Sule dan Butarsi Berkolaborasi, Stunting Perlahan Pergi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Syaiful nampak letih. Wajahnya terlihat lebih tua dari usianya yang masih 30 tahun. Di kontrakan berukuran 3x5 meter persegi yang disewanya dengan tarif Rp800.000 per bulan, pria asal Sragen Jawa Tengah itu tampak sibuk menyiapkan gerobak dorong berbahan aluminium untuk menjual dagangannya.
baca juga: Perang Melawan Stunting
Mengadu nasib ke Jakarta, Syaiful mengaku kurang beruntung, lantaran impiannya untuk bekerja di sektor formal belum terwujud. Namun, ia tak patah arang. Semangat untuk mengarungi kerasnya mengais rejeki di Ibu Kota membuat Syaiful terus berjuang.
“Saat pertama kali datang ke Jakarta, saya menjadi karyawan di pedagang makanan. Sekarang saya coba mandiri dengan berjualan sendiri,” ujarnya kepada SINDOnews saat ditemui di kontrakannya RT 07, RW 01, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Jakarta Utara, Minggu (5/11/2023)
Syaiful berjualan sempol ayam, gorengan yang terbuat dari daging ayam cincang dicampur tepung tapioka dan bumbu. Dengan mendorong gerobak bertuliskan Sempol Ayam Cahaya 08, Syaiful terus berusaha mengais rezeki. Setiap sore, pria berkumis tipis itu berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya di kawasan Koja, Jakarta Utara.
Pada 2019, Saiful berjumpa dengan Nur Fadilah (34) yang kemudian menjadi jodohnya. Mahligai rumah tangga dijalaninya dengan penuh perjuangan hingga lahirlah Ayumna Naila Zahwa, bayi mungil perempuan saat puncak Pandemi Covid-19, pada Juli 2020 silam, di RS Islam Jakarta Utara.
baca juga: Problematika Stunting, Kerja Bersama
Sayangnya, kebahagiaan itu tak berlangsung lama, saat berusia 1,5 tahun, dirinya menyadari anaknya tak bisa berdiri sempurna. Berat badan Ayumni pun tak kunjung bertambah. Waktu terus berjalan, Syaiful menyadari ada yang tak beres dalam diri putrinya.
Syaiful dan istrinya lalu memutuskan membawa Ayumni ke rumah sakit. Bayi mungil itu harus dirawat di Intensive Care Unit (ICU) selama sepekan. “Ayumni divonis ada kelainan di kepala, juga kurang gizi alias gizi buruk,” ungkap Syaiful.
Sepekan dirawat, kondisi Ayumni mulai membaik. Syaiful pun memutuskan membawa putri kesayangannya itu pulang. Namun derita kembali datang, beberapa hari di rumah, gigi anak pertamanya itu seluruhnya tanggal. Syaiful masih tak sadar, gizi buruk berpengaruh terhadap kekuatan dan kesehatan gigi.
baca juga: Perang Melawan Stunting
Mengadu nasib ke Jakarta, Syaiful mengaku kurang beruntung, lantaran impiannya untuk bekerja di sektor formal belum terwujud. Namun, ia tak patah arang. Semangat untuk mengarungi kerasnya mengais rejeki di Ibu Kota membuat Syaiful terus berjuang.
“Saat pertama kali datang ke Jakarta, saya menjadi karyawan di pedagang makanan. Sekarang saya coba mandiri dengan berjualan sendiri,” ujarnya kepada SINDOnews saat ditemui di kontrakannya RT 07, RW 01, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Jakarta Utara, Minggu (5/11/2023)
Syaiful berjualan sempol ayam, gorengan yang terbuat dari daging ayam cincang dicampur tepung tapioka dan bumbu. Dengan mendorong gerobak bertuliskan Sempol Ayam Cahaya 08, Syaiful terus berusaha mengais rezeki. Setiap sore, pria berkumis tipis itu berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya di kawasan Koja, Jakarta Utara.
Pada 2019, Saiful berjumpa dengan Nur Fadilah (34) yang kemudian menjadi jodohnya. Mahligai rumah tangga dijalaninya dengan penuh perjuangan hingga lahirlah Ayumna Naila Zahwa, bayi mungil perempuan saat puncak Pandemi Covid-19, pada Juli 2020 silam, di RS Islam Jakarta Utara.
baca juga: Problematika Stunting, Kerja Bersama
Sayangnya, kebahagiaan itu tak berlangsung lama, saat berusia 1,5 tahun, dirinya menyadari anaknya tak bisa berdiri sempurna. Berat badan Ayumni pun tak kunjung bertambah. Waktu terus berjalan, Syaiful menyadari ada yang tak beres dalam diri putrinya.
Syaiful dan istrinya lalu memutuskan membawa Ayumni ke rumah sakit. Bayi mungil itu harus dirawat di Intensive Care Unit (ICU) selama sepekan. “Ayumni divonis ada kelainan di kepala, juga kurang gizi alias gizi buruk,” ungkap Syaiful.
Sepekan dirawat, kondisi Ayumni mulai membaik. Syaiful pun memutuskan membawa putri kesayangannya itu pulang. Namun derita kembali datang, beberapa hari di rumah, gigi anak pertamanya itu seluruhnya tanggal. Syaiful masih tak sadar, gizi buruk berpengaruh terhadap kekuatan dan kesehatan gigi.