Masyarakat Butuh Banyak Pilihan Alternatif Pengganti Kantong Plastik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohammad Taufik menilai, jika semakin banyak alternatif pengganti kantong plastik, akan semakin bagus. Karena masyarakat memiliki banyak pilihan.
(Baca juga: Luhut Sebut Arak Bali Mampu Turunkan Angka Penderita Covid-19)
"Yang penting jangan plastik kresek konvensional seperti dulu yang sulit terurai sekitar 500-1.000 tahun. Namun, harus ada pilihan yang membuat masyarakat semakin diuntungkan, dan juga tidak terbebani. Jangan sampai solusinya hanya terbatas dan tidak banyak alternatif, sebab akan menjadi mahal yang membebani masyarakat dan lagi dikhawatirkan akan menuju monopoli," ujar Taufik, Kamis (12/8/2020).
(Baca juga: Bertambah 28 Kasus, Total 1.322 WNI di Luar Negeri Terkonfirmasi Covid-19)
Taufik memberi contoh, misalnya di lapangan, banyak toko-toko atau mal-mal, diarahkan terutama ke kertas atau spunbond (pp non woven) yang merupakan senyawa polypropylene (plastik konvensional), dimana masih mengandung mikroplastik.
"Selain itu penggunaan kantong belanja dengan kertas selain sulit dipakai ulang, maka bila terlalu banyak penggunaan kertas menjadi isu lingkungan juga karena akan terjadi kembali penebangan hutan yang besar-besaran. Sementara kalau pakai polypropylene/kain spunbond tersebut," ucapnya.
"Itu adalah bahan yang sama untuk masker, APD, dlsb., sehingga ada kompetisi dan keterbatasan bahan mentah, yang nanti ujung2nya akan memperbanyak impor bahan tersebut, dan masker dan APD tambah mahal karena banyak bahan polypropylene tersebut dibuat jadi kantong belanja," tambahnya.
Menurut Taufik, tentang kantong-kantong daun, ranting, anyaman, itu saya lihat bagus sekali. Tetapi memang masih ada keterbatasan yaitu terutama dari fungsional yang tidak rapat sehingga air-air bisa keluar / menetes. Lalu juga lebih cepat rusak sehingga pakai ulangnya terbatas.
"Dan mungkin keterbatasan lain adalah jumlah bahan dasarnya pun terbatas dan cara produksi manual, sehingga ini bagus dan stimulasi ekonomi UKM. Tetapi untuk yang kebutuhan rakyat DKI yang jumlahnya kalau siang bisa sampai 20 jt orang, butuh banyak pilihan-pilihan lain yang bisa di produksi secara industri juga ya sehingga terjangkau sebanyak mungkin orang dengan harga yang terjangkau juga," kata Taufik
Kata Taufik, jadi kalau ada juga material-material baru seperti yang saya lihat dari singkong, semakin bagus karena konsumsi tidak akan terkonsentrasi ke kertas atau polypropylene plastik saja. Yang penting kantong singkong ini harus kuat anti air, tidak larut, agar bisa dipakai ulang, dan kalau bisa dijaman Covid ini, bisa dicuci juga.
"Pati singkong nya juga saya dengar bisa dari singkong racun, dan singkong juga bukan bahan pangan utama Indonesia jadi cukup aman sebagai salah satu alternatif. Apalagi pati singkongnya diambil dari petani-petani singkong Indonesia jadi ada dampak positif petani-petani UMKM," ujarnya.
"Jadi implementasi Pergub 142/2019 baiknya mengakomodasi solusi inovatif juga, yang penting semuanya berubah kearah green mulai dari perilaku, cara pakai kantong harus pakai ulang, sampai material inovatif yang ada, yang penting lebih baik dan bukan dari konvensional plastik," tandasnya.
(Baca juga: Luhut Sebut Arak Bali Mampu Turunkan Angka Penderita Covid-19)
"Yang penting jangan plastik kresek konvensional seperti dulu yang sulit terurai sekitar 500-1.000 tahun. Namun, harus ada pilihan yang membuat masyarakat semakin diuntungkan, dan juga tidak terbebani. Jangan sampai solusinya hanya terbatas dan tidak banyak alternatif, sebab akan menjadi mahal yang membebani masyarakat dan lagi dikhawatirkan akan menuju monopoli," ujar Taufik, Kamis (12/8/2020).
(Baca juga: Bertambah 28 Kasus, Total 1.322 WNI di Luar Negeri Terkonfirmasi Covid-19)
Taufik memberi contoh, misalnya di lapangan, banyak toko-toko atau mal-mal, diarahkan terutama ke kertas atau spunbond (pp non woven) yang merupakan senyawa polypropylene (plastik konvensional), dimana masih mengandung mikroplastik.
"Selain itu penggunaan kantong belanja dengan kertas selain sulit dipakai ulang, maka bila terlalu banyak penggunaan kertas menjadi isu lingkungan juga karena akan terjadi kembali penebangan hutan yang besar-besaran. Sementara kalau pakai polypropylene/kain spunbond tersebut," ucapnya.
"Itu adalah bahan yang sama untuk masker, APD, dlsb., sehingga ada kompetisi dan keterbatasan bahan mentah, yang nanti ujung2nya akan memperbanyak impor bahan tersebut, dan masker dan APD tambah mahal karena banyak bahan polypropylene tersebut dibuat jadi kantong belanja," tambahnya.
Menurut Taufik, tentang kantong-kantong daun, ranting, anyaman, itu saya lihat bagus sekali. Tetapi memang masih ada keterbatasan yaitu terutama dari fungsional yang tidak rapat sehingga air-air bisa keluar / menetes. Lalu juga lebih cepat rusak sehingga pakai ulangnya terbatas.
"Dan mungkin keterbatasan lain adalah jumlah bahan dasarnya pun terbatas dan cara produksi manual, sehingga ini bagus dan stimulasi ekonomi UKM. Tetapi untuk yang kebutuhan rakyat DKI yang jumlahnya kalau siang bisa sampai 20 jt orang, butuh banyak pilihan-pilihan lain yang bisa di produksi secara industri juga ya sehingga terjangkau sebanyak mungkin orang dengan harga yang terjangkau juga," kata Taufik
Kata Taufik, jadi kalau ada juga material-material baru seperti yang saya lihat dari singkong, semakin bagus karena konsumsi tidak akan terkonsentrasi ke kertas atau polypropylene plastik saja. Yang penting kantong singkong ini harus kuat anti air, tidak larut, agar bisa dipakai ulang, dan kalau bisa dijaman Covid ini, bisa dicuci juga.
"Pati singkong nya juga saya dengar bisa dari singkong racun, dan singkong juga bukan bahan pangan utama Indonesia jadi cukup aman sebagai salah satu alternatif. Apalagi pati singkongnya diambil dari petani-petani singkong Indonesia jadi ada dampak positif petani-petani UMKM," ujarnya.
"Jadi implementasi Pergub 142/2019 baiknya mengakomodasi solusi inovatif juga, yang penting semuanya berubah kearah green mulai dari perilaku, cara pakai kantong harus pakai ulang, sampai material inovatif yang ada, yang penting lebih baik dan bukan dari konvensional plastik," tandasnya.
(maf)