Cawe-cawe Urusan Haji
loading...
A
A
A
Pilihan mengusung tagline "Haji Ramah Lansia" pada penyelenggaraan haji 1444 H ini juga menghadirkan tantangan tersendiri. Kemenag banyak membuat layanan dan fasilitas khusus demi membantu jamaah uzur. Meski harus mengerahkan ratusan petugas khusus plus anggaran besar, layanan haji khusus lansia adalah pilihan tepat. Sebab tahun ini, dari 229.000 jumlah jemaah, sekitar 30% tergolong lansia atau di atas usia 65 tahun.
Tak berlebihan pula, dengan kesadaran itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi membuat terobosan lain seperti memasak bubur, jus, kacang hijau dan lain sebagainya bagi jemaah lansia. Tim kesehatan juga tak lelah membuat terobosan lain seperti menyediakan rompi pendingin untuk mengantisipasi heat stroke yang kapan pun bisa menimpa jemaah.
Golf car, bubur, jus, nasi kuning, kacang hijau tentu selama ini tak masuk dalam kesepakatan dengan DPR. Sederet inovasi itu adalah cawe-cawe penyelenggara untuk membantu para Tamu Allah agar mereka bisa kuat, sehat dan tentu nikmat dalam menjalani ibadah di Tanah Suci serta kembali ke Tanah Air dengan tetap sehat pula.
baca juga: Doa yang Dibaca saat Wukuf di Arafah
Cawe-cawe memang istilah Jawa yang akibat dikonteskan dalam ranah politik akhir-akhir ini konotasinya malah terkesan negatif. Padahal cawe-cawe bisa bermakna positif. Cawe-cawe adalah kesadaran individu atau kelompok untuk terlibat dalam hajat dan urusan pihak lain. Lewat cawe-cawe, maka urusan diharapkan lebih mudah terselesaikan. Kalaupun ada masalah, dengan adanya cawe-cawe maka persoalan menjadi lebih ringan bahkan akan mendapat solusi cepat.
Cawe-cawe positif inilah yang tentu juga terdiskripsikan sejumlah anggota DPR, DPD, akademisi, pengamat haji dan pihak lain akhir-akhir ini. DPR dan DPD misalnya, dengan pengawasan yang menjadi tugasnya, mereka banyak memberikan kritikan sekaligus masukan dalam layanan haji. Dari melihat langsung ke lapangan, cawe-cawe mereka juga terasa lebih akurat, bukannya sekadar laporan satu dua jemaah yang kadang minim verifikasi. Hoaks dan fitnah juga mestinya bisa dicegah. Apalagi pengawasan haji hakikatnya adalah tugas suci demi mengharap ridha Ilahi.
Di luar itu, penyelenggaraan haji 2023 jelas membutuhkan cawe-cawe banyak pihak. Dengan kuota jamaah sudah normal, sudah tentu operasional tidak semudah tahun 2022. Kemenag tak boleh terlalu percaya diri dan antikritik.
baca juga: Hukum Wukuf di Luar Arafah, Bagaimana Status Hajinya?
Harus diakui, meski telah disiapkan dengan sangat matang, faktanya masih ada bolong sana sini. Belum lagi jika ada kejadian tak terduga seperti penerbangan delay, penerbangan tak sesuai kapasitas seperti dilakukan maskapai Saudi Airlines, jumlah tenaga medis kurang, peralatan kesehatan minim dan lain sebagainya.
Dengan kompleksnya tantangan, bukan mudah pula Kemenag mampu mempertahankan indeks kepuasan haji yang tahun lalu berpredikat sangat memuaskan karena mencapai angka 90,45 versi Badan Pusat Statistik (BPS). Tapi segala tantangan akan bisa lebih mudah terlewati jika banyak pihak dengan tulus cawe-cawe perbaikan layanan jamaah haji.
Tak berlebihan pula, dengan kesadaran itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi membuat terobosan lain seperti memasak bubur, jus, kacang hijau dan lain sebagainya bagi jemaah lansia. Tim kesehatan juga tak lelah membuat terobosan lain seperti menyediakan rompi pendingin untuk mengantisipasi heat stroke yang kapan pun bisa menimpa jemaah.
Golf car, bubur, jus, nasi kuning, kacang hijau tentu selama ini tak masuk dalam kesepakatan dengan DPR. Sederet inovasi itu adalah cawe-cawe penyelenggara untuk membantu para Tamu Allah agar mereka bisa kuat, sehat dan tentu nikmat dalam menjalani ibadah di Tanah Suci serta kembali ke Tanah Air dengan tetap sehat pula.
baca juga: Doa yang Dibaca saat Wukuf di Arafah
Cawe-cawe memang istilah Jawa yang akibat dikonteskan dalam ranah politik akhir-akhir ini konotasinya malah terkesan negatif. Padahal cawe-cawe bisa bermakna positif. Cawe-cawe adalah kesadaran individu atau kelompok untuk terlibat dalam hajat dan urusan pihak lain. Lewat cawe-cawe, maka urusan diharapkan lebih mudah terselesaikan. Kalaupun ada masalah, dengan adanya cawe-cawe maka persoalan menjadi lebih ringan bahkan akan mendapat solusi cepat.
Cawe-cawe positif inilah yang tentu juga terdiskripsikan sejumlah anggota DPR, DPD, akademisi, pengamat haji dan pihak lain akhir-akhir ini. DPR dan DPD misalnya, dengan pengawasan yang menjadi tugasnya, mereka banyak memberikan kritikan sekaligus masukan dalam layanan haji. Dari melihat langsung ke lapangan, cawe-cawe mereka juga terasa lebih akurat, bukannya sekadar laporan satu dua jemaah yang kadang minim verifikasi. Hoaks dan fitnah juga mestinya bisa dicegah. Apalagi pengawasan haji hakikatnya adalah tugas suci demi mengharap ridha Ilahi.
Di luar itu, penyelenggaraan haji 2023 jelas membutuhkan cawe-cawe banyak pihak. Dengan kuota jamaah sudah normal, sudah tentu operasional tidak semudah tahun 2022. Kemenag tak boleh terlalu percaya diri dan antikritik.
baca juga: Hukum Wukuf di Luar Arafah, Bagaimana Status Hajinya?
Harus diakui, meski telah disiapkan dengan sangat matang, faktanya masih ada bolong sana sini. Belum lagi jika ada kejadian tak terduga seperti penerbangan delay, penerbangan tak sesuai kapasitas seperti dilakukan maskapai Saudi Airlines, jumlah tenaga medis kurang, peralatan kesehatan minim dan lain sebagainya.
Dengan kompleksnya tantangan, bukan mudah pula Kemenag mampu mempertahankan indeks kepuasan haji yang tahun lalu berpredikat sangat memuaskan karena mencapai angka 90,45 versi Badan Pusat Statistik (BPS). Tapi segala tantangan akan bisa lebih mudah terlewati jika banyak pihak dengan tulus cawe-cawe perbaikan layanan jamaah haji.