Kapal Bekas dan Masa Depan Kerja Sama Alutsista Indonesia-Korsel
loading...
A
A
A
Buku Putih Pertahanan juga menegaskan Korsel sebagai mitra penting Indonesia dalam pembangunan kapabilitas pertahanan dan peningkatan profesionalisme prajurit TNI. Disebutkan Indonesia dan Korsel telah memiliki kesepakatan kerja sama di bidang pertahanan.
baca juga: Galangan Kapal Swasta Terdepan Dorong Kemandirian Alutsista
Kerja sama pertahanan dimaksud antara lain dialog bilateral rutin dan konsultasi tentang isu-isu strategis dan keamanan; pertukaran pengalaman dan informasi pertahanan; pertukaran personel untuk pendidikan; pelatihan profesional; kunjungan dan penelitian bersama; pertukaran data ilmiah dan teknologi, para ahli, teknisi, pelatih dan kerja sama teknis lain sesuai kepentingan pertahanan; peningkatan kerja sama kedua angkatan bersenjata; bantuan dan dukungan logistik pertahanan; dan pengadaan alutsista.
Tersisih dari Persaingan
Momentum kemesraan kerja sama Indonesia-Korsel sudah terjadi pada 2004 kala pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memborong 4 unit kapal LPD kelas Makassar buatan Daesun Shipbuilding & Engineering Co. dengan skema ToT, yakni 2 kapal dibangun Korsel dan 2 lainnya dibangun di PT PAL. Transfer knowledge yang diperoleh pun membuat PT PAL bisa membangun dan mendesain ulang kapal jenis tersebut, dan bahkan mengekspornya ke Filiphina dan Uni Emirate Arab (UEA).
Setelah kerja sama LPD yang sukses besar, kerja sama alutsista Indonesia-Korsel menunjukkan tren semakin intensif yang ditandai dengan akuisisi kapal selam Chang Bogo pada akhir 2011 dan proyek prestisius kerja sama pembangunan KFX-IFX yang sama-sama terjadi di era Presiden SBY. Untuk kapal selam, Indonesia-Korsel telah menyelesaikan batch I yang menghasilkan KRI Nagapasa-403, KRI Ardadeli-404, dan KRI Alugoro-405.
Namun belakangan muncul persoalan terkait performa kapal selam yang diproduksi Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Co Ltd tersebut, hingga TNI AL disebut tidak mengoperasikannya karena pertimbangan risiko. Atas alasan itulah, akuisisi batch II yang direncanakan membangun tiga kapal Chang Bogo tidak lagi menjadi prioritas. Padahal konon, DSME sudah memesan sejumlah spare part untuk persiapan produksi Batch II.
Begitupun proyek kerja sama KFX-IFX juga menemui banyak ganjalan. Kondisi yang terjadi belakangan diperumit dengan munculnya drama penahanan seorang insinyur Indonesia dengan tuduhan mencuri teknologi jet di Korea Aerospace Industries (KAI), produsen KF-21 Boromae.Yang bersangkutan tertangkap pada bulan Januari saat mencoba meninggalkan fasilitas KAI dengan perangkat penyimpanan USB yang berisi data tentang jet tempur tersebut.
Selain program kerja sama alutsista di atas, Indonesia-Korsel sebenarnya masih ada jual beli pengadaan enam jet tempur latih T-50i senilai total USD240 juta atau berkisar Rp3,4 triliun rupiah pada 2021. Langkah ini merupakan kelanjutan akuisisi 16 unit pesawat T-50 Golden Eagle senilai USD400 juta yang dilakukan tepat satu dekade sebelumnya.
Dilihat dari tiga transaksi tersebut, tampak sekali indikasi tingginya rasa saling percaya antar-kedua pihak, termasuk dari sisi Indonesia berani menjadi pembeli pertama alutsista sekelas kapal selam dan pesawat tempur yang notabene belum battle proven.
baca juga: Galangan Kapal Swasta Terdepan Dorong Kemandirian Alutsista
Kerja sama pertahanan dimaksud antara lain dialog bilateral rutin dan konsultasi tentang isu-isu strategis dan keamanan; pertukaran pengalaman dan informasi pertahanan; pertukaran personel untuk pendidikan; pelatihan profesional; kunjungan dan penelitian bersama; pertukaran data ilmiah dan teknologi, para ahli, teknisi, pelatih dan kerja sama teknis lain sesuai kepentingan pertahanan; peningkatan kerja sama kedua angkatan bersenjata; bantuan dan dukungan logistik pertahanan; dan pengadaan alutsista.
Tersisih dari Persaingan
Momentum kemesraan kerja sama Indonesia-Korsel sudah terjadi pada 2004 kala pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memborong 4 unit kapal LPD kelas Makassar buatan Daesun Shipbuilding & Engineering Co. dengan skema ToT, yakni 2 kapal dibangun Korsel dan 2 lainnya dibangun di PT PAL. Transfer knowledge yang diperoleh pun membuat PT PAL bisa membangun dan mendesain ulang kapal jenis tersebut, dan bahkan mengekspornya ke Filiphina dan Uni Emirate Arab (UEA).
Setelah kerja sama LPD yang sukses besar, kerja sama alutsista Indonesia-Korsel menunjukkan tren semakin intensif yang ditandai dengan akuisisi kapal selam Chang Bogo pada akhir 2011 dan proyek prestisius kerja sama pembangunan KFX-IFX yang sama-sama terjadi di era Presiden SBY. Untuk kapal selam, Indonesia-Korsel telah menyelesaikan batch I yang menghasilkan KRI Nagapasa-403, KRI Ardadeli-404, dan KRI Alugoro-405.
Namun belakangan muncul persoalan terkait performa kapal selam yang diproduksi Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Co Ltd tersebut, hingga TNI AL disebut tidak mengoperasikannya karena pertimbangan risiko. Atas alasan itulah, akuisisi batch II yang direncanakan membangun tiga kapal Chang Bogo tidak lagi menjadi prioritas. Padahal konon, DSME sudah memesan sejumlah spare part untuk persiapan produksi Batch II.
Begitupun proyek kerja sama KFX-IFX juga menemui banyak ganjalan. Kondisi yang terjadi belakangan diperumit dengan munculnya drama penahanan seorang insinyur Indonesia dengan tuduhan mencuri teknologi jet di Korea Aerospace Industries (KAI), produsen KF-21 Boromae.Yang bersangkutan tertangkap pada bulan Januari saat mencoba meninggalkan fasilitas KAI dengan perangkat penyimpanan USB yang berisi data tentang jet tempur tersebut.
Selain program kerja sama alutsista di atas, Indonesia-Korsel sebenarnya masih ada jual beli pengadaan enam jet tempur latih T-50i senilai total USD240 juta atau berkisar Rp3,4 triliun rupiah pada 2021. Langkah ini merupakan kelanjutan akuisisi 16 unit pesawat T-50 Golden Eagle senilai USD400 juta yang dilakukan tepat satu dekade sebelumnya.
Dilihat dari tiga transaksi tersebut, tampak sekali indikasi tingginya rasa saling percaya antar-kedua pihak, termasuk dari sisi Indonesia berani menjadi pembeli pertama alutsista sekelas kapal selam dan pesawat tempur yang notabene belum battle proven.