Ketua Aliansi Kebangsaan: Ada Campur Tangan Tuhan Dalam Sejarah Bangsa Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejarah bangsa Indonesia bukan satu kondisi hasil rekayasa manusia. Diyakini ada campur tangan Tuhan Yang Maha Esa (YME) dalam pembentukan negara ini.
Hal itu disampaikan Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo saat berbicara di acara Diskusi Kebangsaan bertajuk “Peran Agama dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dengan Paradigma Pancasila” yang digelar secara virtual.
Hadir dalam diskusi tersebut, sejumlah narasumber antara lain Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat, Dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Jakarta Pendeta Martin L Sinaga, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, dengan moderator Dosen dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta IIf Fikirani Ihsani.
"Kita syukuri anugerah Tuhan atas kebinekaan bangsa kita ini. Sila kesatu Pancasila “Ketuhanan YME” telah memancarkan dan menurunkan nilai-nilai turunannya (derivative value) ke dalam empat sila di bawahnya," katanya, Sabtu (18/3/2023).
Menurut Pontjo, bila dicermati baik-baik proses panjang perkembangan peradaban bangsa Indonesia yang semula merupakan kumpulan dari peradaban bangsa-bangsa di Nusantara, kemudian pada 1908 mulai tumbuh kesadaran akan pentingnya menghimpun diri menjadi satu bangsa. Selanjutnya menyatakan Sumpah Pemuda Indonesia pada 1928 sebagai satu bangsa, hingga akhirnya pada 17 Agustus 1945 menyatakan diri sebagai satu negara dan bangsa Republik Indonesia.
"Hanya karena kehendak dan izin Tuhan YME, bangsa Indonesia yang Bhineka dalam ras, budaya, dan agama ini berkehendak dan mampu mempersatukan diri menjadi satu bangsa, bangsa Indonesia," kata Pontjo.
Ponco mengatakan, tokoh-tokoh pendiri bangsa Indonesia telah meletakkan empat paradigma dasar untuk melaksanakan pembangunan memajukan peradaban bangsa Indoneisa yakni, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, konsep Negara Kesatuan RI, dan UUD 1945 yang berisi Pembukaan beserta Batang Tubuhnya. "Bhineka Tunggal Ika menggambarkan kondisi terberi (given condition) bangsa kita. Kebinekaan agama yang lahir dari perjalanan," kata Pontjo.
Menurut Pontjo, agama telah menjadi sumber dari rasa kemanusiaan yang adil dan beradab dalam diri manusia Indonesia. Agama merupakan muara dari persamaan kehendak bersatu dalam satu kesatuan bangsa yang beragama dalam diri semua warganegara Indonesia yang Bhineka.
Hal itu disampaikan Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo saat berbicara di acara Diskusi Kebangsaan bertajuk “Peran Agama dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dengan Paradigma Pancasila” yang digelar secara virtual.
Hadir dalam diskusi tersebut, sejumlah narasumber antara lain Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat, Dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Jakarta Pendeta Martin L Sinaga, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, dengan moderator Dosen dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta IIf Fikirani Ihsani.
"Kita syukuri anugerah Tuhan atas kebinekaan bangsa kita ini. Sila kesatu Pancasila “Ketuhanan YME” telah memancarkan dan menurunkan nilai-nilai turunannya (derivative value) ke dalam empat sila di bawahnya," katanya, Sabtu (18/3/2023).
Menurut Pontjo, bila dicermati baik-baik proses panjang perkembangan peradaban bangsa Indonesia yang semula merupakan kumpulan dari peradaban bangsa-bangsa di Nusantara, kemudian pada 1908 mulai tumbuh kesadaran akan pentingnya menghimpun diri menjadi satu bangsa. Selanjutnya menyatakan Sumpah Pemuda Indonesia pada 1928 sebagai satu bangsa, hingga akhirnya pada 17 Agustus 1945 menyatakan diri sebagai satu negara dan bangsa Republik Indonesia.
"Hanya karena kehendak dan izin Tuhan YME, bangsa Indonesia yang Bhineka dalam ras, budaya, dan agama ini berkehendak dan mampu mempersatukan diri menjadi satu bangsa, bangsa Indonesia," kata Pontjo.
Ponco mengatakan, tokoh-tokoh pendiri bangsa Indonesia telah meletakkan empat paradigma dasar untuk melaksanakan pembangunan memajukan peradaban bangsa Indoneisa yakni, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, konsep Negara Kesatuan RI, dan UUD 1945 yang berisi Pembukaan beserta Batang Tubuhnya. "Bhineka Tunggal Ika menggambarkan kondisi terberi (given condition) bangsa kita. Kebinekaan agama yang lahir dari perjalanan," kata Pontjo.
Menurut Pontjo, agama telah menjadi sumber dari rasa kemanusiaan yang adil dan beradab dalam diri manusia Indonesia. Agama merupakan muara dari persamaan kehendak bersatu dalam satu kesatuan bangsa yang beragama dalam diri semua warganegara Indonesia yang Bhineka.