PPIH Diminta Waspadai 5 Titik Kritis Jemaah Haji di Arab Saudi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama Arsad Hidayat menyebut ada lima titik kritis jemaah haji di Arab Saudi. Sejumlah titik kritis tersebut perlu mendapat perhatian Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2023 selama melayani calon jemaah haji.
Hal itu disampaikan Arsad Hidayat mengungkapkan saat memimpin apel peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Tugas dan Fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa (11/4/2023).
Arsad menyebut, titik kritis pertama yang harus menjadi perhatian bersama adalah saat awal kedatangan Jemaah baik di Bandara Madinah untuk gelombang I dan Bandara Jeddah bagi jemaah gelombang II.
“Biasanya karena baru datang yang tentu ada perbedaan baik budayanya, suhunya, dan lain-lain antara Indonesia dengan Arab Saudi. Perbedaan ini kerap membuat jemaah haji Indonesia kaget hingga stress,” ujarnya.
Arsad mencontohkan, banyak orang atau jemaah syok melihat perbedaan kultur bicara orang-orang Arab yang keras. “Mereka menganggap orang-orang Arab marah-marah. Perbedaan kultur membuat jemaah kita jadi stres. Ini perlu diantisipasi," ucapnya.
Titik kritis kedua ketika jemaah haji gelombang ke I tiba di Madinah untuk melaksanakan Salat Arbain di Masjid Nabawi. Sementara jemaah gelombang 2 tiba di Arab Saudi untuk melakukan umrah wajib atau umrah haji.
Menurut Arsad, karena baru pertama kali datang ke Tanah Suci, jemaah haji sangat bersemangat melakukan ibadah Salat Arbain. Akibatnya, mereka lupa melakukan orientasi lokasi tempat tinggalnya sehingga tidak sedikit yang tersasar dan tidak bisa pulang ke hotel atau pemondokan.
"Ini harus jadi perhatian setiap kali ada kedatangan minta jemaah haji lakukan orientasi lokasi mereka tinggal. Pertama hotelnya di mana, jalannya jalan apa, ciri fisiknya bagaimana, bahkan kalau perlu setiap jemaah dibekali kartu hotel untuk suatu saat jika mereka kesasar bisa dengan mudah minta pertolongan kepada siapa pun, tidak terkecuali kepada petugas haji Indonesia," tutur dia.
Hal itu disampaikan Arsad Hidayat mengungkapkan saat memimpin apel peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Tugas dan Fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa (11/4/2023).
Arsad menyebut, titik kritis pertama yang harus menjadi perhatian bersama adalah saat awal kedatangan Jemaah baik di Bandara Madinah untuk gelombang I dan Bandara Jeddah bagi jemaah gelombang II.
“Biasanya karena baru datang yang tentu ada perbedaan baik budayanya, suhunya, dan lain-lain antara Indonesia dengan Arab Saudi. Perbedaan ini kerap membuat jemaah haji Indonesia kaget hingga stress,” ujarnya.
Arsad mencontohkan, banyak orang atau jemaah syok melihat perbedaan kultur bicara orang-orang Arab yang keras. “Mereka menganggap orang-orang Arab marah-marah. Perbedaan kultur membuat jemaah kita jadi stres. Ini perlu diantisipasi," ucapnya.
Titik kritis kedua ketika jemaah haji gelombang ke I tiba di Madinah untuk melaksanakan Salat Arbain di Masjid Nabawi. Sementara jemaah gelombang 2 tiba di Arab Saudi untuk melakukan umrah wajib atau umrah haji.
Menurut Arsad, karena baru pertama kali datang ke Tanah Suci, jemaah haji sangat bersemangat melakukan ibadah Salat Arbain. Akibatnya, mereka lupa melakukan orientasi lokasi tempat tinggalnya sehingga tidak sedikit yang tersasar dan tidak bisa pulang ke hotel atau pemondokan.
"Ini harus jadi perhatian setiap kali ada kedatangan minta jemaah haji lakukan orientasi lokasi mereka tinggal. Pertama hotelnya di mana, jalannya jalan apa, ciri fisiknya bagaimana, bahkan kalau perlu setiap jemaah dibekali kartu hotel untuk suatu saat jika mereka kesasar bisa dengan mudah minta pertolongan kepada siapa pun, tidak terkecuali kepada petugas haji Indonesia," tutur dia.