Potret Buram Kebakaran Museum dan Bangunan Sejarah Lainnya

Kamis, 21 September 2023 - 07:03 WIB
loading...
A A A
Selain museum, cagar budaya dan situs-situs bersejarah juga seringkali menjadi korban kebakaran. Antara lain Istana Bala Putih, Sumbawa (2017), bangunan bersejarah di Bandung (2017), bangunan bersejarah/Polres Selayar (2015), Kelenteng Liong Jok Bio Magelang (2015), Rumah Betang, Kalimantan Barat (2014) dan Gedung Balai Pemuda Surabaya (2011).

Banyaknya insiden kebakaran yang melanda museum, cagar budaya dan tempat bersejarah ini tentu memprihatinkan. Pun dengan kasus di MNI, seharusnya bisa dicegah jika ada standar pengamanan yang benar-benar dijalankan dengan ketat.

Manajemen permuseuman yang sadar akan potensi kebakaran memang belum menjadi perhatian utama di Indonesia. Berpijak dari penelitian Melati dkk (2020), umumnya para pegawai museum sudah memiliki pengetahuan dasar bahwa potensi kebakaran di dalam museum akan selalu datang baik lantaran korsleting listrik ataupun banyaknya benda yang mudah tersulut api.

Namun pegawai tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk melakukan pemadaman seperti keahlian menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). Yang terjadi kemudian, pegawai lebih mementingkan untuk cepat-cepat mencari tempat berlindung diri ketimbang melakukan pemadaman.

Bahkan pada kasus Museum Ranggawarsita pun, dari observasi lapangan yang dilakukan Melati dan sejumlah rekannya dari Universitas Diponegoro, hanya mendapati fasilitas APAR dan sarana evakuasi semata. Sedang sistem sprinkler otomatis,hidran dansistem deteksi dini serta alarm kebakaran maupun sistem komunikasi tak tersedia. Sebagai sebuah standar pencegahan kebakaran, sejumlah fasilitas itu tentu tak boleh diabaikan.

baca juga: Kebakaran Museum Nasional, Ketua AMI Minta Pemerintah Lindungi 500 Museum di Indonesia

Relasi yang erat di antara fasilitas-fasilitas itu juga selaras dengan Loss Causation Model yang dikenalkan oleh Bird dan Germain (1985). Lima poin dalam bingkai Teori Domino Heinrich,yakni lack of control, basic cause, immediate cause, incident dan loss adalah hal yang sangat berkelindan dalam relasi antara manajemen dengan sebuah kecelakaan.

Lantas bagaimana dengan Museum Gajah? Jika ketersediaan fasilitas di Museum Gajah tak jauh beda dengan yang lain, tentu sangat mungkin berkorelasi dengan fakta di lapangan. Kebakaran yang terjadi Sabtu malam pukul 19.45 WIB itu begitu dahsyat. Api cepat membesardan menghanguskan enamdari 15 ruangan di Gedung A. Padahal seperti dikatakan Asril Rizal dan Ahmad Mahendra di atas, lokasi korsleting bukanlah di Gedung A, tapi dari bedeng tempat pekerjamerenovasi museumyang lokasinya dekat di Gedung C.

Terang sekali, sejatinya ada jarak yang tak dekat, ada jeda waktu api untuk merembet yang tak singkat. Ada pula sejumlah fasilitas pemadaman yang logikanya sudah tersedia lengkap. Namun kenapa seolah terlambat melakukan pemadaman padahal masih banyak pekerja yang malam itu terjaga. Kenapa api tak cepat terdeteksi? Ini jelas menyisakan banyak pertanyaan mendalam yang perlu dijawab oleh tim investigasi secara cepat sekaligus transparan.

Ruang-ruang keheranan publik ini kian menganga manakala ada indikasi lain soal pemicu kebakaran di MNI. Tentu pada aspek ini, bukan korsleting listrik yang jadi 'kambing hitam'. Jika melihat fakta lemahnyastandar pengamanan dan penyelamatan, adadugaan unsur kesengajaan pada kasus ini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1884 seconds (0.1#10.140)