Ormas Diharapkan Bisa Mencegah Konflik Masyarakat di Pemilu 2024

Jum'at, 27 Januari 2023 - 23:09 WIB
loading...
Ormas Diharapkan Bisa...
Kursus Singkat bagi Ormas dalam Rangka Penguatan Ideologi Kebangsaan dan Wawasan Kebangsaan hasil kerja sama dengan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Kantor Badan Kesbangpol Provinsi Sulawesi Utara, Manado, Jumat (27/1/2023). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengungkapkan terdapat 514.656 organisasi kemasyarakatan (ormas) di Indonesia. Keberadaan ormas itu harus dikelola dengan baik, termasuk memberdayakannya untuk pendidikan politik.

Analis Kebijakan Ahli Madya Subdit Kemitraan dan Pemberdayaan Organisasi Kemasyarakatan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Prayogo Hari Cahyono mengatakan, Kemendagri telah melakukan pemberdayaan ormas sesuai dengan bidangnya. Salah satunya untuk sosialisasi dan pendidikan politik. Dengan begitu, diharapkan persentase pemilih cerdas terus meningkat.

"Peran ormas pada pelaksanaan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 yaitu membantu menyiapkan kader dan kelompok masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pemilu yang akan datang, mewujudkan pola interaksi yang sehat dan lebih luas, antara penyelenggara pemilu, peserta pemilu, dan masyarakat," kata Prayogo Hari Cahyono dalam Kursus Singkat bagi Ormas dalam Rangka Penguatan Ideologi Kebangsaan dan Wawasan Kebangsaan hasil kerja sama dengan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Kantor Badan Kesbangpol Provinsi Sulawesi Utara, Manado, Jumat (27/1/2023).

Baca juga: Pemilu 2024 dan Potensi Konflik

Prayogo yang hadir mewakili Direktur Organisasi Kemasyarakat, Ditjen Politik dan PUM Kemendagri Risnandar Mahiwa, mengatakan, ormas dapat menjadi penyeimbang dan penenang antarkelompok melalui kegiatan yang lebih sistemik, terarah pada pelaksanaan Pemilu dan Pilkada, sehingga mampu mencegah potensi konflik di masyarakat.

Ketua KPU Provinsi Sulawesi Utara Meidy Tinangon memaparkan, pemilu adalah sarana konflik yang terlembaga. Sebab, dalam pemilu terdapat rivalitas dan kompetisi dalam perebutan kekuasaan eksekutif maupun legislatif. Salah satu dampaknya adalah polarisasi di masyarakat saat hingga pascapemilu.

"Melalui kerja sama dengan seluruh komponen bangsa, termasuk ormas, maka diharapkan pemilu dapat berlangsung kondusif," kata Meidy Tinangon.

Divisi Penanganan dan Pelanggaran Bawaslu Provinsi Sulawesi Utara, Zulkifli Densi menjelaskan, Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) Sulut peringkat ke-2 di Indonesia. Karena itu, Bawaslu mengajak seluruh masyarakat di Sulut agar bersama-sama berperan serta dalam pemilu sekaligus menciptakan pemilu yang aman.

"Diharapkan kerja sama dari masyarakat untuk mengawasi dan memberikan informasi kepada Bawaslu terkait kerawanan pemilu seperti politik uang. Informasi dari masyarakat sangat dibutuhkan sebagai pencegahan sekaligus tindakan dalam pelanggaran," ucap Zulkifli.

Sementara itu, Tenaga Ahli Profesional Bidang Ideologi Lemhannas, Albertus Magnus Putut Prabantoro menjelaskan, pada 2020 Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kekayaan sumber daya geologi terbesar. Hal ini menjadi target bagi negara asing dengan berbagai cara mengambil keuntungan dari NKRI seperti banyak tenaga asing yang mengambil peranan.

"Ormas sebagai agent off change bagi kemajuan pembangunan nasional, harus memajukan masyarakat. Ormas wajib menyesuaikan program pemerintah," jelasnya.

Ia juga menyoroti perubahan karakter bangsa sebagai dampak negatif media sosial. Menurutnya medsos telah memengaruhi tata nilai kehidupan dan memudarkan nilai-nilai asli bangsa. "Berbagai fenomena post-truth dibutuhkan kecerdasan pikir dan sikap dalam menerima setiap informasi yang diterima," ungkapnya.

Untuk diketahui, kegiatan ini digelar oleh Direktorat Ormas Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri bekerja sama dengan Lemhannas. Kegiatan ini dihadiri oleh 100 peserta terdiri dari pengurus ormas di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut).

Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Sulawesi Utara, R Ferry Sangian saat membuka acara menerangkan, saat ini jumlah ormas di Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 116. Dari jumlah itu, yang aktif sangat sedikit, dan terdapat 6 ormas asing. "Pemantauan orang asing lebih sulit dikarenakan bersembunyi di pekerjaan seperti pertambangan," kata Ferry Sangian.

Ia menyoroti radikalisme yang banyak berkembang di sekolah, kampus, dan tempat ibadah. Menurutnya, upaya pencegahannya tidak cukup dengan deklarasi dan merasa aman. Ferry meminta masyarakat tidak memandang sebelah mata karena gerakan radikalisme akan berupaya dengan segala cara untuk menggoyahkan ideologi bangsa Indonesia.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1335 seconds (0.1#10.140)