Sule dan Butarsi Berkolaborasi, Stunting Perlahan Pergi
loading...
A
A
A
Tak sekadar mengolah ikan lele menjadi produk makanan, Bunda Koja juga diajarkan mengelola limbah hasil produksi. “Karena konsepnya zero waste, tulang ikan lele kami manfaatkan untuk produksi tempe,” paparnya.
Bunda Koja memiliki perwakilan di masing-masing Rukun Warga (RW) di Kecamatan Koja. Hal ini untuk memudahkan distribusi produk gizi itu ke masyarakat. Pada 2018 silam pernah ada 50 balita terpapar stunting. Kemudian diedukasi di sekolah gizi, diberikan menu serba lele dan makanan bergizi lainnya.
“Sekarang mereka sehat semua dan sudah ada yang masuk usia Sekolah Dasar,” ungkap Ratna. Saat ini, para balita yang mengalami stunting rata-rata sudah berusia di atas 5 tahun dan dalam kondisi sehat.
Budidaya lele dilakukan dengan metode budidaya ikan dalam ember (Budikdamber) yang merupakan sistem pertanian akuaponik. Metode akuaponik menggabungkan teknik bercocok tanam sayuran dengan memelihara ikan dalam waktu bersamaan menggunakan media ember.
Pada 2019, Pertamina menginisiasi kolaborasi antara kelompok masyarakat dan berbagai stakeholder melalui integrasi sistem budikdamber dan pengembangan inovasi produk olahan ikan lele. Awalnya, program ini secara khusus ditujukan untuk mengatasi permasalahan malnutrisi atau gizi kurang pada anak-anak yang terjadi di wilayah Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara sebagai wilayah Ring 1 Integrated Terminal Jakarta.
Dalam perkembangannya, program ini tidak hanya berhasil menyediakan sumber protein untuk meningkatkan status gizi anak-anak di wilayah Rawa Badak Selatan, tetapi juga menjadi sumber pendapatan di tengah keterbatasan lahan untuk kegiatan pertanian urban di bawah payung kegiatan Budikdamber SULE Berdaya.
Anak-anak tengah bermain sepeda di Koja Jakarta Utara.
Foto: Anton Chrisbiyanto/SINDOnews
Ratna mengatakan, Sule dan Butarsi berhasil menjadi menu perbaikan gizi bagi balita di kawasan itu. Ibu-ibu yang memiliki balita juga diajarkan bagaimana proses memasak lele agar nilai gizinya tetap terjaga.
Produksi Sule dan Butarsi juga melibatkan warga. Sehingga tak sekadar memberikan dampak positif terhadap program pengurangan stunting, namun juga meningkatkan perekonomian warga. ”Kami melibatkan orang tua balita. Untuk produksi keripik tempe misalnya, kami sisihkan dari keuntungan 10% untuk ibu yang memiliki balita,” papar Ratna.
baca juga: Perangi Stunting, Ini yang Dilakukan Pemprov Babel
Bunda Koja memiliki perwakilan di masing-masing Rukun Warga (RW) di Kecamatan Koja. Hal ini untuk memudahkan distribusi produk gizi itu ke masyarakat. Pada 2018 silam pernah ada 50 balita terpapar stunting. Kemudian diedukasi di sekolah gizi, diberikan menu serba lele dan makanan bergizi lainnya.
“Sekarang mereka sehat semua dan sudah ada yang masuk usia Sekolah Dasar,” ungkap Ratna. Saat ini, para balita yang mengalami stunting rata-rata sudah berusia di atas 5 tahun dan dalam kondisi sehat.
Budidaya lele dilakukan dengan metode budidaya ikan dalam ember (Budikdamber) yang merupakan sistem pertanian akuaponik. Metode akuaponik menggabungkan teknik bercocok tanam sayuran dengan memelihara ikan dalam waktu bersamaan menggunakan media ember.
Pada 2019, Pertamina menginisiasi kolaborasi antara kelompok masyarakat dan berbagai stakeholder melalui integrasi sistem budikdamber dan pengembangan inovasi produk olahan ikan lele. Awalnya, program ini secara khusus ditujukan untuk mengatasi permasalahan malnutrisi atau gizi kurang pada anak-anak yang terjadi di wilayah Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara sebagai wilayah Ring 1 Integrated Terminal Jakarta.
Dalam perkembangannya, program ini tidak hanya berhasil menyediakan sumber protein untuk meningkatkan status gizi anak-anak di wilayah Rawa Badak Selatan, tetapi juga menjadi sumber pendapatan di tengah keterbatasan lahan untuk kegiatan pertanian urban di bawah payung kegiatan Budikdamber SULE Berdaya.
Anak-anak tengah bermain sepeda di Koja Jakarta Utara.
Foto: Anton Chrisbiyanto/SINDOnews
Ratna mengatakan, Sule dan Butarsi berhasil menjadi menu perbaikan gizi bagi balita di kawasan itu. Ibu-ibu yang memiliki balita juga diajarkan bagaimana proses memasak lele agar nilai gizinya tetap terjaga.
Produksi Sule dan Butarsi juga melibatkan warga. Sehingga tak sekadar memberikan dampak positif terhadap program pengurangan stunting, namun juga meningkatkan perekonomian warga. ”Kami melibatkan orang tua balita. Untuk produksi keripik tempe misalnya, kami sisihkan dari keuntungan 10% untuk ibu yang memiliki balita,” papar Ratna.
baca juga: Perangi Stunting, Ini yang Dilakukan Pemprov Babel