DPR Minta Pemerintah Cabut 70% Subsidi BBM

Jum'at, 02 September 2022 - 14:22 WIB
Senada, ekonom senior Faisal Basri mendorong harga BBM segera dinaikkan. Ada pun DPR tengah mengkaji sejumlah opsi penghematan subsidi energi. Salah satunya dengan hanya mengizinkan BBM bersubsidi dikonsumsi sepeda motor dan angkutan umum. Kini, harga BBM Indonesia jauh lebih murah dibandingkan di sejumlah negara miskin dan negara produsen besar minyak.

"Kenaikan harga minyak adalah fenomena global. Hampir semua negara, termasuk produsen besar seperti Arab Saudi, sudah menaikkan harga BBM. Harga di Indonesia lebih murah dibandingkan Arab Saudi," ujarnya.

Faisal mengatakan, harga BBM bersubsidi di Indonesia amat jauh dari harga keekonomiannya. Subsidi solar lebih dari Rp10.000 per liter dan pertalite Rp7.100 per liter. "Berapa pun kuota BBM bersubsidi tidak akan pernah cukup," katanya.

Faisal mengusulkan harga BBM segera dinaikkan. Namun, kenaikannya harus terukur agar tidak terlalu membebani rakyat. "Gunakan semua instrumen untuk meringankan beban rakyat," ujarnya.

Faisal mengingatkan, BBM harus mahal karena minyak sumber daya langka. Dengan tingkat produksi sekarang, Indonesia akan kehabisan cadangan minyak sebelum 2030. Artinya, kebutuhan minyak akan sepenuhnya dari impor.

Sejak 2007, Indonesia telah menjadi importir bersih. Sebab, jumlah produksi di bawah konsumsi. Kini, setiap hari Indonesia hanya memproduksi 600.000 barel minyak. Padahal, konsumsinya mencapai 1,6 juta barel per hari. Selisih 1 juta barel harus diimpor dan dibayar dalam mata uang asing. Impor BBM salah satu penyebab rupiah melemah karena permintaan uang asing tinggi untuk membayar impor.

Sementara itu, Mamit menegaskan, pemerintah mendapat momentum perombakan pola subsidi BBM dan energi secara keseluruhan. "Harus tahun ini, tahun depan sudah tahun politik. Tidak mungkin ada keputusan-keputusan terkait perubahan penting," kata dia.

Selama ini, subsidi BBM sangat kontraproduktif. Selain tidak tepat sasaran, juga menjadi mubazir. "Subsidi BBM memperlebar jurang kaya dan miskin. Penikmat terbesarnya orang kaya," ujarnya.

Selain itu, konsumsi BBM melonjak seiring peningkatan kemacetan di jalan. Artinya, subsidi malah terbakar di jalan. Hal lain yang disoroti Mamit adalah solar malah dikonsumsi kendaraan pengangkut hasil tambang dan kebun sawit. Padahal, pertambangan dan perkebunan sawit dimiliki orang-orang kaya.

"Tata ulang subsidi, harus direformasi. Segera naikkan harga BBM. Menaikkan sekali atau dicicil dampaknya akan sama. Daripada ribut terus, sekalian saja," ujarnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More