Mantan Anak Buah Buka-bukaan Masa Lalu Doni Monardo, Terharu sampai Air Mata Tumpah
Sabtu, 10 September 2022 - 09:48 WIB
Entahlah. Nainggolan sendiri tak pernah mengetahui bagaimana “perjuangan” Kapten Purba melaksanakan perintah komandannya untuk mencarikan mi gomak bagi kesembuhan Nainggolan.
Yang ia tahu, Letkol Doni dan Kapten Purba kembali mendatangi tempat tidurnya, dan menenteng sebungkus mi gomak. “Nah, ini makanan yang sangat kamu inginkan. Sekarang makanlah selagi hangat. Pakaianmu biar Kapten Purba yang menyiapkan. Sepatumu, biar Kapten Purba yang menyemir,” kata Doni, lalu melempar pandang ke Kapten Purba.
Sigap Kapten Purba melaksanakan perintah komandannya. Ia pun menyemir sepatu Nainggolan hingga kinclong. “Di situ saya tak kuasa menahan air mata. Betapa besar perhatian komandan saya, Pak Doni Monardo, dan juga perwira Pasiops saya, Pak Purba. Pangkat saya hanya Prajurit Satu, beliau-beliau perwira,” kata Purba.
Matanya berkaca-kaca. Seketika, Nainggolan merasa segar kembali. Demamnya menguap. Perhatian komandan dan perwira di Batalyon 741, ia rasakan benar-benar membesarkan hatinya. Kini ia bisa menyimpulkan, Doni Monardo sangat pandai membangun kesatuan. Doni seorang yang tulus dimana Nainggolan.
“Saat itu, suasananya benar-benar tidak ada kesenjangan antara perwira dan tamtama. Misi adalah segala-galanya. Hati saya seketika merasa membesar, semangat menyala-nyala, ingin rasanya malam segera berlalu, datang pagi dan bertanding. Saya akan berikan yang terbaik bagi komandan, bagi batalyon,” kata Nainggolan berapi-api.
Perhatian Doni tidak berhenti sampai di situ. Pagi-pagi sekali, ia sudah mendatangi barak prajurit, dan memastikan semua BAB. “Itu keharusan. Setiap pagi, kami semua para atlet wajib BAB. Kata komandan, supaya tidak demam panggung saat mulai tanding. Bayangkan, soal-soal kecil seperti itu pun beliau perhatikan,” kata Nainggolan pula.
Saat bertanding pun tiba. Hasilnya, sungguh luar biasa. Nainggolan, tamtama berpangkat prajurit satu dari batalyon “antah berantah” berhasil menyisihkan para penembak otomatis kesatuan lain, dan berhasil menembus papan atas, dengan meraih Juara III. Dua juara di atasnya direbut Kopassus (Juara I), dan Divisi I Kostrad (Juara II).
Salam Wirotama
Kenangan manis yang akan terbawa hingga akhir hayat. “Tahun 2001 beliau pindah menjadi Dandenma Paspampres (2001-2003), posisinya digantikan Mayor Inf Ganip Warsito,” katanya.
Nainggolan sendiri tetap di Singaraja. Tahun 2010, Nainggolan pindah tugas ke Kodim Karo, Sumatera Utara. “Waktu kejadian erupsi Gunung Sinabung pertama tahun 2010, saya pas di sini,” katanya.
Yang ia tahu, Letkol Doni dan Kapten Purba kembali mendatangi tempat tidurnya, dan menenteng sebungkus mi gomak. “Nah, ini makanan yang sangat kamu inginkan. Sekarang makanlah selagi hangat. Pakaianmu biar Kapten Purba yang menyiapkan. Sepatumu, biar Kapten Purba yang menyemir,” kata Doni, lalu melempar pandang ke Kapten Purba.
Sigap Kapten Purba melaksanakan perintah komandannya. Ia pun menyemir sepatu Nainggolan hingga kinclong. “Di situ saya tak kuasa menahan air mata. Betapa besar perhatian komandan saya, Pak Doni Monardo, dan juga perwira Pasiops saya, Pak Purba. Pangkat saya hanya Prajurit Satu, beliau-beliau perwira,” kata Purba.
Matanya berkaca-kaca. Seketika, Nainggolan merasa segar kembali. Demamnya menguap. Perhatian komandan dan perwira di Batalyon 741, ia rasakan benar-benar membesarkan hatinya. Kini ia bisa menyimpulkan, Doni Monardo sangat pandai membangun kesatuan. Doni seorang yang tulus dimana Nainggolan.
“Saat itu, suasananya benar-benar tidak ada kesenjangan antara perwira dan tamtama. Misi adalah segala-galanya. Hati saya seketika merasa membesar, semangat menyala-nyala, ingin rasanya malam segera berlalu, datang pagi dan bertanding. Saya akan berikan yang terbaik bagi komandan, bagi batalyon,” kata Nainggolan berapi-api.
Perhatian Doni tidak berhenti sampai di situ. Pagi-pagi sekali, ia sudah mendatangi barak prajurit, dan memastikan semua BAB. “Itu keharusan. Setiap pagi, kami semua para atlet wajib BAB. Kata komandan, supaya tidak demam panggung saat mulai tanding. Bayangkan, soal-soal kecil seperti itu pun beliau perhatikan,” kata Nainggolan pula.
Saat bertanding pun tiba. Hasilnya, sungguh luar biasa. Nainggolan, tamtama berpangkat prajurit satu dari batalyon “antah berantah” berhasil menyisihkan para penembak otomatis kesatuan lain, dan berhasil menembus papan atas, dengan meraih Juara III. Dua juara di atasnya direbut Kopassus (Juara I), dan Divisi I Kostrad (Juara II).
Salam Wirotama
Kenangan manis yang akan terbawa hingga akhir hayat. “Tahun 2001 beliau pindah menjadi Dandenma Paspampres (2001-2003), posisinya digantikan Mayor Inf Ganip Warsito,” katanya.
Nainggolan sendiri tetap di Singaraja. Tahun 2010, Nainggolan pindah tugas ke Kodim Karo, Sumatera Utara. “Waktu kejadian erupsi Gunung Sinabung pertama tahun 2010, saya pas di sini,” katanya.
tulis komentar anda