Mengurangi Sampah Laut Melalui Operasi Tangkap Tangan
loading...
A
A
A
Dalam waktu singkat perairan di sekitar Pulau Pramuka sudah dipenuhi sampah. Untuk mengurangi serbuan sampah-sampah tersebut penduduk Pulau Pramuka yang berjumlah sekitar 2.000 orang sering menggelar OTT alias Operasi Tangkap Tangan. Jangan salah duga dulu, OTT yang dimaksud bukan untuk menangkap koruptor seperti yang sering dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
OTT ini berupa gotong royong, kerja bakti memunguti sampah dengan tangan di sekitar pantai dan perairan pulau tersebut. Pernah dalam satu hari OTT sampah laut yang dilakukan warga Pulau Pramuka menghasilkan kurang lebih 300 kg sampah.
Kerugian akibat Sampah Laut
Sampah laut jadi persoalan serius bagi warga di Pulau Pramuka.Tidak hanya membuat nelayan kesulitan mendapatkan ikan, sampah juga menimbulkan bau dan pemandangan yang tak sedap, juga menjadi sumber berbagai penyakit. Apalagi di Pulau Pramuka terdapat pusat konsevasi Penyu yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kepulauan Seribu. Harus segera dicari solusinya.
Faktanya bukan hanya Samsuri, Ibu Mahariah dan penduduk Kepulauan Seribu saja yang menderita akibat sampah. Jutaan orang di negeri ini yang menggantungkan hidupnya dari laut, juga bernasib sama. Merasakan dampak akibat serbuan sampah yang masuk ke laut.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang kini telah berubah menjadi Badan Riset dan Inovasi Indonesia (BRIN) pada 2019 mengungkapkan, sepanjang 2018 ada 290 ribu hingga 590 ribu ton sampah yangbegitu saja terbuang ke laut.
Sebagian besar dari sampah yang masuk ke laut itu berupa sampah plastik. Jika tak ada upaya nyata, sampah plastik yang masuk ke laut akan bertambah hingga mencapai 780 ribu ton per tahun.
Sampah plastik ini sangat berbahaya. Butuh ratusan tahun untuk sampah plastik ini dapat terurai. Belum lagi kandungan zat berbahaya yang ada dalam sampah plastik. Di laut sampah palstik ini dapat berubah menjadi sampah palstik berukuruan sangat kecil (microplastik), sehingga makin mudah masuk ke dalam tubuh ikan dan juga manusia.
baca juga: Perangi Sampah Laut, KKP Matangkan BCL Sebagai Gerakan Nasional
Kerugian yang ditimbulkan oleh sampah yang masuk ke laut tidak bisa dianggap enteng. Maret 2021 World Bank merilis data, kerugian yang dialami Indonesia akibat sampah laut sudah mencapai USD450 juta per tahun, atau sekitar Rp6,5 triliun. Sektor perikanan dan pariwisata paling merasakan dampak buruk dari sampah laut.
OTT ini berupa gotong royong, kerja bakti memunguti sampah dengan tangan di sekitar pantai dan perairan pulau tersebut. Pernah dalam satu hari OTT sampah laut yang dilakukan warga Pulau Pramuka menghasilkan kurang lebih 300 kg sampah.
Kerugian akibat Sampah Laut
Sampah laut jadi persoalan serius bagi warga di Pulau Pramuka.Tidak hanya membuat nelayan kesulitan mendapatkan ikan, sampah juga menimbulkan bau dan pemandangan yang tak sedap, juga menjadi sumber berbagai penyakit. Apalagi di Pulau Pramuka terdapat pusat konsevasi Penyu yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kepulauan Seribu. Harus segera dicari solusinya.
Faktanya bukan hanya Samsuri, Ibu Mahariah dan penduduk Kepulauan Seribu saja yang menderita akibat sampah. Jutaan orang di negeri ini yang menggantungkan hidupnya dari laut, juga bernasib sama. Merasakan dampak akibat serbuan sampah yang masuk ke laut.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang kini telah berubah menjadi Badan Riset dan Inovasi Indonesia (BRIN) pada 2019 mengungkapkan, sepanjang 2018 ada 290 ribu hingga 590 ribu ton sampah yangbegitu saja terbuang ke laut.
Sebagian besar dari sampah yang masuk ke laut itu berupa sampah plastik. Jika tak ada upaya nyata, sampah plastik yang masuk ke laut akan bertambah hingga mencapai 780 ribu ton per tahun.
Sampah plastik ini sangat berbahaya. Butuh ratusan tahun untuk sampah plastik ini dapat terurai. Belum lagi kandungan zat berbahaya yang ada dalam sampah plastik. Di laut sampah palstik ini dapat berubah menjadi sampah palstik berukuruan sangat kecil (microplastik), sehingga makin mudah masuk ke dalam tubuh ikan dan juga manusia.
baca juga: Perangi Sampah Laut, KKP Matangkan BCL Sebagai Gerakan Nasional
Kerugian yang ditimbulkan oleh sampah yang masuk ke laut tidak bisa dianggap enteng. Maret 2021 World Bank merilis data, kerugian yang dialami Indonesia akibat sampah laut sudah mencapai USD450 juta per tahun, atau sekitar Rp6,5 triliun. Sektor perikanan dan pariwisata paling merasakan dampak buruk dari sampah laut.