Cawe-cawe Urusan Haji
loading...
A
A
A
HARI ini, Selasa (27/6/2023), jutaan jemaah haji termasuk dari Indonesia telah berkumpul di Padang Arafah . Di padang nan tandus, kering dan panas ini, jamaah dari berbagai penjuru dunia menjalani ritual haji paling puncak, yaitu wukuf.
baca juga: Haji 2023, Catatan Jemaah Haji Indonesia dalam Angka
Dengan mengenakan kain serba putih yang melambangkan kesucian, jemaah semuanya berdiam diri, melepaskan hiruk pikuk keduniawiaan. Status mereka sama, kecil di mata Tuhan karena tak ada secuil pun embel-embel jabatan dan segala hal yang selama ini dibanggakan. Wukuf pun menjadi momen istimewa karena merupakan relasi paling intim antara makhluk dengan Sang Pencipta.
Wukuf adalah ruang rekognisi, evaluasi, dan transformasi. Dari berdiam diri ini, tiap jamaah disadarkan akan kodrat kehidupan, kematian dan sekaligus kebangkitan. Dengan berdiam dan berhenti bergerak, jamaah disadarkan akan hakikat kehidupan yang pasti diikuti dengan kematian. Semua makhluk akan mati dan tak ada kekuatan apapun untuk menangkalnya. ā
Padang Arafah inilah menjadi perlambang Padang Mahsyar. Semua benar-benar mengakui akan kelemahan. Dosa dan kesalahan begitu nyata. Sementara di tanah lapang ini, tak ada lagi orang atau tempat untuk menjadi sandaran. Semua cemas dan penuh harap menunggu pengadilan Allah.
baca juga: Kuota Haji 2023 Kembali Normal, Apa Dampaknya?
Maka, wukuf inilah seolah menjadi tombol restart akan kehidupan seseorang. Dengan kesadaran akan berbagai kelemahan dan lumuran dosa selama ini, seseorang diharapkan bertaubat lalu bisa bangkit menjalani kehidupan lanjutan dengan rute yang lebih baik.
Berbeda dengan tahun lalu, prosesi wukuf kali ini menghadapi tantangan yang tak ringan. Arafah yang luasnya terbatas jelas lebih padat. Ya, di padang pasir yang dikelilingi bukit-bukit batu hitam dan berjarak sekitar 17 kilometer dari Kota Mekkah ini, jemaah mencapai jutaan jumlahnya. Tak tahu pasti jumlah tepatnya. Namun yang pasti, jumlahnya berlipat-lipat dibandingkan dengan musim haji 2022.
Jika pada 2022 jumlahnya hanya 1 juta lantaran ada berbagai pembatasan akibat pandemi Covid-19, tahun ini disebut-sebut mencapai 3 hingga 4 juta orang. Jumlah yang sangat besar itu tentu membutuhkan pola pengaturan yang tepat agar pergerakan sekaligus kenyamanan jamaah dalam beribadah di lahan seluas sekitar 12 juta meter persegi itu tetap terjaga.
Lahan sebagai tempat berwukuf sudah ditetapkan dan tak bisa bertambah. Namun di sisi lain, dari tahun ke tahun jumlah jamaah yang berhaji terus bertambah besar. Di sinilah, kepiawaian otoritas Arab Saudi dalam mengelola perhajian diuji.
baca juga: Doa Pulang Haji 2023 untuk Tamu Menyambut Jemaah Haji
baca juga: Haji 2023, Catatan Jemaah Haji Indonesia dalam Angka
Dengan mengenakan kain serba putih yang melambangkan kesucian, jemaah semuanya berdiam diri, melepaskan hiruk pikuk keduniawiaan. Status mereka sama, kecil di mata Tuhan karena tak ada secuil pun embel-embel jabatan dan segala hal yang selama ini dibanggakan. Wukuf pun menjadi momen istimewa karena merupakan relasi paling intim antara makhluk dengan Sang Pencipta.
Wukuf adalah ruang rekognisi, evaluasi, dan transformasi. Dari berdiam diri ini, tiap jamaah disadarkan akan kodrat kehidupan, kematian dan sekaligus kebangkitan. Dengan berdiam dan berhenti bergerak, jamaah disadarkan akan hakikat kehidupan yang pasti diikuti dengan kematian. Semua makhluk akan mati dan tak ada kekuatan apapun untuk menangkalnya. ā
Padang Arafah inilah menjadi perlambang Padang Mahsyar. Semua benar-benar mengakui akan kelemahan. Dosa dan kesalahan begitu nyata. Sementara di tanah lapang ini, tak ada lagi orang atau tempat untuk menjadi sandaran. Semua cemas dan penuh harap menunggu pengadilan Allah.
baca juga: Kuota Haji 2023 Kembali Normal, Apa Dampaknya?
Maka, wukuf inilah seolah menjadi tombol restart akan kehidupan seseorang. Dengan kesadaran akan berbagai kelemahan dan lumuran dosa selama ini, seseorang diharapkan bertaubat lalu bisa bangkit menjalani kehidupan lanjutan dengan rute yang lebih baik.
Berbeda dengan tahun lalu, prosesi wukuf kali ini menghadapi tantangan yang tak ringan. Arafah yang luasnya terbatas jelas lebih padat. Ya, di padang pasir yang dikelilingi bukit-bukit batu hitam dan berjarak sekitar 17 kilometer dari Kota Mekkah ini, jemaah mencapai jutaan jumlahnya. Tak tahu pasti jumlah tepatnya. Namun yang pasti, jumlahnya berlipat-lipat dibandingkan dengan musim haji 2022.
Jika pada 2022 jumlahnya hanya 1 juta lantaran ada berbagai pembatasan akibat pandemi Covid-19, tahun ini disebut-sebut mencapai 3 hingga 4 juta orang. Jumlah yang sangat besar itu tentu membutuhkan pola pengaturan yang tepat agar pergerakan sekaligus kenyamanan jamaah dalam beribadah di lahan seluas sekitar 12 juta meter persegi itu tetap terjaga.
Lahan sebagai tempat berwukuf sudah ditetapkan dan tak bisa bertambah. Namun di sisi lain, dari tahun ke tahun jumlah jamaah yang berhaji terus bertambah besar. Di sinilah, kepiawaian otoritas Arab Saudi dalam mengelola perhajian diuji.
baca juga: Doa Pulang Haji 2023 untuk Tamu Menyambut Jemaah Haji