Spirit Bermain, Tragedi dan Kematian Jenaka

Minggu, 30 Juni 2024 - 09:14 WIB
loading...
A A A
Dari film awal abad ke-20 Charlie Caplin sampai karya-karya komikal Rowan Atkinson, yang kemudian tenar dengan Mr Bean-nya, kita merasakan ada sasaran kelucuan yang kemudian membuat masyarakat terhibur, meski menyisakan luka yang tertunda.

Tapi, sang seniman pencipta humor itu mengobatinya tanpa membuat marah siapapun. Charlie Caplin yang memparodikan Adolf Hitler maupun Mr Bean yang mengomedikan masyarakat “borjuis” Inggris, benar-benar sebuah komedi yang membuka borok-borok sosial.

Tragedi, Hasrat Kuasa dan Konsumsi

Karya instalasi milik Syakieb seperti segugus seremoni visual untuk menggedor kembali makna tentang tragedi di dunia modern dan sihir kolektif gaya hidup. Menjejak ulang ruang-ruang urban yang serba cepat serta peliknya kerangkeng hasrat manusia mengonsumsi benda-benda sebagai sebuah keniscayaan.

Gaya hidup menjadi lebih penting dari hidup itu sendiri, tak lagi milik golongan tertentu, namun telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari manusia kota dan yang berbeda hanya pada bentuk pemuasannya, bukan pada intensitasnya.

Spirit Bermain, Tragedi dan Kematian Jenaka


Gejolak hasrat dan ketidaksadaran kolektif manusia tentu saja diperolok oleh karya instalasi Syakieb, dengan memanggungkan sebuah tragedi “kengerian namun elok secara visual”. Sebagai sebuah obyek, yakni tengkorak dan relasinya dengan imej-imej produk makanan cepat saji; yang menggugah justru kewarasan akal dan merasai betapa ringkih kita menjadi manusia?

Syakieb bermain-main dalam kode-kode, menyesatkan konsentrasi imajiner tak hanya pada “sekadar keindahan benda-benda” tentang ikon konsumerisme. Karyanya menggoda kita, McD dan KFC menerbangkan imaji-imaji abstraktif bentuk-bentuk dan teks-teks terbuka atas lambang kesempurnaan kemasan adalah sesuatu paling didamba pada abad ini yang dipasarkan demi mengompori hasrat.

baca juga: MNC Life dan Treasury Gelar Pameran Seni Art Jakarta Gardens 2024

Ia menemani kita, menggiring ironi di sana, keindahan, kecantikan, idealisasi atau kesempurnaan adalah impian-impian yang mewujud sebagai perangkat libidinal manusia untuk tidak mengatakan cukup. Tak menerima apa yang kita butuh, tapi meledakkan keinginan-keinginan berupa hasrat sebagai sebentuk kekuasaan mengonsumsi makanan yang tak terbatas.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1075 seconds (0.1#10.140)