Jaga Keselamatan Pasien, BPOM Dorong Terbangunnya Sistem Farmakovigilans yang Efektif
loading...
A
A
A
“Masyarakat juga menjadi bagian dari sistem ini. Karena itu, masyarakat perlu dibekali dengan pemahaman tentang obat dan hal-hal yang perlu diperhatikan, termasuk apabila mengalami KTD atau ESO. Di sinilah pentingnya ada kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi yang kami harapkan dapat dikawal oleh asosiasi profesi kesehatan untuk terus dilakukan. Salah satunya seperti melalui talkshow yang diadakan pada hari ini,” jelas Penny.
Pelaporan KTD/ESO menjadi indikator penting yang menunjukkan bagaimana pemantauan keamanan obat di suatu negara berjalan dengan baik. Sayangnya, dalam peta global pelaporan KTD/ESO, pelaporan di Indonesia masih terkategori sangat rendah, yaitu kurang dari 10.000 laporan per tahun.
“Ke depan, kami mengharapkan adanya peningkatan pelaporan KTD/ESO, baik yang diterima dari tenaga kesehatan maupun dari industri farmasi,” kata dia.
Pada kesempatan ini, Kepala BPOM kembali me-launching Aplikasi e-MESO Mobile. Aplikasi ini merupakan sistem pelaporan farmakovigilans hasil pengembangan dari aplikasi pelaporan e-MESO secara elektronik yang sebelumnya telah tersedia dalam versi website (diakses melalui situs https://e-meso.pom.go.id).
Pengembangan ini bertujuan untuk memudahkan penggunaan aplikasi e-MESO Mobile agar dapat menjangkau lebih banyak pengguna, serta memungkinkan untuk diakses kapan saja dan di mana saja melalui perangkat seluler. Aplikasi ini diperuntukkan bagi tenaga kesehatan dan industri farmasi untuk melaporkan KTD/ESO ke BPOM.
Hasil dari kegiatan hari ini diharapkan dapat mendapatkan masukan dari berbagai pihak untuk upaya strategis yang diperlukan agar sistem farmakovigilans dapat berjalan efektif dengan perkuatan program lebih terstruktur dan mengoptimalkan dukungan sinergi lintas sektor. Selain itu, talkshow ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih komprehensif pentingnya membangun sistem farmakovigilans guna perlindungan pasien di Indonesia.
Talkshow ini diikuti secara hybrid oleh sekitar 300 peserta luring dan 1.000 peserta daring yang berasal dari Kementerian/Lembaga, tim ahli, asosiasi profesi kesehatan, akademisi, Badan Akreditasi Rumah Sakit, tenaga kesehatan, industri farmasi, platform telemedicine, serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPPOM dari seluruh Indonesia.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang merupakan pakar dan/atau praktisi farmakovigilans dari BPOM, Kementerian Kesehatan, serta asosiasi profesi kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Talkshow diselenggarakan dengan metode diskusi interaktif mengenai pentingnya farmakovigilans, peran dari masing-masing pihak dan upaya strategis yang perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan penerapan farmakovigilans dalam mengawal keselamatan pasien.
Pelaporan KTD/ESO menjadi indikator penting yang menunjukkan bagaimana pemantauan keamanan obat di suatu negara berjalan dengan baik. Sayangnya, dalam peta global pelaporan KTD/ESO, pelaporan di Indonesia masih terkategori sangat rendah, yaitu kurang dari 10.000 laporan per tahun.
“Ke depan, kami mengharapkan adanya peningkatan pelaporan KTD/ESO, baik yang diterima dari tenaga kesehatan maupun dari industri farmasi,” kata dia.
Pada kesempatan ini, Kepala BPOM kembali me-launching Aplikasi e-MESO Mobile. Aplikasi ini merupakan sistem pelaporan farmakovigilans hasil pengembangan dari aplikasi pelaporan e-MESO secara elektronik yang sebelumnya telah tersedia dalam versi website (diakses melalui situs https://e-meso.pom.go.id).
Pengembangan ini bertujuan untuk memudahkan penggunaan aplikasi e-MESO Mobile agar dapat menjangkau lebih banyak pengguna, serta memungkinkan untuk diakses kapan saja dan di mana saja melalui perangkat seluler. Aplikasi ini diperuntukkan bagi tenaga kesehatan dan industri farmasi untuk melaporkan KTD/ESO ke BPOM.
Hasil dari kegiatan hari ini diharapkan dapat mendapatkan masukan dari berbagai pihak untuk upaya strategis yang diperlukan agar sistem farmakovigilans dapat berjalan efektif dengan perkuatan program lebih terstruktur dan mengoptimalkan dukungan sinergi lintas sektor. Selain itu, talkshow ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih komprehensif pentingnya membangun sistem farmakovigilans guna perlindungan pasien di Indonesia.
Talkshow ini diikuti secara hybrid oleh sekitar 300 peserta luring dan 1.000 peserta daring yang berasal dari Kementerian/Lembaga, tim ahli, asosiasi profesi kesehatan, akademisi, Badan Akreditasi Rumah Sakit, tenaga kesehatan, industri farmasi, platform telemedicine, serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPPOM dari seluruh Indonesia.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang merupakan pakar dan/atau praktisi farmakovigilans dari BPOM, Kementerian Kesehatan, serta asosiasi profesi kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Talkshow diselenggarakan dengan metode diskusi interaktif mengenai pentingnya farmakovigilans, peran dari masing-masing pihak dan upaya strategis yang perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan penerapan farmakovigilans dalam mengawal keselamatan pasien.
(kri)