Ulama Berperan Penting Persatukan Bangsa lewat Dakwah
Jum'at, 26 Juni 2020 - 16:18 WIB
“Dari temuan-temuan yang kita lihat selama ini, mereka itu seolah-olah berjuang atas nama agama, berjihad atas nama agama. Namun ternyata tindakan-tindakan yang dilakukan itu seperti tindakan orang yang tidak memiliki akhlak yang beragama,” ujarnya.
Sementara itu, Gus Miftah memberi saran, untuk mencegah penyebaran paham radikal terorisme perlu ditekankan bahwa sesungguhnya nilai-nilai keindonesiaan dan Pancasila berkesinambungan dengan agama.
“Saya sering mensyi’arkan Islam Nusantara, Islam dengan karakteristik Indonesia karena saya memahami ketika kita meletakkan agama dan budaya secara benar maka akan menjauhkan agama dari kekerasan. Dakwah yang saya lakukan adalah membudayakan agama bukan meng-agama-kan budaya. Pemahaman yang seperti ini jika kita sampaikan dengan bahasa milenial yang sederhana lebih bisa diterima di kalangan masyarakat terutama di generasi muda,” ujar Gus Miftah.
Gus Miftah juga menyarankan agar para generasi muda yang sering menggunakan media sosial untuk memfollow akun-akun yang menentramkan bukan malah yang menghasut dan justru bisa menghancurkan dirinya sendiri maupun bangsa ini.
“Kita boleh berguru dengan siapa pun. Tapi konteks pada hari ini tentunya dengan guru yang bisa menyelamatkan kita. Semua pengajian memang baik, tapi kalau memang kemudian jauh dari norma-norma dan etika kebangsaan ataupun jauh dari norma agama tentunya hal itu tidak harus kita ikuti. Jadi selektif ketika bermedsos,” kata Gus Miftah.
Sementara itu, Gus Miftah memberi saran, untuk mencegah penyebaran paham radikal terorisme perlu ditekankan bahwa sesungguhnya nilai-nilai keindonesiaan dan Pancasila berkesinambungan dengan agama.
“Saya sering mensyi’arkan Islam Nusantara, Islam dengan karakteristik Indonesia karena saya memahami ketika kita meletakkan agama dan budaya secara benar maka akan menjauhkan agama dari kekerasan. Dakwah yang saya lakukan adalah membudayakan agama bukan meng-agama-kan budaya. Pemahaman yang seperti ini jika kita sampaikan dengan bahasa milenial yang sederhana lebih bisa diterima di kalangan masyarakat terutama di generasi muda,” ujar Gus Miftah.
Gus Miftah juga menyarankan agar para generasi muda yang sering menggunakan media sosial untuk memfollow akun-akun yang menentramkan bukan malah yang menghasut dan justru bisa menghancurkan dirinya sendiri maupun bangsa ini.
“Kita boleh berguru dengan siapa pun. Tapi konteks pada hari ini tentunya dengan guru yang bisa menyelamatkan kita. Semua pengajian memang baik, tapi kalau memang kemudian jauh dari norma-norma dan etika kebangsaan ataupun jauh dari norma agama tentunya hal itu tidak harus kita ikuti. Jadi selektif ketika bermedsos,” kata Gus Miftah.
(dam)
tulis komentar anda