Sejarah Pemberontakan Berdarah Pertama PKI pada 1926-1927
Sabtu, 10 September 2022 - 05:47 WIB
Berhasil melumpuhkan kelompok sipil pegawai pemerintah, PKI bermaksud menyasar militer Belanda di Labuan. Serangan yang direncanakan pada 14 November 1926 gagal berantakan karena lebih dulu dihadang Brigade Belanda. Dalam pertempuran itu pasukan PKI berhasil dipukul mundur.
Militer Belanda langsung melakukan perburuan, dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat WP Hillen. Sejak 13 November 1926, polisi telah melakukan 64 kali penangkapan di Banten. Dalam periode 13 November sampai 8 Desember 1926, 916 orang ditangkap. Selain di Banten, diwaktu bersamaan pemberontakan juga terjadi di Bandung, Kediri, Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Jakarta. Dari semua tempat itu, perlawanan paling sengit berada di Banten.
Sementara di Sumatera Barat pemberontakan di Silungkang pada malam Tahun Baru 1927. Mulai pukul 23.00 WIB, para pemberontak sudah mulai bergerak melakukan serangan-serangan mematikan. Sasaran pertama PKI adalah Kepala Nagari Silungkang Muhammad Djamil. Pemimpin pemberontakan di rumah Muhammad Djamil adalah keponakannya sendiri Salim Emek.
Sasaran berikutnya adalah tiga orang guru, yaitu Guru Mahmud, Djumin, dan Ramhman. Ketiganya dibunuh di rumahnya tanpa perlawanan. Selanjutnya PKI juga menyerang rumah tukang emas bernama Kari Sutan dan Menek. Keduaanya juga dibunuh bersama seorang anak mereka yang masih kecil.
Setelah selesai melakukan pembunuhan keji di malam itu, PKI kembali ke markas mereka di rumah tinggi untuk beristirahat. Setelah melepas lelah, pasukan pemberontak kembali bergerak dengan sasaran Kepala Stasiun Kereta Api Silungkang.
Namun sebelum PKI tiba di lokasi, kepala stasiun sudah melarikan diri dan selamat dari pembunuhan. Mereka lalu meledakkan rumah kepala stasiun dengan dinamit. Sasaran selanjutnya adalah rumah petugas karcis kereta api Hamid gelar Sutan Pemuncak. Hamid dan anaknya yang masih kecil dibunuh.
Selain meledakkan rumah, para pemberontak juga mengahcurkan stasiun kereta, memutus sambungan telepon, dan merusak kawat penghubung kereta api yang menghubungkan Padang Panjang dan Sawah Lunto.
Foto/ist
Dari stasiun, para pemberontak menyerang Kepala BOW (Departemen Pekerjaan Umum) Tuan Boentjit Leurs. Lagi-lagi, pembunuhan sangat keji dilakukan oleh para pemberontak. Leurs dibunuh dengan brutal di depan istri dan anaknya.
Militer Belanda langsung melakukan perburuan, dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat WP Hillen. Sejak 13 November 1926, polisi telah melakukan 64 kali penangkapan di Banten. Dalam periode 13 November sampai 8 Desember 1926, 916 orang ditangkap. Selain di Banten, diwaktu bersamaan pemberontakan juga terjadi di Bandung, Kediri, Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Jakarta. Dari semua tempat itu, perlawanan paling sengit berada di Banten.
Sementara di Sumatera Barat pemberontakan di Silungkang pada malam Tahun Baru 1927. Mulai pukul 23.00 WIB, para pemberontak sudah mulai bergerak melakukan serangan-serangan mematikan. Sasaran pertama PKI adalah Kepala Nagari Silungkang Muhammad Djamil. Pemimpin pemberontakan di rumah Muhammad Djamil adalah keponakannya sendiri Salim Emek.
Sasaran berikutnya adalah tiga orang guru, yaitu Guru Mahmud, Djumin, dan Ramhman. Ketiganya dibunuh di rumahnya tanpa perlawanan. Selanjutnya PKI juga menyerang rumah tukang emas bernama Kari Sutan dan Menek. Keduaanya juga dibunuh bersama seorang anak mereka yang masih kecil.
Setelah selesai melakukan pembunuhan keji di malam itu, PKI kembali ke markas mereka di rumah tinggi untuk beristirahat. Setelah melepas lelah, pasukan pemberontak kembali bergerak dengan sasaran Kepala Stasiun Kereta Api Silungkang.
Namun sebelum PKI tiba di lokasi, kepala stasiun sudah melarikan diri dan selamat dari pembunuhan. Mereka lalu meledakkan rumah kepala stasiun dengan dinamit. Sasaran selanjutnya adalah rumah petugas karcis kereta api Hamid gelar Sutan Pemuncak. Hamid dan anaknya yang masih kecil dibunuh.
Selain meledakkan rumah, para pemberontak juga mengahcurkan stasiun kereta, memutus sambungan telepon, dan merusak kawat penghubung kereta api yang menghubungkan Padang Panjang dan Sawah Lunto.
Foto/ist
Dari stasiun, para pemberontak menyerang Kepala BOW (Departemen Pekerjaan Umum) Tuan Boentjit Leurs. Lagi-lagi, pembunuhan sangat keji dilakukan oleh para pemberontak. Leurs dibunuh dengan brutal di depan istri dan anaknya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda