Sejarah Perang Padri, Taktik Licik Kolonialisme Belanda untuk Kuasai Minangkabau
Senin, 25 Juli 2022 - 16:24 WIB
Campur tangan Belanda dimulai dengan penyerangan Simawang oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema pada awal April 1821. Perlawanan yang dilakukan oleh kaum padri cukup tangguh, sehingga Belanda kesulitan untuk menurunkannya. Setelahnya, Belanda melalui Gubernur Jendral Johannes van den Bosch mengajak pemimpin Kaum Padri yang waktu itu dipimpin Tuanku Imam Bonjol untuk melakukan gencatan senjata dengan maklumat Perjanjian Masang pada tahun 1824. Namun, pada akhirnya perjanjian tersebut dilanggar sendiri oleh Belanda.
Sejak awal 1833 perang Padri di Sumatera Barat berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Agama melawan Belanda. Keduanya pihak beralih menjadi bahu-membahu untuk melawan Belanda.
Kali ini, Belanda kedatangan bantuan dari Batavia. Mereka melanjutkan kembali pengepungan dan membuat kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit. Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang ke Palupuh untuk berunding. Namun, Belanda dengan akal liciknya justru menangkapnya.
Pada babak terakhir Perang Padri, Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Di tempat terakhir itu, dia meninggal dunia tepat pada tanggal 8 November 1864.
Lihat Juga: Paus Fransiskus Singgung Konflik dan Kekerasan di Berbagai Negara Akibat Tak Saling Menghargai
Sejak awal 1833 perang Padri di Sumatera Barat berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Agama melawan Belanda. Keduanya pihak beralih menjadi bahu-membahu untuk melawan Belanda.
Kali ini, Belanda kedatangan bantuan dari Batavia. Mereka melanjutkan kembali pengepungan dan membuat kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit. Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang ke Palupuh untuk berunding. Namun, Belanda dengan akal liciknya justru menangkapnya.
Pada babak terakhir Perang Padri, Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Di tempat terakhir itu, dia meninggal dunia tepat pada tanggal 8 November 1864.
Lihat Juga: Paus Fransiskus Singgung Konflik dan Kekerasan di Berbagai Negara Akibat Tak Saling Menghargai
(bim)
tulis komentar anda