Hakteknas dan Anak Intelektual Habibie
Rabu, 10 Agustus 2022 - 11:33 WIB
BJ Habibie telah merumuskan konsep nilai tambah industri untuk negara berkembang sejak awal dekade 80-an. Menurut pakar ekonomi dunia Haller dan Stolowy (1995) value added (VA) atau nilai tambah adalah pengukuran performance entitas ekonomi. Arti nilai tambah adalah perbedaan antara nilai dari output suatu perusahaan atau suatu industri, yaitu total pendapatan yang diterima dari penjualan output tersebut, dan biaya masukan dari bahan-bahan mentah, komponen-komponen atau jasa-jasa yang dibeli untuk memproduksi komponen tersebut.
Nilai tambah diketahui dengan melihat selisih antara nilai output dengan nilai input suatu industri. Value added (VA) merupakan konsep utama pengukuran income suatu negara. Konsep ini secara tradisional berakar pada ilmu ekonomi makro, terutama yang berhubungan dengan penghitungan pendapatan nasional yang diukur dengan performance produktif dari ekonomi nasional yang biasanya dinamakan produk domestik.
Sejak 2014 sebagai pengurus Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), saya dan kawan-kawan secara rutin diberi kesempatan untuk bertemu dengan Bapak BJ.Habibie di kediaman beliau di bilangan Kuningan Jakarta Selatan.
“IABIE adalah anak-anak intelektual saya yang merupakan SDM terbarukan berdaya saing Iptek. Mereka semua pernah saya didik dan persiapkan untuk melaksanakan transformasi teknologi dan industri bagi persada Indonesia Raya,” itulah pernyataan Pak Habibie yang sering dikemukakan terkait eksistensi IABIE.
Pak Habibie tahu bahwa segenap anggota IABIE tetap eksis dalam progress memajukan bangsa dan telah menemukan jalan masing-masing untuk mengabdikan keahlian dan kompetensinya.
Para anggota IABIE sebagian besar masih dalam arus global brain circulation. Mereka telah menjadikan pengalaman kerja di wahana transformasi teknologi dan industri baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk menghasilkan lompatan teknologi dan karya inovasi guna memajukan bangsa dan memecahkan masalah kebangsaan.
Seperti biasanya, sebelum memulai materi wejangannya, beliau meminta maaf pakai baju koko putih dengan syal putih (tidak seperti dress code hadirin yang pakai batik). Dia sampaikan bahwa baju putih seperti itu dipakai karena kebiasaan dulu ketika masih bersama Ibu Ainun. Setiap Jumat Pak Habibie ke masjid di dekat rumah dengan baju putih.
“Itulah contoh sebuah pembudayaan atau Erziehung dalam bahasa Jerman (Pak Habibie juga menyebutkan kata sepadannya dalam bahasa Inggris dan Belanda),” ujar Pak Habibie.
Saya jadi paham, dalam usia yang sudah lanjut beliau masih intens memikirkan masalah kebudayaan. Bahkan beliau hingga akhir hayatnya menaruh perhatian bersar terhadap kebudayan bangsa antara lain lewat berbagai forum yakni, Festival Habibie, Film Nasional yang berlatar perjuangan sosok Habibie dan istri, sejak muda belia hingga lansia.
Pak Habibie menekankan pembudayaan tidak kalah pentingnya dari pendidikan. Di lain pihak, kalau hanya pembudayaan, tapi tidak ada pendidikan, maka tidak terampil atau tidak punya skill, dan akhirnya tidak bisa memberikan nilai tambah.
Nilai tambah diketahui dengan melihat selisih antara nilai output dengan nilai input suatu industri. Value added (VA) merupakan konsep utama pengukuran income suatu negara. Konsep ini secara tradisional berakar pada ilmu ekonomi makro, terutama yang berhubungan dengan penghitungan pendapatan nasional yang diukur dengan performance produktif dari ekonomi nasional yang biasanya dinamakan produk domestik.
Sejak 2014 sebagai pengurus Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), saya dan kawan-kawan secara rutin diberi kesempatan untuk bertemu dengan Bapak BJ.Habibie di kediaman beliau di bilangan Kuningan Jakarta Selatan.
“IABIE adalah anak-anak intelektual saya yang merupakan SDM terbarukan berdaya saing Iptek. Mereka semua pernah saya didik dan persiapkan untuk melaksanakan transformasi teknologi dan industri bagi persada Indonesia Raya,” itulah pernyataan Pak Habibie yang sering dikemukakan terkait eksistensi IABIE.
Pak Habibie tahu bahwa segenap anggota IABIE tetap eksis dalam progress memajukan bangsa dan telah menemukan jalan masing-masing untuk mengabdikan keahlian dan kompetensinya.
Para anggota IABIE sebagian besar masih dalam arus global brain circulation. Mereka telah menjadikan pengalaman kerja di wahana transformasi teknologi dan industri baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk menghasilkan lompatan teknologi dan karya inovasi guna memajukan bangsa dan memecahkan masalah kebangsaan.
Seperti biasanya, sebelum memulai materi wejangannya, beliau meminta maaf pakai baju koko putih dengan syal putih (tidak seperti dress code hadirin yang pakai batik). Dia sampaikan bahwa baju putih seperti itu dipakai karena kebiasaan dulu ketika masih bersama Ibu Ainun. Setiap Jumat Pak Habibie ke masjid di dekat rumah dengan baju putih.
“Itulah contoh sebuah pembudayaan atau Erziehung dalam bahasa Jerman (Pak Habibie juga menyebutkan kata sepadannya dalam bahasa Inggris dan Belanda),” ujar Pak Habibie.
Saya jadi paham, dalam usia yang sudah lanjut beliau masih intens memikirkan masalah kebudayaan. Bahkan beliau hingga akhir hayatnya menaruh perhatian bersar terhadap kebudayan bangsa antara lain lewat berbagai forum yakni, Festival Habibie, Film Nasional yang berlatar perjuangan sosok Habibie dan istri, sejak muda belia hingga lansia.
Pak Habibie menekankan pembudayaan tidak kalah pentingnya dari pendidikan. Di lain pihak, kalau hanya pembudayaan, tapi tidak ada pendidikan, maka tidak terampil atau tidak punya skill, dan akhirnya tidak bisa memberikan nilai tambah.
tulis komentar anda