PKB, Koalisi Perubahan dan Kepentingan NU
loading...
A
A
A
Terlepas dari rasa suka atau rasa tidak suka terhadap kiprah politik PKB pimpinan Cak Imin, secara de facto dan de jure PKB pimpinan Cak Imin adalah partai politik peserta Pemilu 2024 yang sah sekaligus kendaraan politik warga Nahdliyin dan simpatisan PKB dari kalangan non Nahdliyin yang memiliki persamaan pandangan dengan Nahdliyin terkait nilai-nilai kebangsaan, keberagaman dan moderasi beragama.
Kalkulasi Politik
Secara kalkulasi politik, kemenangan seorang calon Presiden dan calon Wakil Presiden dalam Pilpres 2024 tidak sepenuhnya ditentukan oleh seberapa besar koalisi yang dibangun untuk mengusung pasangan Capres-Cawapres. Penentu utama kemenangan ditentukan oleh jumlah perolehan suara yang berasal dari kalangan individu pemilik suara.
Pilpres 2024 akan ditandai dengan partipasi para pemilih muda yang secara eksistensi politik tidak terikat dengan partai politik tertentu. Jumlah pemilih muda diperkirakan sekitar 60% dari total jumlah pemilih. Persentase pemilih muda yang cukup besar ini tentunya akan diperebutkan oleh partai politik peserta pemilu termasuk oleh parpol pengusung ARB-Cak Imin.
Parpol atau Koalisi yang dapat merebut hati dan simpati para pemilih muda, akan berpeluang mendulang suara terbanyak. Peluang ‘menang’ ini tidak hanya berlaku untuk kalangan koalisi tertentu namun terbuka untuk semua kontestan Pilpres 2024 termasuk kubu Koalisi Perubahan bersama pasangan AMIN yang diusungnya.
Arti Penting PKB
Kontroversi bergabungnya PKB dalam Koalisi Perubahan seyogianya dilihat secara open minded dari perspektif kepentingan NU secara makro. Masuknya PKB sebagai bagian dari anggota Koalisi Perubahan memiliki artis strategis, setidaknya memberikan peluang untuk mengawal dan menjaga kelangsungan tradisi dan pengamalan nilai-nilai ajaran Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) dalam kehidupan masyarakat Indonesia khususnya dalam kurun lima tahun kepemimpinan nasional ke depan. Tanpa kehadiran PKB dalam Koalisi Perubahan, sekiranya ARB ditakdirkan memimpin Indonesia, maka kepentingan NU sudah tentu tidak ada yang mengawal dan menjaganya.
Demikian pula, andaikan ARB memilih pendampingnya seorang tokoh populis NU dalam kapasitasnya sebagai individu dan lone wolf tanpa didukung parpol pengusung berbasis NU, maka posisi yang bersangkutan sebagai pendamping ARB dalam mengawal dan menjaga kepentingan NU tentunya tidak akan sekuat dan seefektif kekuatan lembaga partai politik, dalam hal ini PKB, dalam mengawal dan menjaga kepentingan NU.
Kalangan elite NU boleh saja memiliki penilaian tersendiri tentang sosok Cak Imin, namun sebagai pribadi Cak Imin tetap seorang santri dan Nahdliyin tulen yang tanpa diminta atau diperintahpun akan selalu terpanggil dan berjuang untuk menyuarakan kepentingan ulama dan umat serta mengamalkan nilai-nilai ajaran Aswaja. Fakta inilah yang menempatkan kehadiran PKB di dalam Koalisi Perubahan dinilai sangat penting dan strategis khususnya ditinjau dari aspek kepentingan NU.
Semangat tawassut
Kalkulasi Politik
Secara kalkulasi politik, kemenangan seorang calon Presiden dan calon Wakil Presiden dalam Pilpres 2024 tidak sepenuhnya ditentukan oleh seberapa besar koalisi yang dibangun untuk mengusung pasangan Capres-Cawapres. Penentu utama kemenangan ditentukan oleh jumlah perolehan suara yang berasal dari kalangan individu pemilik suara.
Pilpres 2024 akan ditandai dengan partipasi para pemilih muda yang secara eksistensi politik tidak terikat dengan partai politik tertentu. Jumlah pemilih muda diperkirakan sekitar 60% dari total jumlah pemilih. Persentase pemilih muda yang cukup besar ini tentunya akan diperebutkan oleh partai politik peserta pemilu termasuk oleh parpol pengusung ARB-Cak Imin.
Parpol atau Koalisi yang dapat merebut hati dan simpati para pemilih muda, akan berpeluang mendulang suara terbanyak. Peluang ‘menang’ ini tidak hanya berlaku untuk kalangan koalisi tertentu namun terbuka untuk semua kontestan Pilpres 2024 termasuk kubu Koalisi Perubahan bersama pasangan AMIN yang diusungnya.
Arti Penting PKB
Kontroversi bergabungnya PKB dalam Koalisi Perubahan seyogianya dilihat secara open minded dari perspektif kepentingan NU secara makro. Masuknya PKB sebagai bagian dari anggota Koalisi Perubahan memiliki artis strategis, setidaknya memberikan peluang untuk mengawal dan menjaga kelangsungan tradisi dan pengamalan nilai-nilai ajaran Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) dalam kehidupan masyarakat Indonesia khususnya dalam kurun lima tahun kepemimpinan nasional ke depan. Tanpa kehadiran PKB dalam Koalisi Perubahan, sekiranya ARB ditakdirkan memimpin Indonesia, maka kepentingan NU sudah tentu tidak ada yang mengawal dan menjaganya.
Demikian pula, andaikan ARB memilih pendampingnya seorang tokoh populis NU dalam kapasitasnya sebagai individu dan lone wolf tanpa didukung parpol pengusung berbasis NU, maka posisi yang bersangkutan sebagai pendamping ARB dalam mengawal dan menjaga kepentingan NU tentunya tidak akan sekuat dan seefektif kekuatan lembaga partai politik, dalam hal ini PKB, dalam mengawal dan menjaga kepentingan NU.
Kalangan elite NU boleh saja memiliki penilaian tersendiri tentang sosok Cak Imin, namun sebagai pribadi Cak Imin tetap seorang santri dan Nahdliyin tulen yang tanpa diminta atau diperintahpun akan selalu terpanggil dan berjuang untuk menyuarakan kepentingan ulama dan umat serta mengamalkan nilai-nilai ajaran Aswaja. Fakta inilah yang menempatkan kehadiran PKB di dalam Koalisi Perubahan dinilai sangat penting dan strategis khususnya ditinjau dari aspek kepentingan NU.
Semangat tawassut