Sejarah Pemberontakan Berdarah Pertama PKI pada 1926-1927

Sabtu, 10 September 2022 - 05:47 WIB
loading...
Sejarah Pemberontakan...
Pada akhir 1926 hingga awal 1927 PKI melakukan serangkaian serangan bersenjata untuk membunuh pegawai negeri di Banten dan Sumatera Barat. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Memasuki bulan September, ingatan publik hampir selalu tertuju pada Partai Komunis Indonesia atau PKI . Bisa jadi karena dua aksi bersenjata PKI terjadi pada bulan ini.

Tiga tahun setelah proklamasi, PKI mengadakan pemberontakan bersenjata di Madiun yang berpuncak pada 18 September 1948. Begitu pula pada 1965 ketika PKI diketahui berada di balik peristiwa penculikan dan pembunuhan para jenderal TNI AD. Peristiwa ini dikenal dengan Gerakan 30 September/PKI atau G30S/PKI.

Tetapi jauh sebelum Indonesia merdeka, PKI yang sebelum tahun 1923 bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) telah mengobarkan pemberontakan, yaitu pada 1926 di Banten dan 1927 di Sumatera Barat. Kendati tidak disetujui CC Komunis di Rusia, para pentolan PKI tetap nekat melakukan aksi.



Sebagaimana artikel SINDOnews edisi 28 November 2015, di Banten pemberontakan PKI dipimpin KH Tubagus (Tb) Achmad Chatib. Pemberontakan pecah pada 12 November 1926 malam. Di Labuan, serangan terjadi lewat tengah malam dengan sasaran utama rumah Asisten Wedana.

Dalam serangan itu, Asisten Wedana Mas Wiriadikoesomo dan keluarganya berhasil ditawan dan dibawa ke Caringin oleh pemberontak. Sementara tiga orang polisi pengawalnya berhasil dilumpuhkan.

Pasukan PKI melanjutkan aksi dengan menyerang kediaman Haji Ramal yang dijaga tiga orang polisi. Dalam serangan itu, Djaimoen dan Haji Entjeh tewas. Para pemberontak lalu menyerang rumah Mas Mohammed Dahlan, pegawai pemerintah yang membocorkan rencana PKI.

PKI juga bergerak di Menes. Sasaran mereka yang pertama di daerah ini adalah Wedana Raden Partadiningrat. Jam 1 malam, sebanyak 400 orang dikerahkan untuk menyerang. Kendati mendapatkan perlawanan sengit, Partadiningrat dan seua polisi yang berjaga tewas dibunuh.

Para pemberontak lalu menyerang rumah Benyamins, seorang pengawas kereta api. Benyamins dan dua orang polisi penjaga tewas. Mayat Benyamins dikabarkan dipotong-potong lalu dibuang. Sementara di Cening, massa menyerang rumah asisten wedana.

Berhasil melumpuhkan kelompok sipil pegawai pemerintah, PKI bermaksud menyasar militer Belanda di Labuan. Serangan yang direncanakan pada 14 November 1926 gagal berantakan karena lebih dulu dihadang Brigade Belanda. Dalam pertempuran itu pasukan PKI berhasil dipukul mundur.

Militer Belanda langsung melakukan perburuan, dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat WP Hillen. Sejak 13 November 1926, polisi telah melakukan 64 kali penangkapan di Banten. Dalam periode 13 November sampai 8 Desember 1926, 916 orang ditangkap. Selain di Banten, diwaktu bersamaan pemberontakan juga terjadi di Bandung, Kediri, Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Jakarta. Dari semua tempat itu, perlawanan paling sengit berada di Banten.



Sementara di Sumatera Barat pemberontakan di Silungkang pada malam Tahun Baru 1927. Mulai pukul 23.00 WIB, para pemberontak sudah mulai bergerak melakukan serangan-serangan mematikan. Sasaran pertama PKI adalah Kepala Nagari Silungkang Muhammad Djamil. Pemimpin pemberontakan di rumah Muhammad Djamil adalah keponakannya sendiri Salim Emek.

Sasaran berikutnya adalah tiga orang guru, yaitu Guru Mahmud, Djumin, dan Ramhman. Ketiganya dibunuh di rumahnya tanpa perlawanan. Selanjutnya PKI juga menyerang rumah tukang emas bernama Kari Sutan dan Menek. Keduaanya juga dibunuh bersama seorang anak mereka yang masih kecil.

Setelah selesai melakukan pembunuhan keji di malam itu, PKI kembali ke markas mereka di rumah tinggi untuk beristirahat. Setelah melepas lelah, pasukan pemberontak kembali bergerak dengan sasaran Kepala Stasiun Kereta Api Silungkang.

Namun sebelum PKI tiba di lokasi, kepala stasiun sudah melarikan diri dan selamat dari pembunuhan. Mereka lalu meledakkan rumah kepala stasiun dengan dinamit. Sasaran selanjutnya adalah rumah petugas karcis kereta api Hamid gelar Sutan Pemuncak. Hamid dan anaknya yang masih kecil dibunuh.

Selain meledakkan rumah, para pemberontak juga mengahcurkan stasiun kereta, memutus sambungan telepon, dan merusak kawat penghubung kereta api yang menghubungkan Padang Panjang dan Sawah Lunto.

Sejarah Pemberontakan Berdarah Pertama PKI pada 1926-1927

Foto/ist

Dari stasiun, para pemberontak menyerang Kepala BOW (Departemen Pekerjaan Umum) Tuan Boentjit Leurs. Lagi-lagi, pembunuhan sangat keji dilakukan oleh para pemberontak. Leurs dibunuh dengan brutal di depan istri dan anaknya.

Sepanjang malam tahun baru itu, PKI membunuh tujuh orang pegawai pemerintah kolonial Belanda, menghancurkan fasilitas umum, dan merampas harta benda para korban.

Pada 1 Januari 1927 pagi, aksi pemberontak telah diketahui kepolisian. Pasukan PKI dikejar dan perang terbuka terjadi. Sebanyak 49 orang pemberontak berhasil ditangkap. Beberapa orang pemberontak tewas dalam pertempuran, dan sebagian lainnya mengalami luka-luka. Jumlah mereka yang ditangkap dan tewas dalam pertempuran terus bertambah.

Namun aksi pembunuhan-pembunuhan oleh PKI masih terjadi. Di Padang Sibusuk, para pemberontak membunuh Kepala Nagari Datuk Sutan Nan Gadang dan mengangkat Kupiah gelar Datuk Bandaro sebagai penggantinya. Pada 2 Januari 1927, ratusan orang berkumpul di pasar Padang Sibusuk. Beberapa orang yang dianggap tidak loyal kepada revolusi ditangkap para pemberontak dan dihukum pancung. Peristiwa itu juga terjadi di Silungkang.

Pada 3 Januari, dua Brigade Militer Belanda dikirim ke Padang Sibusuk untuk mematahkan pemberontakan dengan melakukan penangkapan-penangkapan. Hingga 12 Januari 1927, militer kolonial Belanda telah menangkap sebanyak 1.300 orang. Rata-rata usia mereka yang ditangkap 17-30 tahun. Hingga Februari 1927, jumlah mereka yang ditangkap dan ditahan telah mencapai 4,000 orang. Pemberontakan baru benar-benar dipadamkan pada 28 Februari 1927.
(muh)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1813 seconds (0.1#10.140)