Menjaga Geliat Konsumsi Masyarakat
loading...
A
A
A
Lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut tak lain akibat pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya serta terjadinya penurunan dalam belanja pemerintah. BPS mencatat bahwa pada kuartal ketiga 2023 tersebut, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 3,8% dibanding tahun sebelumnya.
Berkaca pada kondisi ekonomi saat ini, daya beli masyarakat dan tingkat inflasi yang rendah memegang peran sentral dalam menciptakan lingkungan ekonomi yang kondusif untuk pertumbuhan yang berkelanjutan bagi Indonesia di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global. Menjaga daya beli masyarakat dan mendorong inflasi yang rendah memiliki dampak positif pada konsumsi, investasi, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Daya beli masyarakat menciptakan dasar bagi konsumsi, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi. Tatkala masyarakat memiliki daya beli yang stabil atau meningkat, maka masyarakat cenderung lebih termotivasi untuk melakukan pembelian barang dan jasa.
Hal tersebut selanjutnya akan memberikan dorongan positif pula pada sektor swasta untuk berproduksi. Terkait hal ini, konsumsi pemerintah melalui belanja pemerintah dapat menjadi salah satu instrumen kebijakan yang efektif untuk menjaga daya beli masyarakat dan mengendalikan tingkat inflasi.
Saat ini, konsumsi pemerintah melalui penyaluran belanja barang, belanja pegawai, dan belanja modal perlu didorong lebih cepat untuk bisa memberi dampak langsung dalam menjaga daya beli masyarakat serta memicu multiplier effect terhadap perekonomian. Belanja pemerintah diharapkan dapat menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil, mendukung daya beli masyarakat, dan pada saat yang sama juga dapat memitigasi risiko inflasi.
Sebagai upaya menjaga daya beli masyarakat, pemerintah dapat mengalokasikan dana pada program-program kesejahteraan sosial, termasuk bantuan sosial langsung, subsidi kebutuhan pokok, dan program kesehatan yang terjangkau untuk memberikan dukungan langsung kepada kelompok masyarakat yang rentan terhadap fluktuasi ekonomi.
Bantuan tunai langsung dan subsidi makanan, misalnya, dapat membantu menjaga daya beli kelompok ekonomi menengah ke bawah, menciptakan efek positif pada konsumsi. Selain itu, salah satu strategi lain yang juga dapat diadopsi adalah konsumsi pemerintah melalui belanja modal yang dapat meningkatkan kapasitas produksi ekonomi tanpa secara drastis meningkatkan permintaan agregat.
Mitigasi Dampak Dinamika Ekonomi Pada Industri
Di tengah penurunan daya beli dan melemahnya nilai tukar Rupiah yang mempengaruhi produksi, industri pengolahan masih terus berkontribusi terhadap perekonomian nasional. BPS merilis bahwa pada periode ini sektor industri pengolahan tumbuh 5,20% (yoy), melampaui pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,94% pada periode yang sama. Angka tersebut cukup membuktikan bahwa Indonesia tidak sedang dalam proses deindustrialisasi dini.
Industri manufaktur tetap tumbuh positif dan mengesankan dibanding dengan industri manufaktur negara tetangga lainnya. Bahkan pertumbuhannya melampaui pertumbuhan ekonomi nasional, hal ini sekaligus menjadi sumber terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2023.
Sektor industri kembali menduduki peringkat pertama atau menyumbang investasi terbesar yaitu 41,2% terhadap realisasi investasi nasional (sebesar Rp433,9 triliun) sepanjang Januari – September 2023. Angka tersebut naik 18,8% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Berkaca pada kondisi ekonomi saat ini, daya beli masyarakat dan tingkat inflasi yang rendah memegang peran sentral dalam menciptakan lingkungan ekonomi yang kondusif untuk pertumbuhan yang berkelanjutan bagi Indonesia di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global. Menjaga daya beli masyarakat dan mendorong inflasi yang rendah memiliki dampak positif pada konsumsi, investasi, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Daya beli masyarakat menciptakan dasar bagi konsumsi, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi. Tatkala masyarakat memiliki daya beli yang stabil atau meningkat, maka masyarakat cenderung lebih termotivasi untuk melakukan pembelian barang dan jasa.
Hal tersebut selanjutnya akan memberikan dorongan positif pula pada sektor swasta untuk berproduksi. Terkait hal ini, konsumsi pemerintah melalui belanja pemerintah dapat menjadi salah satu instrumen kebijakan yang efektif untuk menjaga daya beli masyarakat dan mengendalikan tingkat inflasi.
Saat ini, konsumsi pemerintah melalui penyaluran belanja barang, belanja pegawai, dan belanja modal perlu didorong lebih cepat untuk bisa memberi dampak langsung dalam menjaga daya beli masyarakat serta memicu multiplier effect terhadap perekonomian. Belanja pemerintah diharapkan dapat menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil, mendukung daya beli masyarakat, dan pada saat yang sama juga dapat memitigasi risiko inflasi.
Sebagai upaya menjaga daya beli masyarakat, pemerintah dapat mengalokasikan dana pada program-program kesejahteraan sosial, termasuk bantuan sosial langsung, subsidi kebutuhan pokok, dan program kesehatan yang terjangkau untuk memberikan dukungan langsung kepada kelompok masyarakat yang rentan terhadap fluktuasi ekonomi.
Bantuan tunai langsung dan subsidi makanan, misalnya, dapat membantu menjaga daya beli kelompok ekonomi menengah ke bawah, menciptakan efek positif pada konsumsi. Selain itu, salah satu strategi lain yang juga dapat diadopsi adalah konsumsi pemerintah melalui belanja modal yang dapat meningkatkan kapasitas produksi ekonomi tanpa secara drastis meningkatkan permintaan agregat.
Mitigasi Dampak Dinamika Ekonomi Pada Industri
Di tengah penurunan daya beli dan melemahnya nilai tukar Rupiah yang mempengaruhi produksi, industri pengolahan masih terus berkontribusi terhadap perekonomian nasional. BPS merilis bahwa pada periode ini sektor industri pengolahan tumbuh 5,20% (yoy), melampaui pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,94% pada periode yang sama. Angka tersebut cukup membuktikan bahwa Indonesia tidak sedang dalam proses deindustrialisasi dini.
Industri manufaktur tetap tumbuh positif dan mengesankan dibanding dengan industri manufaktur negara tetangga lainnya. Bahkan pertumbuhannya melampaui pertumbuhan ekonomi nasional, hal ini sekaligus menjadi sumber terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2023.
Sektor industri kembali menduduki peringkat pertama atau menyumbang investasi terbesar yaitu 41,2% terhadap realisasi investasi nasional (sebesar Rp433,9 triliun) sepanjang Januari – September 2023. Angka tersebut naik 18,8% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.