Transformasi TMII Menuju Pariwisata 4.0

Rabu, 07 September 2022 - 17:43 WIB
Transformasi akan melibatkan beberapa teknologi yang relevan dengan industri 4.0, yakni, pertama, teknologi internet of things (IoT). Ini adalah perangkat yang terkoneksi dengan internet, biasanya terdiri dari device, networkand application (DNA). Dengan adanya teknologi ini, bermunculanlah wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan wisata secara mandiri .

Kedua, teknologi big data adalah data yang diperoleh dari jejak-jejak digital wisatawan yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti media sosial, tourist portals, aplikasi bisnis, chat bots dan lain-lain. Data ini dapat diperoleh secara real time, sehingga sangat bermanfaat terhadap kecepatan dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya big data ini, para pelaku di industri pariwisata seperti penyedia jasa pariwisata atau pengelola destinasi dapat dengan mudah memperoleh data mengenai perilaku wisatawan seperti pergerakannya, preferensinya, keputusan pembelian, aktivitas yang dilakukan dan lain-lain.

Ketiga, teknologi augmented reality (AR) adalah bentuk aplikasi yang penggunaannya sangat bergantung pada kebutuhan perangkat keras tambahan, yaitu kamera inbuilt dari perangkat mobile. Augmented reality adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.

TMII mulai dibangun tahun 1972 atas prakarsa pemerintahan Presiden Soeharto. Pembangunan proyek nasional yang sempat menimbulkan polemik dan aksi unjuk rasa mahasiswa itu akhirnya diresmikan pada 1975.

Untuk menjadikan TMII sebagai destinasi unggulan,dibutuhkan solusi berupa super platform kebudayaan nasional. Khususnya platform arkeologi atau museum yang berbasis teknologi digital yang bisa menyajikan visualisasi tiga dimensi yang solid untuk semua anjungan di TMII. Platform tersebut dibangun di setiap obyek dan anjungan sehingga wisatawan bisa lebih afdol dan bisa merasakan suasana aslinya.

Untuk mengelola peninggalan sejarah bangsa dan keanekaragaman budaya dan seni perlu transformasi bidang arkeologi dan museum yang berbasis superplatform yang menggunakan teknologi terkini seperti augmented reality. Teknologi tersebut dapat menggabungkan objek maya/digital ke dalam sebuah lingkungan nyata, kemudian memproyekkan objek-objek tersebut secara real-time.

Eksistensi platform mampu menyajikan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Aplikasi dalam platform yang penting disegerakan adalah menyangkut sistem pengelolaan arkeologi dan museum yang pada prinsipnya berupa sistem informasi digital museum atau e-Museum.

Platform tersebut sangat berguna untuk menunjang profesionalitas bagi edukator (programmer) dan kehumasan (public relation) museum. Selain itu sistem informasi yang andal akan menjadikan museum sebagai destinasi yang sangat potensial.

Transformasi pengelolaan TMII yang didalamnya terdapat berbagai macam museum budaya dan karya seni tentu saja tidak mengurangi atau menggangu fungsi dasar museum dalam konteks Museologi yang mencakup penelitian, konservasi atau pelestarian serta komunikasi yang merupakan aspek mediasi dengan masyarakat. Fungsi dasar tersebut menempatkan museum sebagai lembaga non-profit yang bertugas menyimpan, merawat, meneliti dan memamerkan koleksi.

Tetapi pada era digitalisasi sekarang ini yang ditandai dengan pertumbuhan industri kreatif yang luar biasa pesatnya, menempatkan museum sebagai pusat industri budaya.Juga merupakan tempat yang sangat ampuh sebagai sarana kontemplatif dan pemicu lahirnya daya dan karya kreatif warga bangsa. Sehingga makna yang terdalam dari museum bisa terwujud, yakni positioning museum sebagai inspirator dan motivator bagi warga bangsa dalam mengarungi persaingan global.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More