Aliansi Kebangsaan: Kebinekaan Indonesia Bukan Rekayasa Manusia

Minggu, 18 Desember 2022 - 13:06 WIB
loading...
Aliansi Kebangsaan:...
Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema Peran Agama dalam Memajukan Peradaban Bangsa yang digelar secara daring, Jumat (16/12/2022). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Masyarakat Indonesia yang beragam dalam ras, suku, budaya, dan agama , telah berkendak mempersatukan diri menjadi sebuah bangsa. Hal tersebut terjadi bukan dari hasil rekayasa manusia saja, tapi juga ada campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pandangan ini disampaikan Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema Peran Agama dalam Memajukan Peradaban Bangsa yang digelar secara daring, Jumat (16/12/2022). FGD merupakan hasil kerja sama Aliansi Kebangsaan dengan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti.

"Kita yakini bahwa ada campur tangan Tuhan di dalamnya," kata Pontjo dalam keterangan tertulis, Minggu (18/12/2022).



Berbekal keberagaman ini, kata Pontjo, tokoh-tokoh pendiri bangsa Indonesia kemudian meletakkan empat paradigma dasar untuk melaksanakan pembangunan memajukan peradaban bangsa Indonesia. Keempatnya adalah Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan UUD 1945. Menurut Pontjo, sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa telah memancarkan nilai-nilai turunannya ke dalam empat sila lainnya.

"Agama telah menjadi sumber dari rasa kemanusiaan yang adil dan beradab dalam diri manusia Indonesia. Agama telah merupakan muara dari persamaan kehendak bersatu dalam satu kesatuan bangsa yang beragama, dalam diri semua warganegara Indonesia yang bhinneka. Bentuk Negara Kesatuan RI merupakan hasil konsensus nasional di antara para tokoh pendiri bangsa yang berasal dari semua suku bangsa dan agama di Nusantara," katanya.

Agama juga telah memancarkan nilai-nilai moral dan sosial, budaya bangsa, yang pada gilirannya menjadi pedoman perilaku manusia Indonesia. Agama telah mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi.

Ajaran ini, kata Pontjo, telah menjadi sumber berkembangnya ilmu pengetahuan umat manusia dalam membangun peradabannya di tengah-tengah lingkungan alam semesta yang menjadi sumber kehidupannya. "Agama telah menumbuhkan rasa cinta manusia kepada Tuhannya Sang Pencipta, rasa cinta kepada sesama manusia, dan rasa cinta manusia kepada alam semesta sekelilingnya di mana ia hidup," katanya.

Dari rasa cinta kemudian menumbuhkan rasa saling mengasihi dan hormat di antara sesama manusia. Selanjutnya tumbuh budaya musyawarah mufakat dan kebutuhan menjaga keadilan sosial dalam berbagi kesejahteraan di antara sesama warga negara.

Selain itu, agama juga telah menumbuhkan rasa estetika dalam diri umat manusia. Nilai estetika yang halus telah merangsang dan sekaligus menantang kemampuan logika manusia untuk mengkonstruksi bentuk fisik dari satu hasil karya yang indah di samping sifat fungsionalnya. "Jadi jelaslah bahwa agama telah menempati posisi sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia," kata Pontjo.

Kondisi tersebut berbeda dengan kebijakan sekularisme di negara-negara barat yang memisahkan agama dari kehidupan berbangsa bernegara maupun komunisme yang tidak percaya adanya Tuhan. Kehidupan beragama di Indonesia justru tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pontjo mengingatkan, Pancasila merupakan ideologi bagi kehidupan berbangsa bernegara Indonesia, yang selanjutnya mewujud dalam bentuk konstitusi negara, UUD 1945. Pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 terkandung penjabaran dari misi negara dalam mencapai cita-cita nasional Indonesia, yakni membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia.

"Peran agama dalam memajukan kesejahteraan umum yang berkeadilan di Indonesia, merupakan satu kunci penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita cintai ini," katanya.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2514 seconds (0.1#10.140)