Kurban: Spiritual Sosial
Senin, 11 Juli 2022 - 10:23 WIB
Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 91.555 ekor sembuh, 187.661 ekor belum sembuh, 2.689 ekor dipotong bersyarat, 1.701 ekor mati, dan 315.000 ekor sudah divaksinasi. Adapun lima provinsi dengan kasus PMK terbanyak terjadi di wilayah Jawa Timur sebanyak 114.921 kasus, Nusa Tenggara Barat (NTB) 43.282 kasus, Aceh 31.923 kasus, Jawa Barat 30.456 kasus, dan Jawa Tengah 30.386 kasus. Beruntungnya, meskipun PMK memiliki tingkat penularan yang sangat cepat pada hewan, dia tidak menular pada manusia.
Kejadian ini tentu menghambat salah satu makna Ibadah Qurban, yakni peran sosial yang seharusnya menjadi sangat penting disaat pemerintah Indonesia sedang menjalankan proses pemulihan perekonomian nasional.
Hewan Bagian dari Aset Masyarakat
Sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama di daerah perdesaan, memiliki kecenderungan untuk lebih memilih menginvestasikan dana yang dimilikinya ke dalam bentuk sawah maupun hewan ternak dibandingkan harus berinvestasi pada deposito bank maupun pasar modal yang belum banyak mereka kenal model dan pola kerjanya. Hal ini bisa dilihat tingkat literasi keuangan nasional yang masih rendah (38%) apalagi jika dilihat pada masyarakat di perdesaan.
Hewan ternak, juga merupakan simbol kemakmuran dan kejayaan, di berbagai kelompok masyarakat, bahkan di Afrika, jazirah arab, sehingga salah satu nama surat di Alquran juga Bernama al-baqarah (sapi betina). Bagi masyarakat Indonesia di daerah, selain simbol status sosial, mereka juga yakin bahwa memelihara hewan ternak lebih menguntungkan daripada harus menyimpan uang di bank.
Hal ini sejalan, karena hewan yang diternak biasanya akan dibeli ketika masih anakan yang selanjutnya dipelihara dalam beberapa waktu untuk dikembangbiakkan dan dijual di kemudian hari yang tentunya akan berpotensi memberikan keuntungan bagi pemeliharanya.
Tiga tahun terakhir situasinya tidak begitu berpihak pada masyarakat peternak.Pertama, Indonesia dihadapkan dengan pandemi selama dua tahun. Kedua, munculnya kasus penyakit mulut dan kaki (PMK) di Indonesia sejak April 2022. Munculnya wabah PMKmembuat peternak kian terjepit. Di berbagai daerah harga ternak turun sekitar 70-80%. Ironisnya, penurunan harga tersebut bukan hanya terjadi pada sapi sakit, melainkan sapi sehat pun juga mengalami penurunan harga.
Urgensi Penanganan Terstruktur
Penyebaran wabah PMK di berbagai daerah berpotensi menekan laju produksi daging dan populasi ternak di Indonesia karena dampak yang dihasilkan cukup beragam. Mulai dari penurunan tingkat pertumbuhan sapi potong, penurunan fertilitas, hingga kematian hewan ternak.
Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan mengingat hasil perhitungan analisis Self Sufficiency Ratio (SSR) yang menunjukkan bahwa kemampuan produksi daging sapi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia kian mengalami penurunan dari tahun 2016 sebesar 81,62% menjadi 75,17% di tahun 2020.
Kejadian ini tentu menghambat salah satu makna Ibadah Qurban, yakni peran sosial yang seharusnya menjadi sangat penting disaat pemerintah Indonesia sedang menjalankan proses pemulihan perekonomian nasional.
Hewan Bagian dari Aset Masyarakat
Sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama di daerah perdesaan, memiliki kecenderungan untuk lebih memilih menginvestasikan dana yang dimilikinya ke dalam bentuk sawah maupun hewan ternak dibandingkan harus berinvestasi pada deposito bank maupun pasar modal yang belum banyak mereka kenal model dan pola kerjanya. Hal ini bisa dilihat tingkat literasi keuangan nasional yang masih rendah (38%) apalagi jika dilihat pada masyarakat di perdesaan.
Hewan ternak, juga merupakan simbol kemakmuran dan kejayaan, di berbagai kelompok masyarakat, bahkan di Afrika, jazirah arab, sehingga salah satu nama surat di Alquran juga Bernama al-baqarah (sapi betina). Bagi masyarakat Indonesia di daerah, selain simbol status sosial, mereka juga yakin bahwa memelihara hewan ternak lebih menguntungkan daripada harus menyimpan uang di bank.
Hal ini sejalan, karena hewan yang diternak biasanya akan dibeli ketika masih anakan yang selanjutnya dipelihara dalam beberapa waktu untuk dikembangbiakkan dan dijual di kemudian hari yang tentunya akan berpotensi memberikan keuntungan bagi pemeliharanya.
Tiga tahun terakhir situasinya tidak begitu berpihak pada masyarakat peternak.Pertama, Indonesia dihadapkan dengan pandemi selama dua tahun. Kedua, munculnya kasus penyakit mulut dan kaki (PMK) di Indonesia sejak April 2022. Munculnya wabah PMKmembuat peternak kian terjepit. Di berbagai daerah harga ternak turun sekitar 70-80%. Ironisnya, penurunan harga tersebut bukan hanya terjadi pada sapi sakit, melainkan sapi sehat pun juga mengalami penurunan harga.
Urgensi Penanganan Terstruktur
Penyebaran wabah PMK di berbagai daerah berpotensi menekan laju produksi daging dan populasi ternak di Indonesia karena dampak yang dihasilkan cukup beragam. Mulai dari penurunan tingkat pertumbuhan sapi potong, penurunan fertilitas, hingga kematian hewan ternak.
Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan mengingat hasil perhitungan analisis Self Sufficiency Ratio (SSR) yang menunjukkan bahwa kemampuan produksi daging sapi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia kian mengalami penurunan dari tahun 2016 sebesar 81,62% menjadi 75,17% di tahun 2020.
tulis komentar anda