PPIH Diminta Waspadai 5 Titik Kritis Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 11 April 2023 - 15:38 WIB
loading...
PPIH Diminta Waspadai...
Direktur Bina Haji Ditjen PHU Kementerian Agama Arsad Hidayat menyebut ada lima titik kritis jemaah haji di Arab Saudi. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama Arsad Hidayat menyebut ada lima titik kritis jemaah haji di Arab Saudi. Sejumlah titik kritis tersebut perlu mendapat perhatian Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2023 selama melayani calon jemaah haji.

Hal itu disampaikan Arsad Hidayat mengungkapkan saat memimpin apel peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Tugas dan Fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa (11/4/2023).

Arsad menyebut, titik kritis pertama yang harus menjadi perhatian bersama adalah saat awal kedatangan Jemaah baik di Bandara Madinah untuk gelombang I dan Bandara Jeddah bagi jemaah gelombang II.



“Biasanya karena baru datang yang tentu ada perbedaan baik budayanya, suhunya, dan lain-lain antara Indonesia dengan Arab Saudi. Perbedaan ini kerap membuat jemaah haji Indonesia kaget hingga stress,” ujarnya.

Arsad mencontohkan, banyak orang atau jemaah syok melihat perbedaan kultur bicara orang-orang Arab yang keras. “Mereka menganggap orang-orang Arab marah-marah. Perbedaan kultur membuat jemaah kita jadi stres. Ini perlu diantisipasi," ucapnya.



Titik kritis kedua ketika jemaah haji gelombang ke I tiba di Madinah untuk melaksanakan Salat Arbain di Masjid Nabawi. Sementara jemaah gelombang 2 tiba di Arab Saudi untuk melakukan umrah wajib atau umrah haji.

Menurut Arsad, karena baru pertama kali datang ke Tanah Suci, jemaah haji sangat bersemangat melakukan ibadah Salat Arbain. Akibatnya, mereka lupa melakukan orientasi lokasi tempat tinggalnya sehingga tidak sedikit yang tersasar dan tidak bisa pulang ke hotel atau pemondokan.

"Ini harus jadi perhatian setiap kali ada kedatangan minta jemaah haji lakukan orientasi lokasi mereka tinggal. Pertama hotelnya di mana, jalannya jalan apa, ciri fisiknya bagaimana, bahkan kalau perlu setiap jemaah dibekali kartu hotel untuk suatu saat jika mereka kesasar bisa dengan mudah minta pertolongan kepada siapa pun, tidak terkecuali kepada petugas haji Indonesia," tutur dia.

Dengan jumlah jemaah haji lansia yang bertambah banyak pada tahun ini, kata Arsad, potensi orang yang kesasar pada saat awal kedatangan akan semakin banyak. Untuk itu, Arsad meminta PPIH untuk memperhatikan persoalan ini.

Titik krisis ketiga adalah ketika jemaah haji berada di Mekkah setelah melakukan umrah selesai melaksanakan umrah haji. Ketika menunggu 8 Zulhijah ada sebagian kelompok jemaah yang mengisi waktunya dengan melaksanakan umrah sunah berkali-kali tanpa memperhatikan kesehatan dan kondisi fisik. Sehingga menjelang keberangkatan ke Arafah kondisi fisiknya sudah lemah. Padahal Wukuf merupakan puncak ibadah haji

"Jangan kita ke depankan yang sunah tapi tinggalkan yang rukun. Ini cara pandang ini salah. Jadi tolong diingatkan siapa saja untuk tidak memaksakan jemaah melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat kondisi mereka semakin lemah," sambung Arsyad.

Titik kritis keempat jemaah calon haji pada saat keberangkatan ke masyair atau ketika berada di masyair. Meski jemaah diberi kesempatna untuk istirahat tidur, tapi karena kondisi dan suasana begitu ramai membuat mereka tidak bisa istirahat.

Begitu juga di Mina, kondisi tenda sangat sempit membuat mereka tidak banyak istirahat. Padahal saat Masyair justru jemaah banyak melakukan aktivitas fisik. Dalam kondisi fisik yang lemah, sementara aktivitas fisik begitu berat membuat kondisi jemaah lemah.

“Berdasarkan laporan dari Kemenkes setiap tahunnya angka kematian jemaah haji Indonesia meningkat drastis setelah pelaksanaan ibadah masyair, faktor penyebabnya adalah kelelahan. Ini menjadi titik kritis juga dalam pelayanan kepada jemaah haji Indonesia 2023,” katanya.

Titik kritis terakhir adalah saat pelaksanaan tawaf ifadhah. Setiap tahun saat tawaf ifadhah bisa dipastikan bahwa suasana di Kakbah penuh dan sesak. Apalagi jika ada yang sengaja mengambil tawaf ifadhah pada tanggal 10 Zulhijah.

"Sudah kondisi fisik lelah karena jumroh aqobah langsung ke Masjidil Harom ini tambah capai. Untuk itu saya meminta kepada pembimbing agar menyelesaikan jumrah aqobah di mina setelah itu kembali ke hotel istirahat, setelah kondisi fisik baru melakukan tawaf ifadhah," kata Arsyad.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1755 seconds (0.1#10.140)