun kemewahan dalam industri seni dunia.
Karya seni Tribute to Junk Food dengan instalasi tempat tidur mewah berhias
renda putih, tengkorak bermateri resin serta patung dan lukisan dalam satu lokasi
sungguh membangun narasi seloroh parodikal yang unik. Foto-foto: Istimewa
Jeff Koons, seniman pop art paling ikonik dunia, dengan karya paling fenomenal Balloon Dog, secara eksplisit sengaja memanfaatkan kualitas material karyanya dengan menonjolkan berpendarnya pantulan lembut obyek minimalis yang menggembung, wujud balon yang ringan, sembari memanggungkan rasa mewah konstruksi polychromed aluminum.
Kelindan antara produsen junk food, gaya hidup global yang cenderung homogen dan mesin hasrat konsumen bertemu pun diselebrasikan bersama-sama. Cendekia Rene Girard, yang mengamini penuntasan hasrat manusia di abad siber ini sebagai sebuah keinginan subversif mendasar tiap manusia, yang disebutnya konsep keinginan Mimesis -bahwa kita tidak hanya meniru perilaku orang lain tetapi juga keinginan itu sendiri menjadi pokok pangkal.
Bukan keinginan kita semata atas kemauan sang liyan, kita secara tak sadar menginginkan apa yang kita anggap juga diinginkan orang lain. Semacam hukum saling ketertarikan antarsubyek, yang akan menarik juga pihak selanjutnya.
Orang ketiga akan hadir dan segera menyusul membangun industri pornografi anak, menciptakan mitos kekayaan tentang uang Kripto, impresi kolosal keuntungan dasyat pada judi online dan sebuah fenomena ganjil kondisi distopik bumi di masa depan dll, yang viral via internet secara masif. Energi psikis manusia menduplikasi dan membayangkan hasrat sebagai fenomena internal antarsubyek yang terwujud mengglobal dan memaksa.
Di sisi lain, ujaran Kurator Pameran, Anna Sungkar patut direnungkan bahwa kekuasaan dalam konteks lain, secara laten digunakan sebagai sebuah strategi visual dari seniman Syakieb untuk memprovokasi apresian pameran berinteraksi secara intim dengan karya instalasi itu.
Anna menyebut bahwa kisah tragis bisa mewujud secara pelan membuai bahkan elok dan dekat dengan keseharian hidup. “Terjadi pembalikan image dalam karya ini, tempat tidur yang seharusnya menjadi tempat istirahat kemudian diubahnya menjadi kuburan. Syakieb menyadari bahwa karya ini seharusnya tidak menyeramkan namun sebaliknya menjadi lebih friendly dengan memberikan kesempatan pengunjung untuk duduk di sisi tempat tidur dan berfoto”.
Pop Art dan Kejenakaan Kematian
Sejak awal, dimensi pop art merengkuh pengertian banalitas tak terbatas, melebih-lebihkan kekosongan rohani orang-orang modern selain menciptakan kritik dalam dirinya sendiri tentang pemberhalaan objek-objek budaya populer yang sejatinya remeh temeh. Di lain hal, gejala ini menimbulkan justru mereproduksi ledakan makna atas konsep abstraksi kemakmuran, kejayaan pun kemewahan dalam industri seni dunia.
Karya seni Tribute to Junk Food dengan instalasi tempat tidur mewah berhias
renda putih, tengkorak bermateri resin serta patung dan lukisan dalam satu lokasi
sungguh membangun narasi seloroh parodikal yang unik. Foto-foto: Istimewa
Jeff Koons, seniman pop art paling ikonik dunia, dengan karya paling fenomenal Balloon Dog, secara eksplisit sengaja memanfaatkan kualitas material karyanya dengan menonjolkan berpendarnya pantulan lembut obyek minimalis yang menggembung, wujud balon yang ringan, sembari memanggungkan rasa mewah konstruksi polychromed aluminum.