Mengamputasi Kaki Sendiri
loading...
A
A
A
Sikap para pendiri bangsa jelas bahwa tujuan kemerdekaan itu adalah untuk menciptakan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi prioritas utama Pemerintahan Presiden Soekarno. Ratusan ribu putra-putri Indonesia dikirim untuk belajar ke luar negeri.
Bung Karno sadar bahwa masa depan bangsa ini berada di tangan anak-anak muda. Kalau mereka tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas, berilmu pengetahuan luas, serta memiliki karakter yang kuat, maka akan menjadi pilar untuk menciptakan Indonesia yang kuat.
Sebuah kutipan pidato Bung Karno yang sangat terkenal, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Proses menjadi Indonesia itulah yang harus terus kita lakukan. Kita tidak boleh lelah untuk memupuk dan mempersiapkan anak-anak muda Indonesia agar menjadi lebih baik dibandingkan pendahulunya. Dengan lebih banyak anak-anak yang kita persiapkan, peluang untuk mendapatkan sosok-sosok yang akan menjadi penggerak kemajuan bangsa semakin besar.
Setelah pengalaman tampil di ajang Piala Dunia, ada waktu sekitar satu dekade bagi para pemain untuk semakin mematangkan diri dan meraih puncak prestasi mereka. Pemain seperti Diego Armando Maradona membutuhkan waktu tujuh tahun setelah memenangi ajang Piala Dunia U-20 untuk bisa mengangkat Piala Dunia pada 1986. Lionel Messi bahkan butuh waktu sampai 15 tahun untuk sukses mengangkat Piala Dunia 2022.
Sekarang dengan pembatalan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 bisa dibayangkan betapa patah hatinya para pemain muda Indonesia. Mimpi mereka benar-benar buyar karena dua tahun lagi tidak mungkin mereka berkompetisi di ajang itu. Usia mereka akan terus bertambah dan kelompok umurnya akan semakin meningkat.
Ironis kaki mereka diamputasi oleh bangsanya sendiri. Bahkan lebih jelasnya, kaki para pemain dipotong oleh para politisi yang mengatasnamakan Bung Karno. Sementara Bung Karno sendiri sangat mengidolakan anak-anak muda dan selalu ingin memajukan mereka.
Penyerang tim Indonesia U-20 Hokky Caraka menyampaikan kegetiran kepada para politisi di media sosial. “Kami baru mau merintis karier menjadi lebih baik, tetapi batu loncatan saya dihancurkan oleh Bapak,” tulis Hokky yang mewakili suara 23 pemain lainnya.
Latihan yang bertahun-tahun mereka kerjakan, kini menjadi sia-sia. Semua harapan itu tiba-tiba sirna setelah FIFA membatalkan penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Para pemain pantas sedih karena posisi politik Indonesia terhadap Palestina dan Israel sebenarnya sudah sangat jelas. Indonesia tidak pernah akan mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel sepanjang negara itu tidak mengakui kemerdekaan Palestina.
Bung Karno sadar bahwa masa depan bangsa ini berada di tangan anak-anak muda. Kalau mereka tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas, berilmu pengetahuan luas, serta memiliki karakter yang kuat, maka akan menjadi pilar untuk menciptakan Indonesia yang kuat.
Sebuah kutipan pidato Bung Karno yang sangat terkenal, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Proses menjadi Indonesia itulah yang harus terus kita lakukan. Kita tidak boleh lelah untuk memupuk dan mempersiapkan anak-anak muda Indonesia agar menjadi lebih baik dibandingkan pendahulunya. Dengan lebih banyak anak-anak yang kita persiapkan, peluang untuk mendapatkan sosok-sosok yang akan menjadi penggerak kemajuan bangsa semakin besar.
Konteks kebangsaan
Tuan rumah Piala Dunia U-20 seharusnya kita lihat dalam konteks pembentukan Indonesia yang lebih baik. Inilah kesempatan bagi kita menyemai pemain-pemain sepak bola di bawah usia 20 tahun agar bisa berkompetisi pada level paling tinggi di kelompok usia mereka.Setelah pengalaman tampil di ajang Piala Dunia, ada waktu sekitar satu dekade bagi para pemain untuk semakin mematangkan diri dan meraih puncak prestasi mereka. Pemain seperti Diego Armando Maradona membutuhkan waktu tujuh tahun setelah memenangi ajang Piala Dunia U-20 untuk bisa mengangkat Piala Dunia pada 1986. Lionel Messi bahkan butuh waktu sampai 15 tahun untuk sukses mengangkat Piala Dunia 2022.
Sekarang dengan pembatalan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 bisa dibayangkan betapa patah hatinya para pemain muda Indonesia. Mimpi mereka benar-benar buyar karena dua tahun lagi tidak mungkin mereka berkompetisi di ajang itu. Usia mereka akan terus bertambah dan kelompok umurnya akan semakin meningkat.
Ironis kaki mereka diamputasi oleh bangsanya sendiri. Bahkan lebih jelasnya, kaki para pemain dipotong oleh para politisi yang mengatasnamakan Bung Karno. Sementara Bung Karno sendiri sangat mengidolakan anak-anak muda dan selalu ingin memajukan mereka.
Penyerang tim Indonesia U-20 Hokky Caraka menyampaikan kegetiran kepada para politisi di media sosial. “Kami baru mau merintis karier menjadi lebih baik, tetapi batu loncatan saya dihancurkan oleh Bapak,” tulis Hokky yang mewakili suara 23 pemain lainnya.
Latihan yang bertahun-tahun mereka kerjakan, kini menjadi sia-sia. Semua harapan itu tiba-tiba sirna setelah FIFA membatalkan penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Para pemain pantas sedih karena posisi politik Indonesia terhadap Palestina dan Israel sebenarnya sudah sangat jelas. Indonesia tidak pernah akan mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel sepanjang negara itu tidak mengakui kemerdekaan Palestina.