Hari Persaudaraan Manusia Internasional, TGB: Bangun Dunia yang Baik dengan Kerja Sama
loading...
A
A
A
“Toleransi kalau tidak dimaknai dengan baik akan bisa menumbuhkan sikap eksklusif. Masing-masing memikirkan dirinya dan kelompoknya, sebatas tidak mengganggu tapi juga tidak peduli,” sebut TGB.
“Untuk membangun dunia yang baik, membangun peradaban yang membawa maslahat untuk manusia, toleransi tidak cukup hanya menghormati orang berbeda, tapi harus beralih pada semangat untuk bekerja sama,” sambungnya.
Dalam semangat peringatan Hari Persaudaraan Manusia, lanjut TGB, MHM mengajak semua pihak untuk keluar dari ruang privasinya ke ruang umum, memperbanyak ruang perjumpaan, untuk membicarakan masalah bersama.
Menurutnya, dokumen Abu Dhabi bukan semata meneguhkan toleransi tapi disusun untuk membangun kerja sama. Karena itu, di dalamnya dibahas bagaimana masalah-masalah konkret kemanusiaan bisa ditangani oleh semua umat beragama.
Sejumlah masalah yang disebut antara lain tentang kaum termarginalkan di dunia, anak dan perempuan korban perang yang jumlahnya jutaan, serta kelompok yang tidak mendapatkan hak asasinya atas nama apa pun.
“Apa yang agama bisa lakukan? Apa bentuk kerja sama konkret kita? Dokumen Abu Dhabi tidak hanya pernyataan untuk saling menghormati, tapi juga ajakan untuk membangun kerja sama konkret menangani masalah kemanusiaan termasuk kemiskinan, masalah kaum perempuan dan anak-anak,” katanya.
“Luar biasa pencapaian teknologi kita, tapi nilai kemanusiaan kita saat ini mengalami defisit dan bahkan hampir hilang. Mari, dengan semangat Dokumen Abu Dhabi, kita membangun kerja sama konkret untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan,” sambungnya.
Sebagai informasi, ada dua wakil Indonesia yang saat ini aktif di MHM. Prof Quraish Shihab tercatat sebagai salah satu pendiri organisasi yang berkedudukan di Abu Dhabi, UEA ini. Selaku ketuanya adalah Imam Akbar Ahmed Al-Tayeb. Selain Prof Quraish, ada TGB M Zainul Majdi yang menjadi Anggota Komite Eksekutif.
“Untuk membangun dunia yang baik, membangun peradaban yang membawa maslahat untuk manusia, toleransi tidak cukup hanya menghormati orang berbeda, tapi harus beralih pada semangat untuk bekerja sama,” sambungnya.
Dalam semangat peringatan Hari Persaudaraan Manusia, lanjut TGB, MHM mengajak semua pihak untuk keluar dari ruang privasinya ke ruang umum, memperbanyak ruang perjumpaan, untuk membicarakan masalah bersama.
Menurutnya, dokumen Abu Dhabi bukan semata meneguhkan toleransi tapi disusun untuk membangun kerja sama. Karena itu, di dalamnya dibahas bagaimana masalah-masalah konkret kemanusiaan bisa ditangani oleh semua umat beragama.
Sejumlah masalah yang disebut antara lain tentang kaum termarginalkan di dunia, anak dan perempuan korban perang yang jumlahnya jutaan, serta kelompok yang tidak mendapatkan hak asasinya atas nama apa pun.
“Apa yang agama bisa lakukan? Apa bentuk kerja sama konkret kita? Dokumen Abu Dhabi tidak hanya pernyataan untuk saling menghormati, tapi juga ajakan untuk membangun kerja sama konkret menangani masalah kemanusiaan termasuk kemiskinan, masalah kaum perempuan dan anak-anak,” katanya.
“Luar biasa pencapaian teknologi kita, tapi nilai kemanusiaan kita saat ini mengalami defisit dan bahkan hampir hilang. Mari, dengan semangat Dokumen Abu Dhabi, kita membangun kerja sama konkret untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan,” sambungnya.
Sebagai informasi, ada dua wakil Indonesia yang saat ini aktif di MHM. Prof Quraish Shihab tercatat sebagai salah satu pendiri organisasi yang berkedudukan di Abu Dhabi, UEA ini. Selaku ketuanya adalah Imam Akbar Ahmed Al-Tayeb. Selain Prof Quraish, ada TGB M Zainul Majdi yang menjadi Anggota Komite Eksekutif.
(kri)