Tiada Hari Tanpa (Urusan) Sepakbola
loading...
A
A
A
Betapa prestasi sepakbola yang mengantarkan pada keikutsertaan dalam Piala Dunia itu juga dapat mengajarkan pemahaman geografi kepada masyarakat dunia secara efektif.
Kedua, sepakbola memiliki kandungan terlengkap sebagai cabang olahraga yang memenuhi unsur tontonan dan tuntunan. Sebagai tontonan, sepakbola bersifat atraktif dan berisi aneka manuver para pemainnya yang indah dan serba tak terduga.
Sepakbola sungguh sesuatu yang sangat menghibur sehingga wajar bila lebih dari 50% (bahkan beberapa sumber ada yang mengklaim 70%) penduduk bumi menggemarinya.
Sebagai tuntunan, sepakbola merepresentasikan miniatur kehidupan. Jika pendeteksian kualitas disiplin suatu bangsa dapat dilihat dari bagaimana masyarakatnya berdisiplin di jalan raya, maka karakter sebuah bangsa konon dapat terlihat dari bagaimana tipe karakter kesebelasan terbaik yang berhasil dibentuknya.
Ketiga, sepakbola memiliki fungsi pemantik semangat bagi setiap bangsa untuk mengembangkan kedahsyatan prestasi dan daya saing. Hal ini sangat relevan dengan bangsa-bangsa yang memiliki modalitas man power yang besar seperti Indonesia.
Keempat, merupakan cabang olahraga penyempurna atas capaian prestasi cabang olahraga lain di ajang olahraga multi-event. Di samping memiliki agenda rutin tahunan dalam single event, sepakbola juga selalu menjadi salah satu cabang olahraga yang dihadirkan pada multi-event. Walaupun tidak boleh ada diskriminasi kecabangan olahraga, namun faktanya sepakbola menjadi cabang olahraga yang seolah memiliki “kasta” tersendiri.
Kelima, memiliki pesona “keseksian” secara ekonomi dan politis. Sepakbola di dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) tidak termasuk dalam 14 cabang olahraga prioritas. Tidak masuk prioritas bukan berarti tidak penting. Justru sepakbola bersama cabang olahraga bolabasket dan bolavoli, telah dinobatkan sebagai klaster “cabang olahraga mandiri” yang bisa tumbuh sebagai leading sector untuk implementasi sport industry.
Telah banyak dibuktikan di Eropa terutama, sepakbola memang sudah menjadi sebentuk industri raksasa yang menggurita mengikat kepentingan umum dan kesejahteraan kolektif yang sistemik. Bersinggungan dengan hajat hidup orang banyak dan menjadi instrumen perwujudan aspirasi tuntutan publik. Artinya, sepakbola tidak saja memiliki keseksian secara ekonomi, tetapi juga pasti secara politis.
Transformasi Sepakbola Nasional
Pertama, transformasi sepakbola berarti mengubah sudut pandang tata kelola sepakbola nasional. Dalam catatan sejarah kepengurusan PSSI acapkali mengalami dinamika yang “selalu memanas”.
Lembaran perjalanan pada 2011 misalnya, kala itu PSSI lebih nyaman kiprahnya memosisikan diri sebagai anak FIFA, mengalami persoalan tata kelola internal, dan muncul dualisme kepengurusan. Seiring dengan semakin terdegrasinya prestasi sepakbola nasional, PSSI harus dibekukan oleh pemerintah.
Kedua, sepakbola memiliki kandungan terlengkap sebagai cabang olahraga yang memenuhi unsur tontonan dan tuntunan. Sebagai tontonan, sepakbola bersifat atraktif dan berisi aneka manuver para pemainnya yang indah dan serba tak terduga.
Sepakbola sungguh sesuatu yang sangat menghibur sehingga wajar bila lebih dari 50% (bahkan beberapa sumber ada yang mengklaim 70%) penduduk bumi menggemarinya.
Sebagai tuntunan, sepakbola merepresentasikan miniatur kehidupan. Jika pendeteksian kualitas disiplin suatu bangsa dapat dilihat dari bagaimana masyarakatnya berdisiplin di jalan raya, maka karakter sebuah bangsa konon dapat terlihat dari bagaimana tipe karakter kesebelasan terbaik yang berhasil dibentuknya.
Ketiga, sepakbola memiliki fungsi pemantik semangat bagi setiap bangsa untuk mengembangkan kedahsyatan prestasi dan daya saing. Hal ini sangat relevan dengan bangsa-bangsa yang memiliki modalitas man power yang besar seperti Indonesia.
Keempat, merupakan cabang olahraga penyempurna atas capaian prestasi cabang olahraga lain di ajang olahraga multi-event. Di samping memiliki agenda rutin tahunan dalam single event, sepakbola juga selalu menjadi salah satu cabang olahraga yang dihadirkan pada multi-event. Walaupun tidak boleh ada diskriminasi kecabangan olahraga, namun faktanya sepakbola menjadi cabang olahraga yang seolah memiliki “kasta” tersendiri.
Kelima, memiliki pesona “keseksian” secara ekonomi dan politis. Sepakbola di dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) tidak termasuk dalam 14 cabang olahraga prioritas. Tidak masuk prioritas bukan berarti tidak penting. Justru sepakbola bersama cabang olahraga bolabasket dan bolavoli, telah dinobatkan sebagai klaster “cabang olahraga mandiri” yang bisa tumbuh sebagai leading sector untuk implementasi sport industry.
Telah banyak dibuktikan di Eropa terutama, sepakbola memang sudah menjadi sebentuk industri raksasa yang menggurita mengikat kepentingan umum dan kesejahteraan kolektif yang sistemik. Bersinggungan dengan hajat hidup orang banyak dan menjadi instrumen perwujudan aspirasi tuntutan publik. Artinya, sepakbola tidak saja memiliki keseksian secara ekonomi, tetapi juga pasti secara politis.
Transformasi Sepakbola Nasional
Pertama, transformasi sepakbola berarti mengubah sudut pandang tata kelola sepakbola nasional. Dalam catatan sejarah kepengurusan PSSI acapkali mengalami dinamika yang “selalu memanas”.
Lembaran perjalanan pada 2011 misalnya, kala itu PSSI lebih nyaman kiprahnya memosisikan diri sebagai anak FIFA, mengalami persoalan tata kelola internal, dan muncul dualisme kepengurusan. Seiring dengan semakin terdegrasinya prestasi sepakbola nasional, PSSI harus dibekukan oleh pemerintah.