Membaca Mentalitas Hakim Konstitusi Kita
loading...
A
A
A
Berbeda dengan jalur berpikir cepat, jalur berpikir lambat atau yang dikenal dengan pikiran sadar, melibatkan struktur otak yang disebut sebagai otak kortikal. Otak kortikal ini bertanggung jawab atas pikiran-pikiran yang bersifat reflektif dan penilaian yang penuh pertimbangan.
Pertimbangan moral etika, pertimbangan baik buruk, pertimbangan benar salah, semuanya melibatkan struktur otak ini. Tidak sebatas itu, struktur otak ini juga memiliki otoritas penuh untuk memutuskan segala sesuatu berdasarkan pertimbangan, kehendak, dan keinginan yang bersifatsadar dan terencana.
Jika jalur berpikir cepat memustus segala perkara secara otonom atas nama survivalitas, maka jalur lambat akan memutus segala perkara dengan cara manipulatif. Manipulasi di sini bisa baik, juga bisa buruk. Otak kortikal adalah otak manipulatif yang secara spesifik menjadi penanda keunikan manusia. Dengan otak ini manusia bisa mencapai kemuliaan dirinya, disaat yang sama, bisa terjerumus kepada kondisi yang hina dina.
Anwar Usman dan dunia mental yang terancam
Pertanyaan hipotesisnya adalah ancaman apa yang tergambar dalam dunia mental Anwar Usman selaku Ketua MK sehingga yang bersangkutan terpaksa dan nekat mengambil keputusan kontroversial yang berkaitan dengan batas minimal usia Capres dan Cawapres itu?
Berdasarkan apa yang telah kita uraikan di atas, fakta empiris menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan dalam mengambil "pilihan cepat" otak subkortikal hanya bisa terstimulasi oleh adanya situasi yang mengancam. Adanya ancaman yang bersifat merusak dan berbahaya bagi kelangsungan hidup adalah alasan mutlak otak subkortikal mengambil alih peta mental seseorang dalam membuat keputusan.
Ancaman ini harus tergambar nyata di dalam dunia mental dan imajinasi seseorang sehingga sistem berpikirnya terkondisikan dalam mode pengaturan primitif untuk kepentingan survivalitas: dia harus tetap bertahan dan melangsungkan kehidupannya dengan aman dan nyaman. Apakah ini salah? Tentu saja tidak.
Tidak ada yang salah dalam kamus mempertahankan kehidupan. Peperangan (perkelahian) sekali pun harus ditempuh untuk alasan ini. Ini prinsip utama dalam hukum evolusi Darwin, "survival of the fittest", hewan harus beradaptasi terhadap semua stimulus eksternalnya, termasuk di dalamnya hewan yang bernama manusia.
Lantas ancaman apa yang tergambar secara imajinatif dalam dunia mental hakim konstitusi-Ketua MK-Anwar Usman sehingga ia nekat mengambil keputusan kontroversial dan menghadapi penghakiman publik secara terbuka?
Apakah benar semua risiko tersebut diambil semata-mata untuk menyelamatkan kehidupan politik dinasti Presiden Jokowi sebagaimana yang diasumsikan oleh banyak kalangan? Kalau pun benar keputusan tersebut diambil demi menyelamatkan kehidupan politik dinasi Presiden Jokowi, lantas apakah hal itu bisa disalahkan secara etik?
Pertimbangan moral etika, pertimbangan baik buruk, pertimbangan benar salah, semuanya melibatkan struktur otak ini. Tidak sebatas itu, struktur otak ini juga memiliki otoritas penuh untuk memutuskan segala sesuatu berdasarkan pertimbangan, kehendak, dan keinginan yang bersifatsadar dan terencana.
Jika jalur berpikir cepat memustus segala perkara secara otonom atas nama survivalitas, maka jalur lambat akan memutus segala perkara dengan cara manipulatif. Manipulasi di sini bisa baik, juga bisa buruk. Otak kortikal adalah otak manipulatif yang secara spesifik menjadi penanda keunikan manusia. Dengan otak ini manusia bisa mencapai kemuliaan dirinya, disaat yang sama, bisa terjerumus kepada kondisi yang hina dina.
Anwar Usman dan dunia mental yang terancam
Pertanyaan hipotesisnya adalah ancaman apa yang tergambar dalam dunia mental Anwar Usman selaku Ketua MK sehingga yang bersangkutan terpaksa dan nekat mengambil keputusan kontroversial yang berkaitan dengan batas minimal usia Capres dan Cawapres itu?
Berdasarkan apa yang telah kita uraikan di atas, fakta empiris menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan dalam mengambil "pilihan cepat" otak subkortikal hanya bisa terstimulasi oleh adanya situasi yang mengancam. Adanya ancaman yang bersifat merusak dan berbahaya bagi kelangsungan hidup adalah alasan mutlak otak subkortikal mengambil alih peta mental seseorang dalam membuat keputusan.
Ancaman ini harus tergambar nyata di dalam dunia mental dan imajinasi seseorang sehingga sistem berpikirnya terkondisikan dalam mode pengaturan primitif untuk kepentingan survivalitas: dia harus tetap bertahan dan melangsungkan kehidupannya dengan aman dan nyaman. Apakah ini salah? Tentu saja tidak.
Tidak ada yang salah dalam kamus mempertahankan kehidupan. Peperangan (perkelahian) sekali pun harus ditempuh untuk alasan ini. Ini prinsip utama dalam hukum evolusi Darwin, "survival of the fittest", hewan harus beradaptasi terhadap semua stimulus eksternalnya, termasuk di dalamnya hewan yang bernama manusia.
Lantas ancaman apa yang tergambar secara imajinatif dalam dunia mental hakim konstitusi-Ketua MK-Anwar Usman sehingga ia nekat mengambil keputusan kontroversial dan menghadapi penghakiman publik secara terbuka?
Apakah benar semua risiko tersebut diambil semata-mata untuk menyelamatkan kehidupan politik dinasti Presiden Jokowi sebagaimana yang diasumsikan oleh banyak kalangan? Kalau pun benar keputusan tersebut diambil demi menyelamatkan kehidupan politik dinasi Presiden Jokowi, lantas apakah hal itu bisa disalahkan secara etik?