Dinasti Politik Lebih Mengandalkan Popularitas, Bukan Kualitas Kepemimpinan

Rabu, 29 Juli 2020 - 11:31 WIB
loading...
Dinasti Politik Lebih Mengandalkan Popularitas, Bukan Kualitas Kepemimpinan
Pengamat Politik, Anang Sujoko mengatakan dinasti politik lebih cenderung didukung oleh popularitas bukan kualitas leadership. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak 2020 akan menjadi palagan dari keluarga dan kerabat elite nasional. Tingkat keterpilihan sangat mungkin ditentukan oleh keberhasilan dari kepemimpinan orang dekatnya yang lebih dulu tampil di pentas politik.

Dinasti politik sepertinya sudah menjadi suatu kelaziman di negeri ini. Hal serupa sebenarnya terjadi di dunia seperti keluarga Bhutto di Pakistan dan Kennedy di Amerika Serikat. (Baca juga: Calon Tunggal Lawan Kotak Kosong Indikasi Gagalnya Kaderisasi Parpol)

Ada yang mengecam dinasti politik karena tidak sehat untuk demokrasi. Apalagi seorang yang maju dalam pilkada dan pemilihan legislatif dari keluarga politik tidak melalui proses dan berkiprah dalam aktivitas sosial dan politik terlebih dahulu.

Pengamat Politik, Anang Sujoko mengatakan dinasti politik lebih cenderung didukung oleh popularitas bukan kualitas leadership. Pada pilkada ini ada sederet anak dan keluarga tokoh politik yang akan bertarung, seperti Gibran Rakabuming Raka (putra Presiden Jokowi), Bobby Nasution (menantu Jokowi), Rahayu Saraswati (keponakan Prabowo Subianto), Siti Nur Azizah (putri Ma’ruf Amin), dan Hanindhito Himawan Pramono (putra Pramono Anung).

"Fenomena ini menunjukkan partai politik ingin mencari yang murah. Gibran, Rahayu, Siti Nur Azizah, dan Bobby harus dilakukan fit and proper test kemampuan leadership dan rekam jejaknya. Bukan hanya faktor ketenaran orang dibelakangnya,” ujarnya kepada SINDOnews , Rabu (29/7/2020).

Memang dari keempat nama di atas, hanya Rahayu yang pernah terjun di dunia politik dengan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2019. Rahayu akan bertarung di Pilkada Kota Tangerang Selatan. Salah satu lawannya adalah Siti Nur Azizah.

Memiliki keluarga yang lebih dulu turun dalam dunia politik ada plus dan minusnya. “Jika orang tua atau orang dekatnya dinilai publik berhasil, orang yang menilai cenderung akan mengikuti untuk memilihnya,” ucap Dosen Universitas Brawijaya itu.

Politik itu cair. Jadi tidak ada jaminan bahwa orang dekat dari tokoh politik nasional dan mantan kepala daerah akan mudah memenangkan pertarungan. Dalam pilkada 9 Desember 2020 nanti, hasil Pemilu 2019 bisa menjadi tolak ukur. (Baca juga: Elektabilitas Gibran Meroket Setahun Terakhir, Sulit Dikalahkan)

Salah satu yang memiliki kans untuk menang adalah Gibran yang maju di Solo. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tempatnya bernaung merupakan penguasa Solo. 30 dari 45 kursi DPRD diduduki partai besutan Megawati Soekarnoputri itu.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1137 seconds (0.1#10.140)