Deklarasi KAMI, Gatot Nurmantyo Bicara Proxy War dan Senjata Biologis Massal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menyampaikan sejumlah hal saat memberi sambutan dalam deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (18/8/2020). Gatot bicara tentang proxy war dan senjata biologis massal.
"Jika hari-hari ini kita mendengar dan menyaksikan bumi pertiwi dirundung masalah, saya ingin mengajak kita sekalian untuk mengingat beberapa hal," kata Gatot.
Pertama, ujar Gatot, pada 10 Maret 2014 dirinya berkesempatan berdialog dengan civitas akademika Universitas Indonesia. Saat itu, kata Gatot, dia antara lain bicara tentang proxy war yang menjadi satu ancaman yang luar biasa terhadap kedaulatan suatu bangsa.
(Baca Juga: Proxy War sebagai Ancaman Bangsa).
"Penguasaan suatu negara oleh kekuatan lain tidak lagi harus dengan fisik, namun bisa menggunakan proxy, mengintervensi pemilu dan memilih pejabat, untuk pada saatnya pejabat tersebut bisa dikendalikan bahkan menjadi boneka bagi kepentingan lain yang bukan menjadi kepentingan dan tujuan negara," jelas Gatot yang diapit pemimpin Komite Khittah Nahdlatul Ulama 1926 Prof Rochmat Wahab dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin.
Hal ini, lanjut Gatot, diperburuk oleh tumbuh dan berkembangnya oligarki kekuasaan di negeri ini, kekuasaan dimainkan, dikelola oleh kelompok orang dan lebih tidak beruntung lagi bagi kita semua mereka melakukan dengan topeng konstitusi.
"Apakah benar sekarang hal ini terjadi di negeri kita? Adalah rakyat Indonesia yang berhak menjawab," kata mantan Panglima TNI ini.
Kedua, lanjut Gatot, pada 24 Oktober 2017, setelah pembukaan konferensi internasional, dirinya mengatakan kita patut mewaspadai ancaman senjata biologis massal yang diciptakan untuk melumpuhkan negara lain dan berpotensi menciptakan epidemi.
(Lihat Juga Foto: Gatot Nurmantyo Hadiri Deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi ).
"Hari-hari ini kita semua berjuang mengatasi epidemi Covid-19 . Saya tidak menyatakan bahwa pernyataan saya tiga tahun lalu itu sepenuhnya tepat adanya. Tetapi sekali lagi, hari-hari ini kita telah dan sedang menghadapi pandemi yang tidak mudah ditaluklukkan. Apalagi jika respons terhadap ancaman ini dipenuhi dengan sikap menggampangkan," ujar jenderal kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 ini.
"Jika hari-hari ini kita mendengar dan menyaksikan bumi pertiwi dirundung masalah, saya ingin mengajak kita sekalian untuk mengingat beberapa hal," kata Gatot.
Pertama, ujar Gatot, pada 10 Maret 2014 dirinya berkesempatan berdialog dengan civitas akademika Universitas Indonesia. Saat itu, kata Gatot, dia antara lain bicara tentang proxy war yang menjadi satu ancaman yang luar biasa terhadap kedaulatan suatu bangsa.
(Baca Juga: Proxy War sebagai Ancaman Bangsa).
"Penguasaan suatu negara oleh kekuatan lain tidak lagi harus dengan fisik, namun bisa menggunakan proxy, mengintervensi pemilu dan memilih pejabat, untuk pada saatnya pejabat tersebut bisa dikendalikan bahkan menjadi boneka bagi kepentingan lain yang bukan menjadi kepentingan dan tujuan negara," jelas Gatot yang diapit pemimpin Komite Khittah Nahdlatul Ulama 1926 Prof Rochmat Wahab dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin.
Hal ini, lanjut Gatot, diperburuk oleh tumbuh dan berkembangnya oligarki kekuasaan di negeri ini, kekuasaan dimainkan, dikelola oleh kelompok orang dan lebih tidak beruntung lagi bagi kita semua mereka melakukan dengan topeng konstitusi.
"Apakah benar sekarang hal ini terjadi di negeri kita? Adalah rakyat Indonesia yang berhak menjawab," kata mantan Panglima TNI ini.
Kedua, lanjut Gatot, pada 24 Oktober 2017, setelah pembukaan konferensi internasional, dirinya mengatakan kita patut mewaspadai ancaman senjata biologis massal yang diciptakan untuk melumpuhkan negara lain dan berpotensi menciptakan epidemi.
(Lihat Juga Foto: Gatot Nurmantyo Hadiri Deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi ).
"Hari-hari ini kita semua berjuang mengatasi epidemi Covid-19 . Saya tidak menyatakan bahwa pernyataan saya tiga tahun lalu itu sepenuhnya tepat adanya. Tetapi sekali lagi, hari-hari ini kita telah dan sedang menghadapi pandemi yang tidak mudah ditaluklukkan. Apalagi jika respons terhadap ancaman ini dipenuhi dengan sikap menggampangkan," ujar jenderal kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 ini.
(zik)