Ulama Berperan Penting Persatukan Bangsa lewat Dakwah
Jum'at, 26 Juni 2020 - 16:18 WIB
JAKARTA - Ulama yang juga sebagai tokoh dan disegani masyarakat memiliki peran penting untuk mempersatukan bangsa lewat dakwahnya. Dakwah-dakwah yang disampaikan dengan nuansa keindonesiaan dapat dijadikan semangat umat agar lebih memahami nasionalisme dan keagamaan.
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar ketika menerima kunjungan silaturahmi salah satu ulama muda, Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah di kantor BNPT Jakarta, Kamis 25 Juni 2020.
“Kita akan terus mempererat silaturahmi dengan tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk menyebarkan pesan-pesan damai yang dapat mengeratkan persatuan bangsa ini. Di tengah gelombang intoleransi yang kini banyak ditemukan di tengah masyarakat, tentunya hal ini penting untuk dilakukan dalam mengatasi hal itu,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar.
Boy Rafli mengatakan, BNPT terus mempererat silaturahmi dengan para tokoh agama dan juga tokoh masyarakat untuk bersama-sama menyebarkan pesan-pesan perdamaian di tengah-tengah masyarakat.
“Kita bersyukur bahwa hari ini Gus Miftah telah hadir di kantor kita. Di mana kita bersilaturahmi dalam rangka untuk kemajuan, kedamian, kesejahteraan bansga Indonesia dan yang terpenting adalah sinergi diantara kami BNPT dengan ulama-ulama termasuk tentunya GusMiftah,” tutur mantan Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan (Waka Lemdiklat) Polri ini.
( )
Mantan Kapolda Papua ini menyampaikan BNPT memerlukan bantuan dari para ulama dalam hal pencegahan penyebaran paham radikal terorisme. Pencegahan merupakan salah satu tugas utama dari BNPT sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Terorisme.
“Kami juga mohon kepada Gus Miftah agar kita bisa menjalin kerja sama, khususnya dalam hal pencegahan terorisme yang mana memang tugas dari BNPT. Karena dengan Pencegahan itu kita sama-sama berharap untuk bisa meluruskan dan mencegah penyebaran paham radikal terorisme,” tuturnya.
Boy Rafli juga mengungkapkan selama ini pihaknya menemukan kelompok-kelompok radikal bersikap seolah-olah berjuang atas nama agama. Padahal, ternyata tidak.
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar ketika menerima kunjungan silaturahmi salah satu ulama muda, Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah di kantor BNPT Jakarta, Kamis 25 Juni 2020.
“Kita akan terus mempererat silaturahmi dengan tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk menyebarkan pesan-pesan damai yang dapat mengeratkan persatuan bangsa ini. Di tengah gelombang intoleransi yang kini banyak ditemukan di tengah masyarakat, tentunya hal ini penting untuk dilakukan dalam mengatasi hal itu,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar.
Boy Rafli mengatakan, BNPT terus mempererat silaturahmi dengan para tokoh agama dan juga tokoh masyarakat untuk bersama-sama menyebarkan pesan-pesan perdamaian di tengah-tengah masyarakat.
“Kita bersyukur bahwa hari ini Gus Miftah telah hadir di kantor kita. Di mana kita bersilaturahmi dalam rangka untuk kemajuan, kedamian, kesejahteraan bansga Indonesia dan yang terpenting adalah sinergi diantara kami BNPT dengan ulama-ulama termasuk tentunya GusMiftah,” tutur mantan Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan (Waka Lemdiklat) Polri ini.
( )
Mantan Kapolda Papua ini menyampaikan BNPT memerlukan bantuan dari para ulama dalam hal pencegahan penyebaran paham radikal terorisme. Pencegahan merupakan salah satu tugas utama dari BNPT sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Terorisme.
“Kami juga mohon kepada Gus Miftah agar kita bisa menjalin kerja sama, khususnya dalam hal pencegahan terorisme yang mana memang tugas dari BNPT. Karena dengan Pencegahan itu kita sama-sama berharap untuk bisa meluruskan dan mencegah penyebaran paham radikal terorisme,” tuturnya.
Boy Rafli juga mengungkapkan selama ini pihaknya menemukan kelompok-kelompok radikal bersikap seolah-olah berjuang atas nama agama. Padahal, ternyata tidak.
tulis komentar anda